Hari Kamis, Pekan ke –XX
Yeh 36:23-28
Mzm 51:12-15.18-19
Mat 22:1-14
Jangan mengabaikan kebaikan Tuhan!
Tuhan memiliki rencana agar seluruh ciptaan memiliki suatu tatatan hidup yang harmonis. Sebuah tatanan yang harmonis ini dapat terwujud dengan sempurna dalam Yesus Kristus. Dialah yang diutus Bapa untuk menghadirkan Kerajaan Allah dengan ciri khas mengharmoniskan segalanya. Manusia yang jatuh ke dalam dosa mengakibatkan relasinya dengan Tuhan terputus, relasinya dengan sesama dan lingkungan hidupnya juga terganggu. Yesus adalah utusan Bapa untuk mendamaikan segala sesuatu. TugasNya adalah menghadirkan Kerajaan Surga dan membiarkan semua orang boleh menikmatinya. Dampaknya adalah relasi dengan Tuhan pulih kembali dan manusia memiliki martabat sebagai anak Allah. Manusia juga memiliki relasi yang baik dengan semua orang sebagai saudara. Relasi dengan lingkungan hidup juga menjadi seperti Firdaus baru.
Untuk dapat memberi pemahaman yang baik tentang Kerajaan Surga, Yesus biasanya menggunakan perumpamaan-perumpamaan. Hari ini Ia berbicara kepada para imam kepala dan pemuka rakyat tentang Kerajaan Surga dalam satu bentuk perumpamaan. DikatakanNya, Kerajaan Surga itu seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya. Ia menyuruh para hamba untuk memanggil para undangannya tetapi mereka tidak mau datang, padahal raja sendiri sudah menyembeli ternak-ternaknya untuk perjamuan ini. Para undangan memiliki alasan tersendiri. Ada yang pergi ke kebun, ada yang mengurus usahanya dan undangan lain justru menangkap, menyiksa dan membunuh para hamba utusan raja tersebut. Dengan demikian raja menjadi murka dan membinasakan kota itu. Raja terus menerus mengharap kehadiran para undangan dalam perjamuan. Maka Ia menyuruh para hambanya untuk mengundang orang-orang di jalan, orang yang baik dan jahat. Namun ketika menyalami semua undangan ini, raja melihat seorang yang tidak berpakaian pesta sehingga ia menyuruh para hambanya untuk mengikat kaki dan tangan undangan yang tak layak ini dan mencampakannya ke tempat yang paling gelap, disana terdapat ratap dan kertak gigi. Mengapa? Karena banyak yang dipanggil tetapi sedikitlah yang dipilih.
Perumpamaan ini memiliki penuh dengan kiasan. Raja adalah Allah sendiri. Perjamuan perkawinan merupakan lambang kebahagiaan di zaman Mesias. Anak raja adalah Yesus sebagai Mesias. Para hamba yang diutus adalah para nabi yang mempersiapkan kedatangan Mesias dan para rasul. Orang Yahudi yang masih sibuk dengan kebun dan usaha adalah mereka yang tidak mengindahkan undangan raja melalui para hambanya. Mereka juga membinasakan para hamba utusan raja. Dampaknya adalah kota Yerusalem sendiri dibakar. Mereka yang dikumpulkan dari jalan adalah orang-orang berdosa dan kaum kafir. Mereka ini diundang untuk menghadiri pesta dan diharapkan mereka menjadi baru. Namun ada juga yang tidak bertobat dilambangkan dengan orang yang tidak berpakaian pesta sehingga layak mendapat hukuman kekal.
Kita bersyukur kepada Tuhan karena Dia selalu punya inisiatif untuk mencari dan menyelamatkan manusia. Tuhan melalui para hambaNya keluar, mencari dan mengajak manusia untuk terlibat dalam perjamuan kekal di Surga. Bukti kasih yang terbesar ialah mengutus Yesus PuteraNya untuk menyelamatkan semua orang yang baik dan jahat. Masalahnya adalah ajakan Tuhan diabaikan karena pekerjaan bahkan lebih ekstrim menghalangi dan mematikan para agen pastoral, keengganan untuk terlibat dalam kegiatan menggereja. Orang baik dan jahat dikumpulkan untuk diselamatkan. Diharapkan orang baik dengan kebaikannya dapat mengubah orang yang jahat untuk menjadi baik. Masalahnya adalah orang yang jahat atau berdosa tidak mau berubah. Mereka tidak “berpakaian pesta” tetap hidup di dalam dosa.
Di dalam Kitab Perjanjian Lama, Tuhan juga merasa kecewa dengan umat kesayanganNya karena mereka memiliki hati yang keras dengan menajiskan namaNya. Tuhan menghendaki untuk mengumpulkan manusia dan menguduskan mereka. Sebagiamana digambarkan di dalam Injil dimana Tuhan mengumpulkan orang baik dan jahat untuk ikut dalam perjamuanNya, dalam dunia Perjanjian Lama, Tuhan juga mengumpulkan dan berhasrat untuk menguduskan mereka. Air jernih sebagai simbol Roh KudusNya dicurahkan untuk mentahirkan atau menguduskan mereka. Dengan demikian akan ada kesadaran baru bahwa mereka tetap menjadi umat Allah yang benar. Sekali lagi Yeheskiel dalam bacaan pertama menggambarkan Allah yang selalu berpihak pada manusia. Dialah yang keluar dari diriNya sendiri (kenosis) untuk mencari dan menyelamatkan, untuk memberi hati yang baru sehingga semuanya menjadi umat dan Dia menjadi Allah yang benar.
Kita bersyukur kepada Tuhan karena Dialah Allah yang murah hati dan memihak kita meskipun sering kita tidak menggunakan pakaian pesta. Kita masih belum layak dan perlu membaharui diri hari demi hari. Itulah metanoia, pertobatan hari demi hari. Perjamuan abadi di Surga, kekudusan menyerupai Dia yang adalah kudus adalah tujuan akhir hidup kita. Maka janganlah mengabaikan undangan Tuhan. Janganlah mengabaikan kebaikan Tuhan dalam hidupmu.
Sebagai refleksi kita, Ekaristi adalah perjamuan yang mengantar kita untuk masuk dalam perjamuan kekal di Surga. Apakah kita menyadari hidup kita di hadirat Tuhan saat berekaristi? Bagaimana kita berpakaian ke Gereja? Apakah hati kita layak di hadiratNya saat berekaristi atau berekaristi sambil berbuat jahat di alam hati?
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk ikut dalam perjamuanMu. Amen
PJSDB