Hari Jumat, Pekan Biasa XIII
Amos 8:4-6.9-12
Mzm 119:2.10.20.30.40.131
Mat 9:9-13
“Ikutlah Aku”
Penginjil Matius meneruskan Kisah Yesus. Kemarin Yesus menyembuhkan seorang lumpuh tanpa nama berkat iman sesama lain yang percaya kepada Yesus Kristus. Hari ini, Yesus berjalan di sekitar pantai danau Galilea. Ia melihat banyak orang yang sibuk di daerah pusat perdagangan ini. Dia lalu bertemu dengan Lewi alias Matius yang sedang duduk di rumah cukai. Artinya profesi Matius adalah memungut cukai dari orang-orang Yahudi untuk diserahkan kepada peguasa Romawi. Profesi sebagai pemungut cukai memang tidak menguntungkan bagi Matius dari sudut pandang orang Yahudi. Mereka gampang menjadi sasaran kebencian karena mereka adalah orang Yahudi yang bekerja bagi penjajah Romawi. Kebanyakan dari para pemungut cukai juga melakukan tindakan korupsi tertentu yang membuat mereka lebih tinggi kesejahateraannya dibanding orang Yahudi yang lain. Itu sebabnya mereka disamakan setingkat dengan orang berdosa seperti para pelacur dan perampok.
Apa saja yang menjadi pajak pada saat itu? Biasanya ada pajak langsung yaitu pajak kepemilikan tanah dan manusia. Mungkin sama dengan kita di Indonesia: pajak bumi dan bangunan. Ada juga pajak tak langsung bisanya berupa material tertentu seperti perhiasan-perhiasan atau bahan-bahan dari keramik. Orang seperti Matius dan Zakheus (Luk 19:2) adalah orang pribumi yang melakukan kontrak dengan orang Romawi sebagai pegawai pajak. Maka tentu mereka ini bukanlah orang yang kaya raya karena mereka juga pegawai kontrak.
Nah, hal yang menarik perhatian kita hari ini adalah, Yesus bertemu dengan Matius dan berkata kepadanya, “Ikutlah Aku”. Matius tanpa kompromi berdiri dan segera mengikuti Yesus. Di pihak Yesus, Ia memanggil Matius untuk menyelamatkannya: “Bukan orang sehat yang membutuhkan dokter melainkan orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar melainkan orang bredosa.” Jadi, kepedulian Yesus adalah pada keselamatan. Di pihak Matius, ajakan Yesus adalah kesempatan untuk berubah dari hidup lama sebagai pemungut cukai menjadi bagian dari Yesus Kristus. “Ikutlah Aku” berarti Matius diubah oleh Yesus menjadi mirip denganNya. Perubahan ini adalah sukacita besar dan ditandai dengan makan bersama di rumah Matius.
Tentu saja perubahan radikal Matius dari hidup lama menjadi baru dalam Kristus melewati perjuangan pribadi yang luar biasa. Beralih dari memiliki segalanya karena bekerja menjadi tidak punya apa-apa demi Kristus. Tetapi Matius menunjukkan kehebatannya dengan berubah dan setia kepada Yesus. Gambaran luhur tentang siapakah Yesus dapat dibaca di dalam Injil Matius sendiri.
Terlepas dari perubahan radikal Matius, orang-orang Farisi selalu tampil beda. Mereka tidak melihat perbuatan baik Yesus yaitu mengubah Matius dan rekan-rekan pemungut cukai untuk menjadi baru tetapi hanya melihat Yesus yang duduk dan makan bersama mereka. Orang-orang Farisi juga tidak langsung berkata kepada Yesus tetapi melalui para muridNya. Orang-orang Farisi berpikir bahwa Yesus hendaknya menjauh dari orang-orang berdosa ini. Orang berdosa patut dikucilkan dari komunitas!
Bacaan Injil ini menarik perhatian kita karena mengisahkan hidup kita seadanya, bukan hanya hidup Matius. Yesus senantiasa berjalan-jalan di dalam lorong kehidupan kita. Ia juga memanggil kita dengan panggilan yang sama, “Ikutlah Aku”. Nah, mengikuti Kristus berarti menjadi serupa dengan Dia dalam segala hal. Misalnya, Yesus memanggil Matius dan mengubahnya menjadi Matius yang baru (dari Lewi menjadi Matius). Kita mengikuti Kristus berarti berusaha membuat orang lain berubah menjadi lebih baik. Tindakan-tindakan nyata lain sebagai buah Injil hari ini adalah saling memaafkan, saling mengampuni satu sama lain. Hal ini membuat kita mirip dengan Yesus memanggil orang berdosa, memaafkan dan mengampuni kesalahan mereka.
Sikap dan kepeduliaan Yesus, kita temukan juga dalam sikap dan kepeduliaan Nabi Amos dalam bacaan pertama. Amos memperjuangkan sebah perubahan yang radikal dalam masyarakatnya Kerajaan Israel pada saat itu. Kritik sosial Amos terhada para penguasa yang menginjak-injak orang miskin, membinasakan orang-orang sengsara dan penipuan atau kebohongann publik. Semuanya ini tidak layak di hadirat Tuhan. Tuhan bahkan akan membuat matahari tebenam di siang hari dan membuat bumi gelap pada hari ceriah. Tuhan juga akan diam, tidak akan berbicara sehingga orang menjadi lapar dan haus akan FirmanNya.
Sabda Tuhan pada hari ini membuat kita harus bertumbuh dalam rasa syukur yang terus menerus kepada Tuhan. Ia senantiasa memanggil dan membuat kita serupa denganNya. Kata-kataNya yang menghibur: “Ikutlah Aku”. Mari kita mengikuti Dia untuk menyelamatkan saudara-saudari kita, dengan menjadi tanda dan pembawa cinta kasihNya kepada mereka. Kita mesti memiliki keberanian seperti Yesus yang berani mencari orang berdosa untuk diselamatkan. Kita juga mengambil semangat Amos untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Apakah kita mampu seperti Yesus dan Amos? Dengan bantuan Tuhan, kita serahkan semuanya kepada penyelenggaraanNya.
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Amen
PJSDB