Bacaan:
Roma 16:3-9.16.22-27
Mazmur: 145: 2-3; 4-5; 10-11
Injil: Luk 16:9-15
Roma 16:3-9.16.22-27
Mazmur: 145: 2-3; 4-5; 10-11
Injil: Luk 16:9-15
Kesetiaan dalam persahabatan
Pada suatu hari filsuf Yunani terkenal bernama Socrates, bertanya kepada seorang lelaki tua tentang apa yang paling membuatnya bersyukur di dalam hidupnya. Lelaki itu menjawab, “Sahabat-sahabatku yang masih setia sampai saat ini, meski aku ini seorang yang miskin.” Saya juga teringat akan seorang sahabat bernama Mr. Paulo. Dahulu ketika bertemu, saya selalu bertanya, “Mr Paolo, apa yang engkau cari di dunia ini?” Dan dia selalu menjawab, “Saya mencari harta!”. Tetapi sekarang, setiap kali bertemu, saya bertanya kepadanya, “Mr. Paolo, apa yang engkau cari di dunia ini?” Dan dia menjawab, “Saya mencari kesetiaan!”
Memang hidup ini sepatutnya diperkaya dengan persahabatan dan kesetiaan. Setiap orang memerlukan sahabat. Hidup tanpa sahabat yang mengasihi, rasanya sepi dan hampa dunia ini. Sahabat adalah sekutu saat kita mengalami pertentangan bathin, hiburan di saat berkabung, dan teman di saat tertekan. Ia yang melihat kita dalam keadaan terburuk, tetapi tidak pernah melupakan kita yang terbaik. Ia adalah orang yang menganggap kita sedikit lebih mengaggumkan daripada kita yang sebenarnya. Ia yang selalu mendengar curhat kita meskipun sebetulnya hal itu tidak menarik dan berpengaruh padanya.
Santu Paulus hari ini menyadarkan nilai persahabatan sejati dalam hubungannya dengan rasa bersyukur. Syukur Paulus kepada Tuhan karena para sahabatnya yang membantu dia dalam penginjilan. Dia tidak pernah melupakan kebaikan Priska dan Akwila yang “mempertaruhkan nyawa” untuk hidupnya. Demikian juga seluruh jemaat bukan Yahudi, Epenetus, Andronikus, Yunias, Ampliatus, Urbanus dan Stakhis juga disapa shalom. Paulus bersyukur atas persahabatan karena dia juga bersahabat dengan Tuhan sendiri. Rasa syukur Paulus kepada Tuhan diungkapkannya dengan berkata, “Segala kemuliaan hanya bagi Allah yang penuh hikmat dalam Yesus Kristus.”
Persahabatan Paulus dengan Tuhan dan sesama ini menguatkan kita untuk memahami Injil hari ini. Setiap pribadi dikelilingi oleh tawaran-tawaran yang menggiurkan terutama mamon dalam rupa material yang berharga dan mengikat bathin sehingga melupakan Tuhan. Point penting di sini adalah bagaimana orang dapat berbagi dalam hidupnya secara adil sebagai wujud cintanya kepada sesama dan kepada Tuhan. Di sini dibutuhkan kesetiaan untuk berbagi dari hal-hal yang kecil hingga hal-hal yang besar. Kesetiaan dalam berbagi waktu-waktu kehidupan, kemampuan dan bakat-bakat untuk kebaikan sesama. Semua yang kita lakukan untuk para sahabat kita bahkan yang paling hina, kita lakukan untuk Tuhan sendiri.
Sabda Tuhan pada hari ini menegur sekaligus mengoreksi diri kita yang mungkin selama ini hanya menjadi sahabat yang parasit. Dalam arti selalu merasa rugi dalam berbagi, takut menjadi orang miskin dan membiarkan orang lain berkurban. Kita belajar dari Tuhan yang memberi segalanya untuk kita tanpa memberi perhitungan untung dan ruginya untuk kita. Sebaliknya kita menjadi setia mulai dari hal-hal yang kecil hingga hal-hal yang besar untuk mewujudkan kebahagiaan bersama para sahabat atau sesama lain. Maka pikirkanlah, apakah anda seorang sahabat yang baik? Doa kita: Ya Allah dan Rajaku, Aku hendak memuji namaMu untuk selamanya. PJSDB