Homili 23 Maret 2020

Hari Senin, Pekan IV Prapaskah
Yes. 65:17-21
Mzm. 30:2,4,5-6,11-12a,13b
Yoh. 4:43-54

Pesan sukacita Prapaskah

Ada seorang sahabat yang mengirim kutipan perkataan Tuhan Yesus dari Injil ini kepada saya pagi ini: “Dan apabila kamu berpuasa janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Mat 6:16-18). Perkataan ini menunjukkan sebuah harapan Yesus supaya setiap orang yang mengikuti-Nya dari dekat memiliki hidup yang optimis dan penuh sukacita. Apalagi dalam masa prapaskah ini kita semua diundang untuk menjadi semakin serupa dengan Yesus, meskipun ada banyak kesulitan di dalam hidup kita. Covid-19 benar-benar menjadi salah satu tantangan bagi kita semua dalam masa prapaskah ini. Banyak orang menjadi pesimis dengan hidup ini karena begitu banyak orang yang meninggal dunia, namun lebih banyak orang yang masih optimis dan percaya bahwa virus ini akan segera berlalu, dan semua orang pulih dan hidup seperti biasa.

Masa prapaskah bukan sebagai masa kita bersedih hati tetapi sebuah masa untuk bersukacita di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kita semua bersukacita karena Tuhan Yesus begitu baik kepada setiap orang berdosa dan menghendaki agar orang-orang berdosa kembali kepada-Nya. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.” (Yoh 12:32). Perkataan Tuhan ini menjadi nyata dalam penebusan-Nya yang berlimpah. Ia datang untuk menjadikan segala sesuatu baru, ciptaan yang baru. Semangat kebaruan merupakan sebuah semangat optimis yang hendak kita miliki selama masa prapaskah ini.

Jauh sebelum Tuhan Yesus tampil di depan umum untuk mewartakan Injil, nabi Yesaya sudah menubuatkan profetisme bernuansa sukacita, penuh dengan nada-nada optimis. Misalnya, pada hari ini kita mendengar nubuat Tuhan melalui nabi Yesaya yang menyejukkan hati kita dalam masa prapaskah ini. Tuhan berkata: “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.” (Yes 65:17). Ingatan kita adalah pada Yohanes yang akan mengulangi nubuat Yesaya ini dalam penglihatannya yakni: “Aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.” (Why 21:1). Di sini, Tuhan memberi harapan kepada manusia ketika berjanji untuk menciptakan langit dan bumi yang baru. Langit dan bumi yang lama akan berlalu karena sudah usang, datanglah yang baru karena Tuhan menghendakinya. Hidup lama akan diubah menjadi hidup baru karena kasih karunia Tuhan. Tuhan juga menunjukkan kerahiman-Nya dengan tidak mengingat hal-hal yang sudah terjadi, bahkan tidak akan timbul di dalam hati-Nya lagi. Tuhan benar-benar pengampun dan rahim.

Sebagai tanggapan akan kasih dan kerahiman Tuhan maka nuansa optimisme harus selalu ada di dalam diri kita. Tuhan berkata: “Bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorak dan penduduknya penuh kegirangan. Aku akan bersorak-sorak karena Yerusalem, dan bergirang karena umat-Ku; di dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi tangisan dan bunyi erangpun tidak.” (Yes 65:18-19). Dalam pikiran Tuhan hanya ada sukacita, sorak-sorai dalam diri umat-Nya. Maka Tuhan sendiri berjanji akan menghapus air mata kita maka tidak ada lagi bunyi tangisan dan erang. Kembali ke Kitab Wahyu di mana dikatakan: “Dan Ia (Tuhan) akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” (Why 21:4). Segala sesuatu menjadi baru dan teratur sesuai dengan kehendak-Nya. semua orang merasakan sukacita keselamatan yang datang dari Allah kita.

Dalam bacaan Injil kita mendengar kisah Yesus yang berkeliling sambil berbuat baik. Ia sudah mengubah kiblat hidup banyak orang Samaria. Kini Ia menuju ke Galilea tanpa perlu singgah di Nazareth karena di tempat asal-Nya Ia tidak diterima dengan baik. Ketika tiba di Galilea orang merasa optimis dan menerima-Nya dengan sukacita. Selanjutnya, Ia hendak kembali ke Kana dekat Nazareth. Ada seorang pegawai istana yang anaknya sedang sakit, datang mendekati Yesus untuk memohon kesembuhan. Pegawai istana ini tidak malu, percaya bahwa Tuhan Yesus akan memberikan kebahagiaan kepada keluarganya dengan menghidupkan anaknya. Iman orang tua ini turut menghidupkan anaknya. Yesus berkata: “Pergilah, anakmu sembuh!” Ini adalah kata-kata Yesus bernuansa sukacita dan menyembuhkan.

Tuhan selalu memakai kita untuk menjadi tanda dan pembawa sukacita dalam masa prapaskah ini kepada sesama manusia. Banyak kali kita lupa, apalagi saat ini dengan adanya covid-19 maka kita mengurung diri, social distancing sehingga tidak menyatu dan memberi sukacita kepada sesama. Kita dapat mengusir virus corona dengan menghibur saudari dan saudara kita dengan broadcasting hal-hal yang positif bahwa hidup ini bernilai. Ada yang lupa sehingga mereka memposting hal-hal yang meresahkan, menciptakan kepanikan-kepanikan baru dalam hidup bersama. Lebih baik hidup dengan tenang daripada membuang waktu dengan memposting hal-hal yang sebenarnya kita juga tidak tahu persis dan merugikan orang lain. Sebab itu dalam masa prapaskah ini bawalah sukacita kepada saudari dan saudara yang menderita. Mereka akan sembuh kerena sukacita yang kita berikan. Atau kalau saja mereka meninggal dunia, asal mereka pernah tersenyum karena sukacita yang kita bagikan.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply