Hari Sabtu, Pekan Biasa XXXIV
Why 22:1-7
Mzm 95:1-7
Luk 21:34-36
Allah adalah cahaya kita!
Hari ini adalah hari terakhir dalam Masa Biasa Pekan XXXIV, tahun B. Besok kita memasuki hari pertama dalam tahun liturgi yang baru. Hari Minggu Pertama Adventus, tahun C. Sejak hari Senin, Pekan Biasa XXXIII, bacaan pertama kita baca dari Kitab Wahyu. Pada hari itu kita mulai membaca Kitab Wahyu dengan sapaan yang bagus seperti ini: “Berbahagialah orang-orang yang membacakan kata-kata nubuat ini dengan suara lantang dan berbahagialah mereka yang mendengarkannya dan menuruti segala sesuatu yang ditulis di sini karena waktunya sudah dekat” (Why 1:3) dan hari ini kita akhiri dengan kalimat: “Sesungguhnya Aku datang segera! Berbahagialah mereka yang menuruti perkataan nubuat di dalam Kitab ini” (Why 22:7). Apakah anda berbahagia dengan sapaan Tuhan selama dua pekan ini?
Kesan umum dari bacaan-bacaan terpilih selama dua pekan terakhir dari Kitab Wahyu ini adalah gambaran dunia dan manusia yang memiliki kegelapan tertentu akibat dosa. Kegelapan diakibatkan oleh hadirnya iblis atau setan. Fenomena-fenomena alam, malapetaka berupa bencana alam yang mengakibatkan penderitaan dan kemalangan turut mewarnai kehidupan manusia. Sepintas hal-hal yang sifatnya apokaliptik ini menakutkan dan dapat membuat orang meninggalkan Tuhan. Tentu kalau ada orang yang meninggalkan Tuhan berarti iblis masih berkuasa atas diri orang tersebut. Tetapi siapa yang bertahan dia akan tetap bersama Tuhan. Setiap hal yang menakutkan manusia selalu ada tanda-tanda kehadiran Allah sebagai satu-satunya penyelamat di sana.
Kemarin Hari Jumat, Pekan Biasa XXXIV misalnya, Yohanes menggambarkan sebuah tatatan langit dan bumi yang baru. Langit dan bumi yang sekarang penuh dengan kegelapan dan dosa akan lenyap dan Tuhan akan memberikan langit dan bumi yang baru. Yohanes menulis: “Lihatlah kemah Allah ada di antara manusia. Ia akan memasang tendaNya di antara mereka sehingga mereka menjadi umatNya. Ia akan menjadi Allah mereka. Ia juga akan menghapus setiap air mata dari mata mereka. Tidak ada lagi maut atau perkabungan, tangisan atau penderitaan karena dunia telah berlalu”. (Why 21:3-4). Yerusalem baru pun akan diturunkan oleh Allah dari surga.
Pada hari ini Yohanes diberi penglihatan yang lain. Ada sungai air kehidupan, jernih seperti kristal yang mengalir dari takhta Allah dan Anak Domba. Di tengah-tengah jalan kota itu, sebelah menyebelah dari sungai terdapat pohon-pohon kehidupan yang menghasilkan buah duabelas kali, sekali sebulan dan daun-daunnya dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. Kita mengingat kembali gambaran firdaus yang yang teratur dengan sungai dan pohon kehidupan sebelum manusia pertama jatuh dalam dosa (Kej 2:10-14; Yeh 47; Zak 14:8). Pohon kehidupan di sini melambangkan persekutuan penuh dengan Tuhan Allah selama-lamanya sebagaimana gambaran firdaus sebelum kejatuhan manusia pertama dalam dosa.
Hal yang menarik perhatian kita adalah bagaimana kemurahan hati Tuhan menguasai setiap pribadi yang berkenan kepadaNya. Yohanes memberi kesaksian: “Tidak ada lagi pengutukan, takhta Allah dan Anak Domba ada di dalamnya dan hamba-hamba Allah akan beribadah di hadapanNya. Mereka akan melihat wajahNya dan namaNya akan tertulis di atas dahi mereka. Tidak ada lagi malam. Allah akan menjadi cahaya mereka selamanya” (Why 22:3-5). Kesaksian Yohanes ini merupakan bukti nyata kasih Tuhan yang tiada berkesudahan kepada umat manusia.
Dengan janji kasih Tuhan dan penyertaanNya ini, mengapa manusia tetap ragu dan takut dalam menjalani kehidupannya? Dalam situasi yang tidak menentu Tuhan tetap menyertai umat kesayanganNya dengan meniadakan kutukan, air mata, menjadi cahaya yang menerangi kegelapan hidup bahkan membiarkan kita memandang wajahNya dengan mata kita sendiri. St. Paulus dengan tepat mengatakan, “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya atau pedang tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rom 8:35.39).
Apa yang harus kita lakukan?
Sabda Tuhan mengantar kita untuk menanti kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Kitab Wahyu yang kita renungkan bukan hanya diperuntukkan bagi jemaat di Asia kecil pada abad pertama tetapi bagi Gereja sepanjang zaman. Pengalaman-pengalaman dahulu mirip dengan sekarang ini terutama dalam relasi dengan Tuhan. Kita menanti kedatangan Tuhan dengan sukacita. Penginjil Lukas menasihat kita: “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa” (Luk 21:34-36) untuk menanti kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Dia akan menerangi hidup, menguduskan dan memuliakan kita di hadapan Bapa di Surga.
Mari dengan harapan yang kuat kita berseru: Maranatha!
Doa: Tuhan, terima kasih atas penyertaanMu dalam hari-hari hidupku ini.
PJSDB