Homili XXXIII/A, 13 Nopember 2011
Bacaan I: Amsal 31:10-13.19-20.30-31
Mzm 128: 1-2.3.4-5
Bacaan II: ITes 5:1-6
Injil: Matius 25: 14-30
Harus Punya Jiwa Dagang Untuk Tuhan
Ada seorang calon imam yang masuk dalam kategori late vocation. Dia setelah selesai kuliah di sebuah universitas terkemuka di Australia, lalu bekerja sebagai konsultan di sebuah perusahan asing. Setelah sepuluh tahun bekerja sebagai konsultan pada sebuah perusahan asing ia memutuskan untuk masuk dalam sebuah biara. Pada mulanya ia begitu bahagia apalagi ketika sudah diterima dan memakai jubah kebesaran sebagai biarawan. Namanya juga sudah ada tambahan di depan ‘frater’ dan belakangnya ada nama kongregasi. Sungguh hari-hari dilewati dengan indah. Namun semakin lama bersama di dalam komunitas, dia merasa bahwa ternyata teman-temannya yang lebih muda, ada yang memiliki kemampuan dan bakat yang melebihi dirinya. Dia sendiri masih berbangga dengan pendidikan di luar negeri dan pengalaman sepuluh tahun sebagai konsultan dengan gaji yang besar.
Sangat manusiawi! Ia mengalami krisis dan berniat untuk mundur. Dia lalu bertemu dengan superior biara dan mengutarakan semua perasaannya. Superior bertanya kepadanya, “Apa yang bisa kamu sumbangkan untuk kebaikan komunitas?” Dia bingung dan mengatakan, “Sepertinya saya tidak bisa menyumbang apa-apa. Musik aku tak mampu, olah raga aku tak punya hobby. Bekerja di taman aku tak mampu.”Lalu superior yang sudah lama menjadi pembimbing terdiam tetapi mengetahui bakat tersembunyi dalam diri frater ini. Dia lalu diminta untuk membantu merencanakan outing komunitas ke sebuah sebuah villa di pegunungan. Dan luar biasa dalam waktu yang singkat dia menyiapkan budget, dan acara-acara yang baik untuk pembinaan para frater. Semuanya begitu jelas sampai membuat superiornya kaget dan merasa bahwa outing saat itu pasti akan sukses. Dan betul semua kegiatan selama outing itu sangat memuaskan baik para frater maupun para pembinanya.
Setiap orang dibekali oleh Tuhan dengan aneka bakat dan kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya. Dalam bacaan pertama, Kitab Amzal mengingatkan kita semua akan bakat-bakat dan kemampuan seorang isteri di depan suaminya. Istri yang cakap, yang memiliki talenta adalah pribadi yang menyenangkan hati suami. Dia tidak diukur dari cashing luarnya yakni cantik atau tidak cantik tetapi jati dirinya. Jati diri yang menandakan bahwa dia itu menggunakan bakat dan kemampuan untuk kebaikan, bekerja dengan ulet, mencintai Tuhan dan sesama dan takut akan Tuhan.
Sikap sebagai isteri yang ulet dalam bekerja sebanding apa yang Yesus umpamakan dalam Injil. Tuhan Yesus mengarahkan para muridNya untuk bekerja dengan tekun dalam menanti kedatangan Tuhan. Mengapa bekerja dengan tekun? Karena setiap pribadi akan dinilai berdasarkan tugas dan tanggung jawab yang Tuhan percayakan kepadanya. Tuhan memberi “Injil Kerajaan” sebagai modal. Apakah setiap orang bertanggungjawab dalam mengembangkan Injil Kerajaan dan membuat banyak orang memperoleh keselamatan?
Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan tentang talenta yang diberikan kepada tiga orang sesuai kemampuannya. Talenta bukan soal bakat dan kemampuan tetapi ‘uang’sebagai modal yang harus dikembangkan. Orang pertama diberikan lima talenta dan menghasilkan laba lima talenta. Dia diterima dengan baik oleh Tuannya dan diberikan hadia kebahagiaan. Orang kedua menerima dua talenta dan menghasilkan laba dua talenta. Dia diterima dengan baik dan diberikan hadia kebahagiaan. Orang ketiga menerima satu talenta, Dia sembunyikan talenta itu dan mengembalikan kepada tuannya tanpa ada laba apa-apa. Bahkan ia masih mengatakan, “Tuan, aku tahu bahwa Tuan adalah manusia yang kejam, yang menuai di tempat Tuan tidak menabur, dan yang memungut di tempat di mana Tuan tidak menanam.” Dia juga dengan polos mengatakan, “Aku takut dan menyembunyikan talenta Tuan di dalam tanah.” Dia dikecam oleh Tuannya, talentanya diambil dan diberikan kepada orang lain yang dapat mengembangkannya. Dia sendiri dicampakan di tempat yang gelap, di mana ada ratap dan kertak gigi.
Tiga orang yang ditampilkan di dalam Injil cukup mewakili setiap pribadi kita. Orang pertama dan kedua mewakili pribadi yang memiliki kemampuan tekun dan ulet sehingga dapat berhasil dalam hidup. Mereka tidak hanya bahagia di dalam hidupnya tetapi membuat orang lain juga turut bahagia dan selamat. Mereka setia dan jujur di hadirat Tuan mereka. Orang ketiga itu orang yang pintar dan mengerti kehidupan sosial. Mengapa dia harus bekerja keras untuk memberikan hasilnya kepada boss yang tidak bekerja? Bukankah ini berlawanan dengan prinsip keadilan dan hak-hak hidup manusia? Maka dia memiliki alasan untuk tidak mengembangkan modal, meski ia tahu Tuannya kejam!
Perumpamaan ini juga sangat menarik perhatian kita karena dari orang ketiga di atas, banyak orang berpikir bahwa Tuhan Allah hanya tahu menuntut. Dia tidak berbuat apa-apa tetapi tuntutannya berat. Kerajaan Allah juga penuh dengan larangan: jangan ini dan jangan itu. Ini tentu membuat manusia hidup dalam dunia ketakutan.
Sebetulnya Kerajaan Surga itu bukan Kerajaan perintah dan larangan tetapi Kerajaan yang berisi orang yang memiliki jati diri untuk bertumbuh dan berkembang. Kerajaan yang berisi orang yang memiliki otak dagang: mengembangkan Injil Kerajaan Allah supaya keselamatan dapat berlipat ganda bukan menyembunyikan Injil Kerajaan Allah sehingga keselamatan tidak mencapai banyak orang. Tuhan datang untuk menyelamatkan semua orang dan kita adalah agen-agen yang bertugas meneruskan karya keselamatan supaya banyak orang merasakan keselamatan atau cinta kasih Tuhan. Keselamatan, iman itu mahal bahkan melebihi uang karena Yesus sendiri membayarnya dengan Tubuh dan DarahNya yang mulia.
Apa yang harus kita lakukan?
Supaya kita tidak ikut dibuang ke tempat yang paling gelap maka kita perlu siap sedia. Paulus dalam Bacaan kedua mengingatkan kita akan hari di mana setiap orang mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Tuhan. Bahwa Hari Tuhan itu seperti pencuri di waktu malam. Oleh karena itu sebagai anak-anak terang harus selalu siap sedia untuk menanti dengan setia. Bagaimanapun juga setiap pribadi terpanggil untuk mengembangkan Injil Kerajaan Allah sesuai kemampuannya dan nantinya dapat mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan pada hariNya.
Bacaan-bacaan hari ini sungguh menyiapkan kita untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua. Kita harus memiliki jiwa dagang dalam mengembangakan Injil Kerajaan Allah. Sikap siap sedia dituntut oleh Tuhan dalam bentuk ketekunan untuk mengembangkan Injil Kerajaan Allah supaya banyak orang memperoleh keselamatan. Tentu perlu kesetiaan dalam bekerja bukan ketakutan. Semoga Tuhan tetap mendampingi kita dengan SabdaNya yang kita dengar dan membawa kita kepada diriNya sendiri.
Doa: Tuhan, mampukan aku untuk melayaniMu dengan sepenuh hati. Amen
PJSDB