Hari Jumat, Oktaf Paskah
(Kis 4:12)
bekerja sebagai nelayan. Memang itulah pekerjaan mereka sebelum mengikuti Yesus. Ada tujuh murid Yesus dalam kelompok ini yakni Petrus, Thomas, Natanael, Anak-anak Zebedeus dan dua orang murid lainnya tanpa nama sedang berada bersama-sama di Kapernaum. Petrus sebagai pemimpin berkata kepada mereka: “Aku hendak pergi menangkap ikan”. “Kami akan pergi bersama engkau” sahut keenam teman yang lain. Mereka pergi bersama untuk menangkap ikan pada malam itu tetapi mereka tidak dapat menangkap apa-apa. Mungkin saja mereka juga makin kecewa. Mengapa demikian? Karena para murid ini sedang dalam kekecewaan besar sehubungan dengan pengalaman bersama Yesus sebelumnya. Itu sebabnya mereka memilih untuk meninggalkan pengalaman kebersamaan dengan Yesus sebelumnya, meninggalkan Yerusalem sebagai pusat iman dan kembali kepada kehidupan semula yakni sebagai nelayan di Galilea. Mereka sebenarnya lupa akan apa yang dikatakan Yesus sebelumnya “Terlepas dari Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Mereka mau bekerja sendirian tanpa mengandalkan Yesus. Ini disimbolkan dengan suasana malam hari, kegelapan yang mereka alami saat itu. Memang hidup dalam kegelapan, jauh dari Yesus sebagai cahaya sejati maka semua karya kita tidak akan menghasilkan apa-apa.
Sebelum matahari terbit, mereka melihat Yesus berdiri di pinggir pantai danau, hanya mereka tidak mengenal Yesus. Ia memanggil mereka dan bertanya apakah ada sesuatu untuk di makan. Sapaan Yesus bagi mereka adalah “Anak-anakKu” karena Yesus sekarang bukan hanya sebagai sahabat tetapi sebagai Tuhan yang mulia. Mereka menjawab Yesus bahwa tidak ada makanan maka Ia menyuruh mereka menebarkan jala di samping kanan perahu dan berhasil menangkap 153 ekor ikan, jala tidak koyak. Dari semua yang ada di dalam perahu, hanya Yohanes yang mengenal Yesus dan mengatakan “Itu Tuhan”. Perkataan Yohanes ini menyadarkan Petrus akan kegelapan hidupnya, rasa tidak percayanya kepada Yesus maka ia terjun ke dalam air. Memang hidup sendirian, tanpa mengandalkan Yesus itu seperti suasana malam hari. Mereka tidak mendapat apa-apa karena mereka lebih mengandalkan diri, mengandalkan pengalaman masa lalu sebagai nelayan. Mereka lupa bahwa Yesus lebih berkuasa dari semua pengalaman pribadi mereka. Pengalaman-pengalaman ini menyadarkan diri mereka untuk mengenal Tuhan. Ketika ada kesadaran dan pengenalan diri maka orang dapat merendahkan dirinya di hadapan Tuhan dan menyesali dosa dan salahnya seperti dilakukan Petrus.
untuk kembali kepada kehidupan mereka sebagai nelayan tanpa Yesus. Tetapi Yesus tetap memiliki komitmen untuk mendampingi mereka perlahan-lahan sampai mereka dapat mengenal diri dan mengenal Yesus. Ini adalah sebuah pertemuan rohani yang selalu dikenang dalam Ekaristi. Kedua, Pengalaman manusiawi para rasul adalah bahwa mereka mengandalkan pengalaman masa lalu sebagai nelayan dan tidak mengandalkan Tuhan, tetapi ternyata Tuhan lebih berkuasa. Mereka sadar akan kuasa Tuhan ketika menangkap 153 ekor ikan dan jala tidak koyak. Ini adalah angka biblis yang menunjukkan kesempurnaan dan universalitas. Sebenarnya kisah ini mau mengatakan tentang Gereja yaitu umat Allah. Gereja tidak dapat berdiri sendiri. Gereja butuh Yesus untuk berkembang karena terlepas dari Yesus, gereja hanya akan mengalami kegelapan, tidak berdaya apa-apa.
Sabda Tuhan juga menyadarkan kita sebagai gereja untuk selalu mengandalkan Tuhan di dalam karya pelayanan setiap hari. Sama seperti Petrus dan teman-temannya dalam Injil, nantinya mereka juga akan menyadari bahwa semua pekerjaan yang mereka lakukan, terutama dalam mewartakan Injil, selalu mengalami penyertaan Tuhan Yesus. Pada saat ini, Gereja juga mengalami penyertaan yang sama. Memang selalu ada kesulitan, tetapi Gereja tidak akan bubar karena penyertaan Tuhan Yesus. Apakah Gereja mengenal Tuhan dan selalu menunjukan kepada banyak orang: “Itu Tuhan?” Ya, hanya di dalam Yesus ada keselamatan! (Kis 4:12).