Hari Jumat, Pekan Biasa XXII
1Kor 4:1-5
Mzm 37: 3-4.5-6.27-28,39-40
Luk 5: 33-39
Menjadi baru hari demi hari!
Ada seorang muda yang datang berbicara dengan saya. Dia marah dengan dirinya karena selalu jatuh dalam kebiasaan dan dosa yang sama. Ia berjanji kepada Tuhan untuk bertobat tetapi selalu saja jatuh. Saya mengatakan kepadanya bahwa musuh yang paling besar dalam dirinya adalah dirinya sendiri bukan orang lain. Lebih mudah menaklukan orang lain dari pada menaklukan diri sendiri. Iya, suatu kebiasaan yang lama ada di dalam diri kita akan sulit untuk diubah, kalau diubah itu pun dengan pengorbanan yang besar.
Yesus sudah memiliki murid-murid yang sebelumnya takjub denganNya karena kuasa dan wibawaNya dalam karya dan Sabda. Kehadiran Yesus sendiri membawa hal-hal baru yang bertujuan untuk melengkapi hal-hal yang lama. Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk menghapus hukum Taurat melainkan untuk menggenapinya. Dalam tradisi agama Yahudi, ada kebiasaan tertentu untuk berpuasa. Para murid Yohanes Pembaptis dan kaum Farisi berpuasa sedangkan para murid Yesus tidak berpuasa. Hal ini tentu menjadi skandal bagi orang-orang Yahudi. Yesus menjawab mereka, “Dapatkah sahabat mempelai disuruh berpuasa, selagi mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya mempelai diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa”. Para murid Yesus tidak berpuasa karena Yesus adalah mempelai yang masih ada bersama mereka. Para murid akan berpuasa, merasa sedih ketika Yesus “diambil” artinya ketika Ia menderita, sengsara dan wafat. Saat itulah para muridNya merasa kehilangan dan sedih (berpuasa).
Untuk mempertegas pengajaranNya, Yesus menggunakan dua perumpamaan. Perumpamaan pertama tentang kain dari baju yang baru yang ditambalkan pada kain yang lama. Kain baru akan koyak karena tidak cocok dengan kain lama. Perumpamaan kedua, Anggur baru tidak cocok dengan kantong kulit yang tua. Anggur baru justru akan mengoyakan kantong lama. Anggur baru cocok dengan kantong yang baru. Di sini Yesus hendak menegaskan bahwa kehadiranNya di dunia adalah untuk membaharui segala sesuatu. Kebaruan yang ditawarkan adalah bahwa cinta kasih Tuhan harus benar-benar dialami oleh setiap orang. Jadi Hidup baru dalam Kristus hendaknya menjadi kekuatan kita untuk melepaskan hidup dan kebiasaan lama atau hidup dalam dosa.
Hidup baru dalam Kristus sebagai sumber sukacita dapat diterapkan dalam kebersamaan. Santu Paulus dalam bacaan pertama mengingatkan bahwa para pengikuti Kristus hendaknya menyadari panggilannya sebagai hamba-hamba Kristus karena Allah mempercayakan rahasiaNya kepada mereka. Hamba-hamba Kristus adalah para pelayan yang setia, orang-orang kepercayaan Tuhan yang akan membawa cinta kasih Allah kepada semua orang. Hal yang penting dalam kebersamaan adalah janganlah setiap orang saling menghakimi sebelum waktunya tetapi mengalahkan diri sendiri dan memajukan cinta kasih. Bagi Paulus, satu hal lain yang penting adalah Yesus Kristus hendaknya menjadi pokok pewartaan dari para murid.
Sabda Tuhan hari ini membuka pikiran kita untuk membuat tranformasi dalam berelasi dengan Tuhan dan sesama. Kita hendaknya selalu bersukacita sebagai saudara karena menyadari bahwa Yesus menyertai dan ada bersama kita. Ada juga waktu di mana kita berpuasa dan bermatiraga demi membaharui hidup di hadirat Tuhan. Transformasi yang penting di sini adalah kita harus mampu mengalahkan diri kita sebagai musuh yang berbahaya. Lebih mudah menaklukan orang lain dari pada menaklukan diri kita dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang menjerumuskan kita ke dalam dosa. Hidup lama berubah menjadi hidup baru dalam Kristus.
Hidup rohani itu mengandaikan suatu proses yang utuh. Setiap pribadi berusaha untuk mencapai relasi yang akrab dan intim dengan Tuhan. Maka di sini tidak ada istilah tambal sulam. Kain lama tidak cocok dengan kain baru atau sebaliknya karena kain baru pun akan koyak. Transformasi yang perlu adalah perubahan kiblat hidup hanya kepada Tuhan. Dialah sumber pembaharuan kita.
Di dalam hidup bersama, aspek pelayanan sangatlah penting. Setiap orang dipanggil menjadi pelayan Tuhan. Pelayan Tuhan adalah hamba-hamba Kristus maka dia tidak punya kuasa untuk menghakimi sesamanya sebelum pengadilan terakhir yang dilakukan oleh Yesus sendiri. Apa untungnya anda menghakimi sesamamu? Transformasinya adalah kalau selama ini anda suka menghakimi sesamamu maka baharuilah dirimu sekarang juga di hadirat Tuhan dengan tidak menghakimi.
Doa: Tuhan, baharuilah hidup kami. Amen
PJSDB