St.Bernardus, Abas dan Pujangga Gereja
Hari Senin, Pekan Biasa XX
Yeh 24:15-24
Mzm (Ul 32:18-21)
Mat 19:16-22
Milikilah Sikap Lepas Bebas!
Siapakah St. Bernardus? Santo Bernardus dilahirkan pada tahun 1090. Empat tahun sesudah ibundanya meninggal dunia (1112) bersama 30 orang teman mereka masuk biara Citeaux. Tiga tahun kemudian bersama dua belas rahib mereka memulai biara Clairvaus. Ia mewujudkan hidup dalam semangat kontemplasi dan doa. Ia menjadi penasihat raja dan paus. Semangat hidup membiara berkembang dengan pesat. Bernardus telah berhasil melepaskan diri dari harta dunia dan mempersembahkan dirinya hanya untuk Tuhan. Ia meninggal dunia pada tahun 1153.
Ada sebuah keluarga sederhana. Wajah pasutri itu selalu ceriah. Mereka suka berbagi dengan sesama di sekitar rumah. Pada suatu kesempatan mereka ditanya alasan mengapa mereka suka berbagi dengan sesama padahal mereka juga seharusnya membutuhkan bantuan sesama. Pasutri itu menjawab, “Ya, kami tidak punya apa-apa, sedikit yang ada pada kami, kami bagikan kepada sesama karena ketika kami mati, kami tidak akan membawanya ke liang kubur”. Sharing yang sederhana tetapi menunjukkan betapa keluarga ini layak di hadapan Tuhan. Mereka tidak melekat pada segala sesuatu yang mereka miliki tetapi mempercayakan segalanya kepada Tuhan dan membaginya kepada sesama.
Ada sebuah keluarga sederhana. Wajah pasutri itu selalu ceriah. Mereka suka berbagi dengan sesama di sekitar rumah. Pada suatu kesempatan mereka ditanya alasan mengapa mereka suka berbagi dengan sesama padahal mereka juga seharusnya membutuhkan bantuan sesama. Pasutri itu menjawab, “Ya, kami tidak punya apa-apa, sedikit yang ada pada kami, kami bagikan kepada sesama karena ketika kami mati, kami tidak akan membawanya ke liang kubur”. Sharing yang sederhana tetapi menunjukkan betapa keluarga ini layak di hadapan Tuhan. Mereka tidak melekat pada segala sesuatu yang mereka miliki tetapi mempercayakan segalanya kepada Tuhan dan membaginya kepada sesama.
Yesus meneruskan pengajarannya tentang urgensi Kerajaan Allah. Sebelumnya Ia mengundang kita untuk mengambil spirit anak kecil yang polos dan tulus di hadirat Tuhan. Hari ini datanglah seorang muda kepada Yesus dan bertanya, “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup kekal?” Yesus coba mengarahkan anak muda itu untuk memahami apa dan siapakah kebaikan itu. Bagi Yesus, yang baik hanya ada Satu, tentu Tuhan Bapa yang mahabaik. Kemudian Yesus mengingatkannya tentang sepuluh perintah Allah, mulai dari menghargai hidup sesama dan kepemilikannya, menghormati orang tua dan mengasihi sesama. Orang muda itu mangakui bahwa perintah-perintah itu sudah ia lakukan dan bertanya lagi kepada Yesus apakah masih ada yang kurang. Yesus tahu satu titik kelemahan orang muda itu yaitu kelekatannya pada harta yang ia miliki. Oleh karena itu Yesus berkata, “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah kemari dan ikutilah Aku”. Orang itu mundur karena hartanya banyak dan ia tidak mau melepaskan dirinya dari harta itu.
Mengikuti Yesus dengan radikal dan keinginan untuk memperoleh hidup kekal tidak hanya sebatas mengikuti sepuluh perintah Allah. Perintah-perintah gereja dan kebiasaan-kebiasaan yang baik, praktek-praktek kesalehan juga sangat penting untuk mendekatkan kita dengan Tuhan. Hal yang dituntut Tuhan adalah sikap lepas bebas. Kalau mau masuk surga ada syaratnya: Juallah segala milikmu. Hasil penjualan itu berikan pada orang miskin bukan untuk ditabung bagi dirimu. Dengan demikian kita tidak punya apa-apa maka harapan kita hanya pada Tuhan (harta di surga). Setelah kita merasa tak punya apa-apa maka kita dapat mempersembahkan diri secara utuh dengan mengikuti Yesus. Luar biasa cara Yesus mengajar dan mengajak kita untuk mengikutinya.
Mengapa Yesus menyuruh orang muda itu untuk memiliki sikap lepas bebas? Yesus tahu bahwa harta kekayaan dapat menjadi hambatan untuk bersatu dengan Tuhan. Orang perlu memiliki kerelaan untuk menghindari harta kekayaan supaya lebih berfokus dalam melayani Yesus. Apakah dengan demikian Yesus membenci harta kekayaan? Tidak! Yesus tidak membencinya tetapi Yesus menghendaki agar setiap pribadi jangan mendewakan harta kekayaan yang fana itu karena di mana ada harta, di sana hati manusia juga berada. Sikap ini yang ditantang Yesus karena orang dapat melupakan Tuhan sebagai penciptanya. Jadi “Kalau mau menjadi sempurna” orang harus menunjukkan sikap lepas bebas dan menaruh seluruh harapannya pada Tuhan.
Banyak kali orang mudah terlena dalam dosa. Yehezkiel dalam bacaan pertama mengajak kita untuk membangun sikap tobat. Kematian isterinya merupakan lukisan kehancuran Yerusalem. Umat kesayangannya telah menodai bait suci, anak-anak tidak berdosa juga dilecehkan dan dibunuh. Oleh karena itu Yehezkiel mengajak Yerusalem untuk bertobat. Yehezkiel sendiri tidak meratapi kematian isterinya sebagai tanda bagi umat kesayanganNya. Tanda yang dimaksud adalah apabila mereka tidak bertobat, mereka akan mati.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena Ia senantiasa mengingatkan kita untuk membangun sikap tobat dengan tidak melekat pada segala sesuatu yang kita miliki. Kadang-kadang orang mengalami krisis iman karena harta yang mereka miliki padahal semua haruslah menjadi sarana untuk berelasi dengan Tuhan sang pencipta. Krisis iman dalam arti melupakan Tuhan dan mendewakan harta kekayaan. Kadang-kadang orang mengorbankan sesamanya dengan cara-cara yang tidak wajar untuk mendapatkan harta kekayaan berupa barang dan uang. Korupsi merajalela dan orang sepertinya sudah tidak memiliki hati nurani lagi. Kiranya Sabda Tuhan hari ini menguatkan perjalanan kita kepada Bapa: “Jikalau engkau mau menjadi sempurna, juallah segala milikmu, berikanlah kepada orang miskin, beroleh harta di surga, datanglah dan ikutlah Aku”.
Doa: Tuhan, ajarilah aku untuk memiliki pertobatan bathin, amen.
PJSDB