Hari Kamis Pekan Biasa IX
2Tim 2:8-15
Mzm 25: 4 bc-5ab. 8-9
Mrk 12:28b-34
Mengasihi lebih sungguh!
Seorang ahli Taurat datang dan bertanya kepada Yesus tentang perintah mana yang paling utama. Yesus tidak berpikir untuk mengambil ide-ide dari sepuluh perintah Allah yang sudah sangat populer di kalangan orang Yahudi. Tetapi karena Yesus berhadapan dengan seorang pakar Taurat maka Ia mengambil contoh langsung dari Kitab Suci. Yesus menjawab, “Perintah yang paling utama ialah, ‘Dengarlah, hai Israel, Tuhan Allah kita itu Tuhan yang esa! Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatanmu (Ul 6:4-5). Dan perintah yang kedua ialah Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Im 19:18)’ Tidak ada perintah lain yang lebih utama dari kedua perintah ini.” Ahli Taurat itu mengakui bahwa jawaban Yesus itu benar maka Yesus pun mengatakan kepadanya bahwa ia tidak jauh dari Kerajaan Allah.
Mengasihi Allah dan mengasihi sesama bukanlah sebuah perintah seperti kesepuluh perintah Allah. Perintah-perintah Allah itu menunjukkan hal-hal yang spesifik yang harus di lakukan atau dihindari oleh manusia. Perintah Allah juga lebih berhubungan dengan tuntutan hati nurani manusia. Misalnya jangan mencuri. Ini adalah satu hal yang spesifik yang harus dihindari karena bertentangan dengan prinsip keadilan sosial dalam hidup bersama. Mengasihi Allah itu cakupannya lebih luas. Totalitas kehidupan manusiawi kita tertuju pada Tuhan. Tuhan Allah juga merupakan Pribadi yang harus dicintai di atas segalanya (Mat 6:9-10; Yes 4:17). Mengasihi Allah dalam diri Yesus (2Kor 5:16; 1Ptr 1:8). Kasih yang otentik hanya kepada Allah ( 1Yoh 5:2).
Mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati berarti hati kita hendaknya terbuka pada semua rencana dan kehendakNya. Dia adalah fokus kasih kita. Konsekuensinya adalah kita harus merindukan Dia, berani melupakan diri sendiri dan hanya berfokus pada Tuhan sendiri saja. Mengasihi Tuhan Allah dengan segenap akal budi berarti menggunakan akal budi untuk mengenal Dia. Dialah yang menuntun seluruh hidup kita. Tugas kita adalah berdoa, mengucap syukur dan menyembahNya. Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan berarti dengan segala kelemahan manusiawi yang kita miliki, kita memohon kekuatan dariNya untuk terus menerus mengasihiNya.
Yesus mengatakan bahwa perintah kedua sama dengan perintah pertama yakni mengasihi sesama sama seperti mengasihi diri sendiri. Perintah ini dapat dilaksanakan kalau kita sungguh-sungguh mengasihi Allah. Hukum kasih inilah yang membuat kita sungguh-sungguh menjadi murid Kristus: “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu apabila kamu saling mengasihi satu sama lain” (Yoh 13:35).
Paulus mewujudkan hukum kasih ini dengan kehidupannya yang nyata sebagai rasul. Tanda cintanya kepada Tuhan ia tunjukan ketika mewartakan kebangkitanNya. Ia bersaksi, “Yesus Kristus keturunan Daud telah bangkit dari kematianNya.” Paulus menderita supaya Injil dapat dikenal banyak orang dan mereka memperoleh keselamatan. Dengan tegas ia berkata, “Jika kita mati dengan Kristus, kita pun akan hidup dengan Dia.Jika kita bertekun, kita pun akan memerintah bersama Dia. Jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita. Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya” Pada akhirnya Paulus menasihati Timotius, “Berusahalah agar engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang mewartakan Sabda kebenaran itu dengan terus terang”.
Kita semua sudah mengenal hukum kasih yakni mengasihi Tuhan dengan seluruh totalitas kehidupan kita dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri kita sendiri. Pengenalan hukum kasih secara kognitif itu mudah diingat tetapi sulit untuk dihayati di dalam hidup. Di dalam Kitab ulangan, orang Israel diajak untuk mendengar, “shema” terlebih dahulu kemudian melakukannya. Kalau tidak mendengar dengan baik bagaimana kita dapat mengasihi Allah dan sesama? Bagaimana anda mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan? Bagaimana anda mengasihi sesama, dalam hal ini “para musuh dikasihi dan orang yang menganiaya juga didoakan?” (Mat 5:44). Yohanes berkata, “Siapa yang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, dia seorang pembohong” (1Yoh 4:20)
Mari kita membenahi diri kita dan mengasihi lebih sungguh. Ingat, mengasihi Tuhan sama dengan mengasihi sesama kita.
Doa: Tuhan, semoga saya mampu mengasihi Engkau dan sesama saya. Amin
PJSDB