Lalang dan gandum
Seorang sahabat saya setelah membaca renungan harian beberapa hari yang lalu (Sabtu 28 Juli 2012) dan renungan harian tadi pagi (31 Juli 2012) menulis pesan kepada saya sore ini. Dia sudah merefleksikan renungan-renungan ini dalam konteks relasi persahabatan. Ia menulis begini, “Pater John, saya baru sadar bahwa ternyata selama ini saya bertumbuh bersama sahabat-sahabat saya ibarat gandum yang bertumbuh bersama lalang. Demi persahabatan saya baru menyadari bahwa ada di antara mereka yang akrab denganku karena persahabatan. Ada yang akrab denganku karena mereka butuh tenaga dan pikiran. Ada juga yang akrab denganku karena mereka butuh duit. Mereka yang bersahabat denganku karena sahabat selalu membahagiakanku, tetapi mereka yang seolah-olah menjadi sahabat bukan karena saya apa adanya tetapi karena saya ada apanya” mengecewakan. Ketika bertemu di jalan, di gereja atau dalam persekutuan mereka menghindar. Mereka masa bodoh seolah-olah tidak ada apa-apa. Orang katolik, pengikut Kristus ternyata menjadi lalang yang subur!”
Satu sharing “kesadaran” yang lambat tetapi menarik perhatianku. Tanpa sadar banyak kali terjadi di dalam hidup pengalaman-pengalaman seperti sahabatku ini. Kedekatan sebagai sahabat sebenarnya bukan hanya pada saat-saat yang membahagiakan (karena ada apanya) tetapi dalam segala situasi hidup (apa adanya). Persahabatan yang baik bukan berdasar pada rasa simpati tetapi pada rasa empati. Terkadang orang kurang menyadarinya sehingga relasi antar pribadi menjadi rusak. Adalah sebuah kesalahan besar kalau ada orang berperilaku parasit pada orang lain.
Lalang dan gandum itu tumbuhan yang memiliki kemiripan. Pada saat masih bertumbuh bersama di atas lahan, sang petani susah membedakan. Kelihatan dalam bertumbuh bersama tidak menimbulkan masalah apa-apa. Meskipun sebenarnya, petani yang cerdas akan merasa rugi karena humus tanah juga ikut direbut oleh lalang. Para petani dapat membedakannya ketika mulai berbunga dan berbuah hingga panen. Namun masih sulit untuk mencabut lalang karena lalang masih bertumbuh bersama gandum. Hanya saat menuai baru bisa memisahkan lalang dan gandum. Hidup bersama juga demikian.
Orang-orang di sekitar kita terkadang sulit kita bedakan apakah dia itu baik atau jahat. Kadang karena kedekatan maka tidak dapat dibedakan. Orang dapat menjadi lalang dengan memeras, meminjam duit berkali-kali tanpa pikir untuk mengganti. Hanya karena persahabatan orang susah untuk mengatakan tidak. Tindakan untuk merugikan sahabat itu dosa! Bertobatlah, jadilah gandum yang memberi hidup bukan lalang yang menghasilkan kematian.
PJSDB