Hari Selasa Prapaskah III
Dan 3:25.34-43
Mzm 25:4bc-5ab.6-7bc.8-9
Mat 18:21-35
Seni mengampuni
Apakah memaafkan atau mengampuni orang yang berdosa kepada kita itu mudah? Mayoritas di antara kita pasti akan mengatakan sulit untuk memaafkan atau mengampuni saudara yang berdosa terhadap kita. Lebih mudah memiliki dan menyimpan rasa benci dari pada hati tergerak untuk memaafkan atau mengampuni. Orang juga bisa mengampuni tetapi hingga batas-batas tertentu, kalau sudah sampai di ambang batas maka kemarahan akan meledak dengan sendirinya. Itulah manusia!
Ada dua orang bersaudara. Sejak kecil mereka selalu bersama-sama tinggal serumah. Tetapi ketika orang tuanya dalam keadaan sakit, kedua bersaudara itu mulai berkelahi untuk merebut harta warisan orang tua. Selama bertahun-tahun mereka tidak saling berbicara. Pada akhirnya mereka secara formalitas berdamai dengan berjabat tangan di atas peti jenasah ayah mereka. Sayang sekali karena ayah mereka tidak menyaksikan perdamaian kedua anaknya. Tuhan Yesus berkata: “Dimana hartamu berada, disitu hatimu juga berada” (Mat 6:21). Hanya gara-gara harta warisan maka relasi persaudaraan nyaris putus. Harta membuat orang sulit memaafkan dan mengampuni satu sama lain.
Petrus dalam bacaan Injil hari ini, tampil percaya diri dengan bertanya kepada Yesus: “Sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya, “Bukan! Aku berkata kepadamu, bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali”. Bagi orang-orang Yahudi ada kebiasaan tiga kali mengampuni saudara untuk satu dosa yang sama. Petrus bertanya kepada Yesus apakah cukup tujuh kali mengampuni saudara yang berdosa. Memang angka tujuh adalah angka yang sempurna.
Pengampunan mengandaikan pendamaian. Di sini butuh sebuah pengampunan yang murah hati sesuai ajaran Yesus sendiri tentang pendamaian atau rekonsiliasi (Mat 5:23-25; 6:12.14-15). Namun demikian Tuhan Yesus mengoreksi Petrus: mengampuni bukan hanya tujuh kali tetapi tujuh puluh kali tujuh kali. Ekspresi ini bukan ekspresi matematis tetapi menujukkan bahwa mengampuni itu tanpa batas. Kiranya jawaban Yesus ini menghapus pandangan lama sebagaimana diungkapkan oleh Lamekh setelah membunuh seorang laki-laki yang melukainya dan laki-laki lain yang memukulnya sampai bengkak. Kalau Kain dibalaskan tujuh kali lipat maka Lamekh tujuh puluh tujuh kali lipat (Kej 4:23-24). Kalkulasi yang ditawarkan Yesus kepada Petrus memiliki makna yang mendalam yakni sebuah perubahan radikal dari dalam hati, perubahan mentalitas, pertobatan total untuk bisa serupa dengan Allah Bapa yang murah hati dan suka mengampuni manusia.
Untuk menjelaskan tentang kemurahan hati Allah yang berani melupakan kesalahan manusia, Yesus memberi satu contoh orang yang memiliki hutang 10.000 Talenta. Satu talenta nilainya 60 Mina atau 6000 Dirham. 1 Dinar sama dengan 2 Dirham. Menurut Penginjil Matius, 1 Dinar setara dengan upah kerja sehari (Mat 20:2.13). Misalnya upah harian bagi seorang pekerja adalah Rp. 50.000 per hari. Maka uang Rp. 50.000 sama dengan 1 Dinar. 1 Dirham adalah setengan Dinar atau Rp. 25.000. 1 Mina sama nilainya dengan 100 Dirham atau Rp. 2.500.000. Maka 1 Talenta sama dengan 60 Mina atau Rp. 150.000.000. Maka hutang 10.000 Talenta setara dengan Rp. 1.500.000.000.000. Ini jumlah uang yang sangat besar. Hanya koruptor yang tidak punya nurani yang dapat memiliki uang sebesar ini. Tetapi sang raja begitu baik menghapus seluruh hutang. Raja sangat baik! Masalahnya adalah ketika hamba itu bertemu hamba lain yang berhutang seratus dinar atau sekitar Rp. 5000.000 kepadanya, ia tidak memiliki rasa belaskasih. Ia mencekik dan memasukkan orang itu ke penjara. Pada akhirnya ia sendiri juga dimasukkan ke dalam penjara.
Pesan Injil ini sangat aktual bagi kita. Apabila kita merasakan kemurahan hati, belas kasih dan pengampunan dari Tuhan maka hal yang sama juga harus kita lakukan bagi sesama yang lain. Kadang-kadang orang menjadi serakah. Ia berani memohon ampun dari Tuhan tetapi dirinya sendiri tidak mampu mengampuni sesama lain. Tentu saja nasibnya tidak jauh berbeda dengan orang yang berhutang 10.000 Talenta.
Apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh kemurahan hati Tuhan? Kita perlu berdoa. Doa dengan penuh penyerahan diri kepada Tuhan. Ada keyakinan bahwa Tuhan hadir dan membaharui serta menyelamatkan hidup kita. Pengalaman Azarnya dalam bacaan pertama sangat inspiratif. Dalam keadaan yang sulit, ia masih menaruh harapan kepada Tuhan.
Masa prapaskah bagi kita bermakna ketika kita bertumbuh dalam doa. Berdoa senantiasa dalam setiap waktu. Kita juga saling mengampuni satu sama lain. Mengampuni berarti melupakan. Tuhan hanya satu tetapi ia mampu mengampuni semua orang. Bagaimana dengan anda dan saya? Apakah tetap mau menyimpan amarah dan dengki kepada sesama? Mari kita saling mengampuni tanpa batas seperti yang Tuhan lakukan bagi kita.
Doa: Tuhan, ajarilah kami untuk mampu mengampuni saudara yang berdosa terhadap kami. Amen
PJSDB