Hari Rabu, Pekan Prapaskah V
Dan 3:14-20.46-50.91-92.95
Mzm (Dan) 3:52-56
Yoh 8:31-42
Kebenaran yang memerdekakan!
Dua bacaan yang hari kita dengar dari bacaan liturgi kita sama-sama mengatakan tentang kemerdekaan. Di bacaan pertama dari Kitab Daniel kita mendengar kisah yang menarik tentang tiga pemuda dalam tanur api. Mereka adalah Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Raja Nebukhadnezar memaksa mereka untuk menyembah berhala yaitu menyembah patung emas buatannya. Kalau mereka tidak menyembah berhala maka mereka patut dimasukan dalam dapur api yang menyalah. Ketiga pemuda ini menolak suruhan raja. Mereka percaya bahwa Allah yang mereka imani akan membebaskan mereka dari siksaan api. Ketiga pemuda itu akhirnya di masukan di dalam dapur api yang menyala-nyala dengan harapan pasti bahwa Tuhan akan membebaskan mereka melalu malaikatNya. Pada akhirnya Nebukhadnezar memuji Allahnya ketiga orang muda itu setelah melihat dalam dapur api bukan lagi tiga orang melainkan empat orang yang berjalan bebas. Ia berkata: “Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Ia telah mengutus malaikatNya untuk melepaskan hamba-hambanNya, yang telah menaruh percaya kepadaNya tetapi melanggar titah raja, yang menyerahkan tubuh mereka karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah mana pun kecuali Allah mereka.” (Dan 3:28)
Allah kita luar biasa. Ia mengutus malaikatNya untuk membebaskan ketiga pemuda yang menderita di tangan raja yang lalim yakni Nebukhadnezar. Kemerdekaan adalah anugerah istimewa dari Yahweh kepada mereka. Kemerdekaan sebagai anugerah bukan milik pribadi setiap orang. Kemerdekaan berasal dari iman. Iman kepada Yahwe membuat orang menjadi lebih berani. Orang berani untuk menghadapi kesulitan-kesulitan hidup bahkan kematian sekali pun. Keberanian yang tidak bersifat mencobai Tuhan Allah. Kemerdekaan orang beriman juga menjadi kesaksian yang bagus bahkan bagi orang-orang yang tidak percaya. Kemerdekaan lalu menjadi sebuah komitmen untuk kemuliaan Allah.
Hari ini Yesus dalam Injil Yohanes mengatakan kata-kata yang keras kepada orang-orang Yahudi, teristimewa orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: “Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, maka kamu benar-benar muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran akan memerdekakan kamu.” Kata-kata Yesus ini mendorong komunitas gereja perdana untuk mengimani Yesus yang memerdekakan dari dosa. Di samping itu mereka akan mengalami banyak kesulitan dalam usaha untuk menjadi murid Kristus yang sejati.
Orang-orang Yahudi pada saat itu kelihatan memiliki kesombongan tertentu. Dengan hanya mendengar kata-kata Yesus tentang kebenaran yang memerdekakan, orang Yahudi itu langsung mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Padahal yang Yesus maksudkan dengan kebenaran yang memerdekakan adalah mereka merdeka dari dosa dan salah. Yesus berkata: “Sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Hamba tidak tetap tinggal di dalam rumah, anaklah yang tinggal di dalam rumah. Kalau anak memerdekakan kamu maka kamu sungguh menjadi orang merdeka”. Meskipun Yesus menjelaskan lebih sederhana identitasNya tetapi mereka tetap tidak mengerti dan percaya. Hati mereka tetap tertutup dan hanya berbangga bahwa Abraham adalah Bapa mereka. Padahal Abraham juga percaya kepada Allah maka konsekuensinya mereka juga harus percaya pada Allah di dalam diri Yesus Kristus.
Yesus sedang berbicara kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya. Lihatlah bahwa mulut boleh mengakui, belum tentu sikap dan perbuatan mengikuti perkataan yang keluar dari mulut. Mereka adalah orang Yahudi yang percaya kepadaNya tetapi seolah-olah Yesus tidak berarti bagi mereka. Ini adalah tantangan tersendiri bagi kita. Apa sajakah tantangan-tentangan itu?
Pertama, kita sudah dibaptis maka hidup kita hendaknya sungguh-sungguh mengikuti Kristus. Dengan mengakui diri sebagai pengikut Kristus maka sikap hidup hendaknya menyerupai Kristus. Misalnya, Apakah anda bisa mengampuni musuh dan berdoa bagi mereka yang menganiayamu?
Kedua, Orang-orang Yahudi memiliki kesombongan rohani bahwa mereka memiliki Abraham sebagai Bapa. Banyak orang katolik juga memiliki kesombongan rohani, bahkan ada yang lebih dari itu. Misalnya, ketika mereka masuk dalam suatu persekutuan doa, mereka baru mulai belajar doa dan meditasi misalnya, sudah ada perasaan lebih dari orang lain. Ada juga yang merasa diri lebih kaya atau pintar padahal di hadapan Tuhan kita semua sama.
Kata-kata Yesus yang menguhkan kita semua pada hari ini dari Injil adalah: “Jikalau Allah adalah Bapamu , kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Aku datang bukan karena kehendakKu sendiri tetapi kehendak Dia yang mengutus Aku”. Hanya Yesus saja yang memerdekakan kita dari dosa. Mari kita berusaha untuk semakin mencintai Yesus dengan pertobatan kita. Bertobatlah, baharuilah hatimu. Sabda Tuhan juga mengingatkan kita untuk setia kepada Allah. Dialah yang melindungi dan memerdekakan kita dalam Yesus sang Kebenaran sejati.
Doa: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih karena Engkau mengingatkan kami pada hari ini untuk mencintai Engkau sebagai Utusan Bapa yang memerdekakan kami dari perbudakan Dosa.
PJSDB