Hari Kamis, Pekan Biasa XXXII
Flm 7-20
Mzm 146: 7.8-9a. 9bc-10
Luk 17: 20-25
Bukan lagi budak melainkan saudara yang terkasih…
Pernah terjadi dalam sebuah keluarga kisah seperti ini. Seorang anak mencaci maki pembantunya yang sudah tujuh belas tahun bekerja di rumah itu. Sambil menangis si pembantu itu berkata kepadanya, “Saya ini memang hanya pembantu di rumahmu ini, tetapi engkau perlu ingat bahwa sejak masih bayi sayalah yang merawatmu sedangkan orang tuamu bekerja. Sayalah yang lebih banyak merasakan manis dan pahitnya hidupmu. Hingga saat ini pun sayalah yang memasak, mencuci pakaian dan membersihkan kamarmu. Sekarang ini balasanmu kepadaku adalah cacian? Tidak apa-apa, saya hanya seorang pembantu di rumah ini”
Ini hanya sebuah kisah yang sederhana dari banyak kisah sejenis yang menandakan betapa susahnya menghargai sesama yang bekerja sama dengan kita. Ketika seorang menjadi tuan, ia berpikir dapat melakukan segala sesuatu dengan uang. Dia berpikir bahwa dengan membayar upah itu sudah cukup padahal prinsip kasih, keadilan dan persaudaraan juga merupakan nilai-nilai luhur dalam kebersamaan. Hampir semua keluarga di kota besar merasakan betapa sulitnya mencari pembantu untuk melayani. Betapa sulitnya menjadi “Oshin” ketika hari lebaran atau natal dan tahun baru tiba. Orang-orang sesederhana apa pun mereka, mereka adalah bagian yang penting di dalam hidup kita.
Paulus menyadari pentingnya prinsip persaudaraan di dalam komunitas kristiani. Hari ini kita mendengar sebuah surat pribadinya kepada Filemon dan keluarganya. Di dalam surat ini Paulus meminta Filemon untuk menerima kembali Onesimus. Onesimus adalah budak yang melarikan diri dari rumah Filemon. Ia melayani Paulus dalam penjara dan kemudian dibaptis menjadi pengikut Kristus. Sesuai dengan kebiasaan saat itu, Paulus harus mengembalikan Onesimus kepada majikannya terdahulu yaitu Filemon. Paulus mengharapkan Filemon untuk menerima Onesimus sebagai saudara terkasih bukan sebagai budak. Nah, hal yang menarik perhatian kita adalah Paulus berusaha untuk mengubah sikap dan mentalitas orang zaman itu untuk menghargai sesama sebagai saudara. Dengan kata lain, hal yang diperjuangkan Paulus bukan status sosial, melainkan kehidupan nyata sebagai saudara.
Paulus berbicara dari hati ke hati dengan Filemon dengan tulisan tangannya sendiri. Ia sedang dipenjara karena Kristus, usianya sudah tua dan merasakan pelayanan dari Onesimus. Pengalaman kasih ini mau dibangkitkan kembali dalam diri Filemon yang nyaris hilang terutama dalam hubungannya dengan Onesimus budaknya ini. Tentu Paulus menghendaki agar di dalam Gereja tidak ada lagi status sosial tertentu yang meremehkan martabat sesama. Budak harus dipanggil sebagai saudara terkasih (ayat 16). Mengapa semua menjadi saudara? Karena semua orang memiliki martabat yang sama di hadirat Tuhan dan membutuhkan keselamatan (1Kor 7:20-24; Ef 6:5-9; Kol 3:22-4:1). Karena Kristus semua orang harus merasa sebagai saudara, tidak ada lagi tuan dan hamba (Gal 3:28).
Paulus berusaha menghadirkan Kerajaan Allah dengan caranya sendiri. Semua orang menjadi saudara di hadapan Tuhan yang satu dan sama dan Yesus Kristus adalah satu-satunya jurus selamat kita. Dalam Bacaan Injil, Yesus mengatakan bahwa ada orang yang mengatakan Kerajaan Allah ada di sini atau di sana. Tetapi Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah sudah hadir di tengah-tengah umat manusia. Yesus sang Emanuel yang menghadirkan Kerajaan Allah dan mempersatukan setiap pribadi.
Paulus berusaha menghadirkan Kerajaan Allah dengan caranya sendiri. Semua orang menjadi saudara di hadapan Tuhan yang satu dan sama dan Yesus Kristus adalah satu-satunya jurus selamat kita. Dalam Bacaan Injil, Yesus mengatakan bahwa ada orang yang mengatakan Kerajaan Allah ada di sini atau di sana. Tetapi Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah sudah hadir di tengah-tengah umat manusia. Yesus sang Emanuel yang menghadirkan Kerajaan Allah dan mempersatukan setiap pribadi.
Sabda Tuhan hari ini mengoreksi cara pandang kita terhadap sesama. Terkadang kita berpikir bahwa orang-orang yang bekerja bersama kita dapat dibayar dengan uang dan selesai. Uang bukan segala-galanya di hadapan Tuhan. Kasih, keadilan dan persaudaraan sejati jauh lebih bernilai di hadapan Tuhan. Bagaimana sikap terhadap sesama atau orang-orang yang bekerja bersama kita? Apakah anda pernah jujur mengatakan syukur dan terima kasih karena pelayanan mereka? Selidikilah bathinmu!
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertumbuh sebagai saudara bagi sesama yang lain. Amen
PJSDB