Hari Senin, Pekan Biasa XIII
Amos 2:6-10.13-16
Mzm 50:16bc-17.18-19.20-21.22-23
Mat 8:18-22
Ikutlah Aku!
Yesus dan para muridNya sedang berjalan-jalan di sekitar pantai danau Galilea. Ia melakukan tugas perutusanNya dengan mengajar dan menyembuhkan banyak orang sakit, termasuk mengusir roh-roh jahat. Perbuatan-perbuatan besar Allah yang dilakukan oleh Yesus membuat banyak orang mengerumuni Yesus. Mereka termotivasi untuk mengetahui lebih jauh: apakah cerita tentang perbuatan-perbuatan Yesus itu benar-benar terjadi? Ada yang hendak merasakah perbuatan-perbuatan besar Allah tersebut. Ada juga yang hanya sekedar ikut-ikutan saja tanpa ada motivasi yang jelas. Yesus mengetahui situasi ini sehingga Ia berkata kepada para muridNya untuk bertolak ke seberang danau. Danau Galilea memiliki panjang 21km dan lebarnya 12 km. Maka bertolak ke seberang secara geografis memang tidaklah sulit. Mereka mudah melakukannya karena tidak jauh.
Ketika tiba di seberang, mereka berjumpa dengan dua orang yang memiliki permintaan istimewa kepada Yesus. Orang pertama adalah seorang Ahli Taurat. Ahli Taurat adalah pakar yang sangat memahami Kitab Suci. Ia berkata, “Guru, aku akan mengikuti Engkau kemana saja Engkau pergi.” Yesus tidak menjawab “Oke, silakan ikut Aku” tetapi Ia justru membuat Ahli Taurat itu berpikir dan memutuskannya: “Serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang tetapi Anak manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala” Mungkin kita akan spontan mengatakan bahwa jawaban Yesus itu “tidak nyambung” dengan permintaan Ahli Taurat itu. Namun Yesus sebenarnya mau mengingatkan Ahli Taurat itu bahwa ia sendiri sudah mengenal Kitab Suci terutama Kitab Taurat. Dengan demikian ia juga pasti sudah tahu tentang figur Mesias. Figur Mesias digambarkan sebagai pribadi yang sederhana dan miskin. Namun karena kemiskinannya membuat kita menjadi kaya. Itu sebabnya, Ia menjawab Ahli Taurat itu dengan berfokus pada kebutuhan hidup setiap hari “Serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang”. Artinya setiap pribadi sudah dibekali dengan aneka anugerah untuk hidup berkecukupan. “Anak manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala”. Dengan ini Yesus bermaksud mengingatkan kita untuk tidak melekat pada segala sesuatu yang kita miliki (liang dan sarang). Dia sendiri tidak memiliki tempat untuk tinggal (rumah). Menjadi murid yang tepat adalah meninggalkan, membiarkan segalanya dan menggantungkan harapan pada penyelenggaraan Tuhan.
Datang juga orang yang lain yang sudah menjadi murid dan berkata, “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.” Kepada murid itu Yesus berkata, “Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.” Figur orang kedua ini sudah menjadi murid tetapi masih melekat juga hatinya dengan keluarga, padahal sebagai murid orang harus rela meninggalkan segalanya. Oleh karena itu Yesus dengan tegas mengatakan kepadanya bahwa untuk mengikutiNya orang perlu meninggalkan dan membiarkan segalanya karena akan menerimah lebih dari itu. Yesus sendiri pernah berkata, “Setiap orang yang karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudarinya perempuan, ibunya atau baopanya, anak-anak atau ladangnya sekarang ini akan menerima seratus kali lipat, sekalipun dengan penganiayaan” (Mrk 10:20-30). Yesus adalah sumber hidup maka wajar juga ketika Ia berkata, “Biarkanlah orang mati menguburkan orang mati”. Dialah yang akan membangkitkan semua orang yang percaya kepadaNya pada akhir zaman.
Apa yang harus kita lakukan untuk menjadi murid Kristus yang cocok? Bacaan pertama dari Kitab nabi Amos memberikan jawaban yang bagus. Kita semua dipanggil untuk memperhatikan kehidupan sesama. Memperhatikan dalam arti mencari yang terbaik yang sungguh-sungguh membuat mereka menjadi manusia yang bermartabat. Untuk itu menurut Amos, setiap pribadi perlu menghindari perbuatan-perbuatan jahat seperti: menjual orang benar untuk mendapatkan uang, menjual orang miskin untuk sepasang sepatu. Menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang sengsara. Melanggar kekudusan Tuhan dengan berzinah. Perbuatan-perbuatan jahat dapat terjadi karena orang lupa akan kasih Allah yang agung. Padahal, Tuhan sendiri yang mengeluarkan mereka dari Mesir dan menuntun serta melindungi mereka.
Sabda Tuhan hari ini berbicara tentang pemuridan. Setiap pribadi dipanggil Tuhan untuk mengikutiNya dari dekat dengan caranya masing-masing. Hanya yang menjadi masalah adalah bagaimana manusia menjawabi panggilan Tuhan ini untuk menjadi murid. Selalu saja ada alasan atau syarat yang diberikan atau keterikatan pada segala harta yang dimiliki. Namun dengan tegas Yesus menyapa setiap pribadi, “Ikutlah Aku”. Ya, mengikuti Yesus Kristus yang taat, miskin dan murni. Karena kemiskinannya membuat kita menjadi kaya. Karena ketaatanNya kepada Bapa di Sorga membuat kita semua ditebus. Karena kemurnianNya membuat kita mengalami kasih dan berani untuk mengasihi. Nah semuanya ini bermuara pada pengorbanan diri. Mengikuti Yesus berarti siap mengorbankan diri bagi Yesus.
Doa: Tuhan, semoga kami tidak terikat pada harta duniawi tetapi berani berbagi dengan sesama sehingga dapat menikmati kebahagiaan kekal bersamaMu kelak. Amen
PJSDB