Bacaan I: I Mak 6:1-13
Mazmur 9: 2-4.6.16.19
Injil: Luk 20:27-40
Allah orang yang hidup bukan orang mati
Kaum Saduki adalah sebuah partai atau kelompok yang pernah ada dalam kalangan orang Yahudi pada zaman Yesus. Partai ini terdiri dari kaum imam aristokratis dan para pendukung mereka. Mereka hanya menerima Taurat yang tertulis dan menolak tradisi lisan yang berkembang terutama di kalangan orang-orang Farisi. Mereka tidak percaya pada kebangkitan badan karena bagi mereka, hal ini tidak ditulis di dalam Taurat.
Mereka lalu mencobai Yesus dengan pertanyaan seputar perkawinan Leviratmenurut hukum Musa yakni perkawinan antara saudara laki-laki dengan isteri (janda) dari saudaranya yang sudah meninggal. Anak yang akan lahir biasanya menjadi ahli waris saudara yang sudah meninggal (Ul 25:5-10). Bagaimana situasi perempuan yang dikawini tujuh bersaudara ini pada hari kebangkitan? Siapa yang akan menjadi suaminya karena mereka mengawininya tetapi tidak memberikan anak kepada perempuan itu? Yesus dengan bijaksana dan kuasa menjelaskan bahwa hidup yang akan datang bukanlah kelanjutan dari hidup sekarang di atas dunia ini. “Bagi mereka yang dianggap layak mendapat bagian dalam dunia yang lain akan seperti malaikat-malaikat dan menjadi anak-anak Allah” ( Luk 20: 35.37; Kej 6:2). Yesus lalu menutup penjelasannya dengan berkata: ” Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, karena di hadapan Dia semua orang hidup.”
Kisah Injil ini menarik perhatian kita. Allah yang diimani adalah Allah orang hidup dan bukan Allah orang mati. Di hadapan Allah semua orang hidup! Maka dengan sendirinya setiap orang yang hidup dan percaya memiliki kiblat hidup yang selalu menuju kepada Allah. Setiap orang akan mengalami kehidupan kekal yakni hidup seperti malaikat (pelayan Tuhan) dan sebagai Anak Allah. Ini juga menjadi satu janji Tuhan Yesus. Janji ini akan terpenuhi karena Dia sendiri berkata: “Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, Percayalah juga kepadaKu. Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Aku pergi menyiapkan tempat dan datang kembali dan membawa kamu supaya di mana Aku berada, kamu juga berada.” (Yoh 14:1-3).
Namun sering kali kita juga masih dikuasai oleh kejahatan-kejahatan yang menjauhkan kita dari Tuhan. Tuhan boleh menjanjikan tempat kekal bagi kita tetapi bagaimana kalau kita sendiri tidak bersedia menghuni tempat itu? Mengapa? Karena napsu untuk menguasai orang lain, membuat orang lain menderita, gila harta seperti yang dialami oleh Raja Antiokhus (bacaan I) masih menguasai dan menyenangkan kita. Raja Antiokhus mati dalam situasi yang mengerikan karena perbuatan jahatnya bagi orang lain. Kita harus menyadari bahwa kejahatan akan kalah karena kejahatan juga punya batasnya. Tuhan yang hidup, Dialah yang berkuasa atas segalanya.
Hari ini kita diajak oleh Tuhan untuk menghargai hidup di dunia ini karena hidup di dunia ini merupakan cerminan kehidupan ilahi kelak. Hidup yang senantiasa berkiblat kepada Tuhan. Biarkan diri kita di pimpin oleh Roh Kudus menuju kepada Bapa dan Putera. Kita juga bersyukur kepada Tuhan karena Dia adalah Allah yang hidup, Bapa yang kekal yang senantiasa mengasihi kita. Dia akan menjadikan kita seperti malaikat dan anakNya sendiri. Berbanggalah memiliki Allah seperti Dia. El Shadai. PJSDB