St. Sesilia, Perawan dan Martir
Why 5:1-10
Mzm 149:1-6.9
Luk 19:41-44
Mzm 149:1-6.9
Luk 19:41-44
DarahMu telah membeli mereka bagi Allah!
Hari ini bersama seluruh Gereja, kita merayakan Pesta St. Sesilia. Sesilia merupakan Puteri bangsawan Romawi yang hidup pada masa kekaisaran Alexander Severus (176-180). Ia menjadi murid Kristus dan dalam usia muda ia menjadi kudus. Ketika ia masih kecil, ia membiasakan dirinya untuk bermatiraga sehingga dapat mengalami penderitaan Kristus. ia juga berjanji untuk hidup sederhana dan menjadi mempelai Kristus. Ayahnya memaksa Sesilia untuk menikah dengan Valerianus, seorang pemuda kafir. Ia tetap menjaga kemurnian hidupnya meskipun menikah dengan Valerianus. Valerianus kemudian dibaptis oleh Paus Urbanus. Ia sangat menghormati kekudusan Sesilia. Valerianus kemudian ditangkap dan dibunuh di Roma. Sesilia juga mengalami nasib yang sama sebagai martir. Lehernya dipenggal oleh para algojo kafir. Jenasanya dikuburkan oleh Paus Urbanus. Sesilia adalah pelindung musik gereja. Ia menumpahkan darahnya untuk mencintai Kristus, Anak Domba Allah.
Dalam budaya tertentu selalu diadakan upacara-upacara untuk kebahagian dan kebaikan bersama banyak orang. Mereka menggunakan darah ayam untuk menerima seseorang masuk dalam kelompok suku adat tersebut. Rumah yang baru dibangun mulai dari fondasi hingga bagian fisik rumah baru itu diperciki dengan darah ayam jantan sambil mengucapkan mantra tertentu. Rumah tinggal akan nyaman dan bebas dari gangguan kuasa apa pun. Darah memang memiliki makna yang mendalam di dalam hidup setiap hari. Darah dalam bentuk apa saja memiliki power tertentu. Darah memberi kehidupan kepada sesama. Berkali-kali saya menjadi peserta donor darah. Ketika darah saya diambil 250cc untuk saudara yang membutuhkan, saya merasa bahagia membagi kehidupan dengan sesama yang membutuhkan hidup.
Yohanes dalam Kitab Wahyu melihat sesuatu yang baru. Kali ini ia melihat Kitab yang dimeterai dan Anak Domba. Kitab Suci adalah Kisah Suci Tuhan berkarya di tengah umat terpilih dan Kristus sebagai Anak Domba. Bagi banyak orang dalam komunitas Yohanes terutama kaum Yahudi, mereka melihat Kitab Perjanjian lama sebagai bagian dari sejarah bangsa mereka. Mereka yang lain yakin bahwa Kitab Perjanjian lama berisikan sejarah seluruh umat manusia. Sebenarnya berdasarkan ramalan Yesus, bangsa Yahudi hancur pada tahun 70M (Mrk 13). Orang-orang kristen yang berasal dari kalangan Yahudi memiliki pertanyaan mendasar: kalau Yesus Kristus adalah Penyelamat seperti yang dikatakanNya sendiri dan diwartakan para muridNya, mengapa sejarah Israel berakhir tragis? Mengapa kaum Yahudi tidak mengenal Yesus sebagai Penyelamat?
Terlepas dari semua ini, gulungan Kitab yang mengisahkan sejarah hidup Bangsa terpilih dan bangsa manusia dimeteraikan. Hanya Allah saja yang memiliki kuasa atas Kitab yang dimeteraikan itu. Hanya Kristus yang menyingkapkan kematian dan kebangkitan. Memang hanya Kristus yang dapat melakukan itu karena Ia sendiri memberi diriNya sampai tuntas. Dengan demikian orang yang menerima penebusan dari Yesus akan berkuasa atas Kitab itu.
Hal terpenting yang diwartakan Yohanes di sini adalah Yesus adalah Anak Domba. Anak Domba berdiri di tengah-tengah takhta. Anak Domba itu kelihatan telah disembeli. Ia bertanduk tujuh dan bermata tujuh. Itulah ketujuh Roh Allah di bumi. Anak Domba yang disembeli layak menerima gulungan Kitab dari tangan Dia yang duduk di takhta. Empat makhluk dan keduapuluh empat tua-tua bersujud di hadiratNya dengan berseru: “Layaklah Engkau menerima gulungan Kitab dan membuka ketujuh meterainya. Sebab Engkau telah disembelih dan dengan darahMu telah membeli mereka bagi Allah dari setiap suku, bahasa, kaum dan bangsa. Engkau telah membuat mereka sebagai suatu Kerajaan dan menjadi imam-imam bagi Allah dan mereka menjadi raja yang memerintah bumi” (Why 5:9-10).
Kristus digambarkan oleh Yohanes sebagai Dia yang sudah mulia, pemenang atas segala kejahatan di bumi. Dialah Anak Domba yang membasuh dunia dengan darahNya. Para pengikut Kristus dengan rahmat pembaptisan memiliki martabat sebagai imam. Anak Domba sebagaimana digambarkan di atas memiliki kuasa yang besar untuk membuka meterai Kitab.
Yesus menyadari perutusanNya maka ketika melihat kota Yerusalem, Ia menangis. Mengapa Yesus menangisi kota Yerusalem? Karena Yerusalem sebagai kita damai tidak mengetahui saat Tuhan melawatinya. Yesus berkata, “Wahai Yerusalem, alangkah baiknya andaikan pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, musuhmu mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung dan menghimpit engkau dari segala jurusan. Dan mereka akan membinasakan engkau beserta semua pendudukmu. Tembokmu akan dirobohkan dan tiada satu pun dibiarkan terletak di atas batu yang lain.” (Luk 19:42-44). Tangisan Yesus ini memang terbukti dalam sejarah Israel di mana pada tahun 70 Yerusalem dihancurkan. Mereka telah menolak Yesus yang melawati kota Yerusalem.
Sabda Tuhan pada hari ini membantu kita untuk menyadari panggilan kita sebagai pengikut Kristus. Kita dipanggil untuk menyadari kembali Sakramen Pembaptisan yang telah diterima sebagai saat pertama kita dikuduskan oleh Allah Tritunggal, Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Kita juga bertumbuh sebagai pengikut Kristus yang setia, yang menyadari bahwa Tuhan sedang mengunjungi umatNya. Tuhan Yesus dengan darahNya yang mulai menyelamatkan kita. Dialah Martir agung. Gereja memiliki devosi kepada para martir yang menumpahkan darahNya: “Inilah martir sejati yang bersedia menumpahkan darah untuk membela nama Kristus. Ia tidak takut menghadapi ancaman di pengadilan. Kerajaan Surga kini menjadi miliknya.”
Doa: Tuhan, terma kasih karena Engkau senantiasa mengunjungi kami umat kesayanganMu. Amen
PJSDB