17 Desember
Kej 49:2.8-10
Mzm 71 1-4.7-8.17
Mat 1:1-17
Tongkat Kerajaan Tidak Akan Beranjak dari Yehuda!
Kita sedang berada dalam masa novena Natal. Sabda Tuhan yang kita dengar membantu untuk memahami dengan baik rencana keselamatan Allah. Allah menjadi manusia atau Imanuel tidak hanya sekedar dinubuatkan dalam Kitab para nabi tetapi sungguh-sungguh masuk dalam sejarah kehidupan manusia. Peristiwa Inkarnasi membantu kita menyadari, betapa agung rencana Tuhan untuk menyelamatkan semua orang. Penginjil Yohanes misalnya memberi kesaksian: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah menganugerahkan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16). Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia adalah tanda cinta kasih yang paling agung dari Bapa di Surga.
Rencana Allah untuk menyelamatkan umat manusia yang dinubuatkan melalui perantaraan para nabi menjadi nyata. Warta tentang kerajaan Allah diucapkan dengan lantang oleh para nabi seperti Elia. Harapan umum saat itu adalah semua orang menyiapkan diri dengan baik untuk menyambut kedatangan Tuhan dan KerajaanNya.
Sebelum ajalnya Yakub memanggil anak-anaknya dan mengingatkan mereka tentang masa depan yang akan mereka lalui. Ini merupakan sebuah kebiasaan turun temurun dalam budaya kuno di mana seorang ayah yang sedang dalam keadaan sekarat harus memberi wejangan tertentu kepada anak-anaknya. Yakub juga melakukan hal yang sama. Ketika semua anaknya berkumpul, Yakub mengingatkan mereka bahwa Yehuda memiliki power istimewa dan dipuji oleh saudara-saudaranya. Tangannya akan menekan tengkuk musuh, saudara-saudaranya akan tunduk kepadanya. Itu sebabnya tongkat kerajaan tidak akan beranjak daripadanya, lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai datanglah dia yang berhak atasnya, dan kepadanya akan takluk segala bangsa. Yehuda adalah nenek moyang Mesias. Hal yang menarik perhatian kita adalah seluruh Kitab Perjanjian Lama sudah memiliki visi tentang rencana keselamatan dari Tuhan. Yakub dalam Kitab Kejadian sudah memiliki penglihatan ke depan bahwa dari Puteranya Yehuda akan muncul Mesias yang memerintah dengan kuasa tertentu. Tongkat Yehuda adalah simbol kuasa dan kasih Tuhan.
Matius dalam bacaan Injil menghadirkan nama-nama nenek moyang Yesus. Matius mau menekankan bahwa Yesus berasal dari keturunan Abraham dan Daud. Janji Tuhan kepada Abraham (Kej 12:3) dan nubuat Nathan kepada Daud (2Sam 7:1-17) sempurna dalam diri Yesus. Di dalam Yesus, sejarah keselamatan menjadi lengkap. Nama-nama yang disebutkan Matius tidak semuanya sempurna. Ada empat wanita asing bahkan ada pendosa seperti Tamar, di samping Rahab, Rut dan Betsabea. Daud itu tukang selingkuh dan suka berzina, Manaseh itu seorang pembunuh. Orang bodoh seperti Rehoboam. Semua nama ini masuk dalam silsilah keturunan Yesus. Yesus sendiri tidak merasa malu dengan nama-nama ini karena untuk itulah Ia datang untuk menyelamatkan, menyucikan. Tentu silsilah ini tidak bermaksud mengatakan bahwa Yesus tercemar dalam dosa akibat dosa nenek moyangNya tetapi bahwa rencana Allah sungguh mulia. Dia adalah Allah yang masuk dalam keturunan manusia yang berdosa supaya manusia dapat disucikan olehNya karena Dia Kudus adanya.
Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa Tuhan memiliki rencana untuk menyelamatkan semua orang. Dia tidak hanya mencari orang baik saja, tetapi orang jahat, pendosa sekali pun Ia selamatkan. Melalui peristiwa Inkarnasi, Allah menjadi manusia, tinggal bersama manusia dan menguduskan, memberi martabat baru yakni anak-anak Allah kepada setiap pribadi. Tentang hal ini St. Paulus menulis: “Terpujilah Allah dan bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah menganugerahkan kepada kita segala berkat rohani dari Surga. Sebab di dalam Dia, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus, tak bercacat di hadapanNya.” (Ef 1:3-4).
Sabda Tuhan juga membantu kita menerima keluarga masing-masing apa adanya. Bahwa di dalam keluarga ada orang berdosa itu tanda bahwa Tuhan juga punya rencana keselamatan. Itu bukan sebuah aib dan menolak anggota keluarga yang berdosa. Apakah ada orang tua yang besar hati menerima keadaan anaknya yang berdosa dan membuat aib dalam keluarga? Apakah ada anak-anak yang berani mengampuni orang tuanya kalau orang tuanya itu keliru dalam mendidik, kurang memperhatikannya atau orang tuanya membuat satu aib dalam keluarga? Kita semua adalah orang yang tidak sempurna dan Tuhan mau menyempurnakan kita.
Doa: Tuhan, terima kasih karena Engkau mengasihi kami apa adanya. Amen
PJSDB