Hari Selasa Pekan Paskah II
Kis 4:32-37
Mzm 93:1ab.1c-2.5
Yoh 3:7-15
Roh Allah Giat Bekerja!
Dalam suatu perjalanan ke Indonesia Timur, saya singgah di Airport Denpasar , Bali. Sambil menunggu Lion Air yang delay selama satu setengah jam, saya duduk sambil membaca buku “Jesus of Nazareth”, jilid ke tiga tentang kisah masa kecil Yesus di Nazareth, karya Paus Emeritus Benediktus XVI. Di depan saya duduk sepasang suami isteri. Sang isteri menggunakan kalung Rosario yang cukup besar sedang suaminya mengenakan salib ber-corpus. Mereka memperhatikan saya yang serius membaca dan sesekali mereka tersenyum lalu saling berbisik. Saya penasaran dan merasa tersinggung karena berbisik, memandang ke saya, tersenyum lalu berbisik lagi. Suaminya memandang saya dan bertanya, “Apakah anda seorang pastor?” “Ya saya pastor, nama saya Johanes” jawabku. “Pantas pater berbeda dengan pria lain yang ada di sini?” kata bapa tersebut. Sambil tersenyum, saya bertanya, “Kog bisa tahu bahwa saya pastor”. Ia berkata, “Kami ini aktivis Gereja dan kami tahu mana pastor, mana pastor-pastoran atau gadungan dan mana mantan pastor.” Saya menjawab, “Wahhh”. Ia berkata, “Wajah seminari dan pastormu masih ada. Pastor-pastor itu selalu kompak karena dibesarkan di seminari”. Dengan sukacita saya melanjutkan perjalanan dan mengingat kata-kata: “Pastor-pastor itu kompak”. Memang pembinaan untuk tetap bersama sebagai komunitas itu indah. Ini juga menjadi seleksi alam dalam discernmentpanggilan.
Pada hari ini kita mendengar dua bacaan yang sangat menarik perhatian kita. Bacaan pertama mengisahkan tentang cara hidup para jemaat perdana di Jerusalem. Pada waktu itu jumlah orang yang percaya kepada Kristus bertambah banyak. Oleh karena itu mereka perlu menentukan identitas hidup yang tepat. Dengan bantuan Roh Kudus, mereka sehati dan sejiwa (cor unum et anima una). Ciri khas hidup sehati dan sejiwa adalah tidak ada seorang pun yang mengklaim bahwa dirinya “memiliki sesuatu” tetapi “segala sesuatu” adalah milik bersama. Dalam suasana kebersamaan ini, mereka mengalami kekuatan untuk bersaksi bahwa Yesus sungguh-sungguh hidup dan kasih karuniaNya sungguh-sungguh berlimpah bagi mereka. Dalam suasana kebersamaan ini, mereka juga berani menjual segala milik mereka untuk dipakai bersama-sama. Nah, model hidup berbela rasa sungguh-sungguh diwujudkan dalam komunitas Gereja perdana.
Kekhasan gereja perdana ini tidak terlepas dari penyertaan dan karya Roh Kudus yang mencurahkan kasih karunia yang sungguh-sungguh melimpah bagi mereka. Dengan sakramen pembaptisan Roh Kudus berkarya di dalam diri setiap pribadi. Roh Kudus menguatkan dan mempersatukan mereka. Roh Kudus juga menjadi kekuatan yang luar biasa bagi Gereja masa kini untuk bertumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik.
Penginjil Yohanes hari ini melanjutkan dialog antara Yesus dan Nikodemus. Dalam percakapan bagian pertama (Yoh 3:1-6), Yesus berkata kepada Nikodemus bahwa untuk memperoleh hidup kekal, orang harus lahir dari air dan Roh. Pada hari ini, Yesus berkata: “Janganlah heran karena Aku berkata kepadamu: kamu harus dilahirkan kembali”. Pertanyaan bagi kita adalah apa artinya dilahirkan kembali dalam konteks Injil Yohanes?
Bagi penginjil Yohanes, lahir kembali erat terkait dengan paskah Kristus. Artinya para pengikut Kristus harus mati bersama Kristus dan bangkit bersama Kristus juga. Mati bersama Kristus berarti mati dari dosa-dosa yang dilakukan setiap saat kehidupan, dalam pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian. Dengan mati bersama Kristus maka kita akan mengalami penebusan yang berlimpah dari Tuhan Yesus Kristus. Berkaitan dengan mati bersama Kristus, St. Paulus mengatakan: “Jadi kalau kita telah mati dengan Kristus, kita percaya bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu bahwa Kristus sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak akan mati lagi, maut tidak berkuasa lagi atas Dia” (Rom 6:8-9).
Lahir kembali berarti hidup dalam kepenuhan oleh Roh Kudus. Roh Kudus yang dijanjikan Yesus sebagai Paraclitus atau sang Penghibur (Yoh 14:26; 15:26). Roh Kudus bekerja memberi kepenuhan hidup sesuai seleraNya. Itu sebabnya Yesus berkata: “Angin bertiup kemana ia pergi, dan engkau mendengar bunyinya, tetap engkau tidak tahu dari mana ia datang dan kemana ia pergi”. Roh Kudus membimbing kita untuk menuju kepada Bapa dan tinggal tetap bersama Dia.
Lahir kembali berarti siap menderita seperti Kristus. Yesus sendiri berkata kepada kita untuk memandangNya ketika ditinggikan di atas bumi (disalibkan). Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian Yesus, sang Anak Manusia akan ditinggikan supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup kekal. Sambil memandang Dia yang tersalib, kita semua juga menikmati penebusan yang berlimpah. Yesus telah mempersembahkan segala-galanya bagi kita. Kita lahir kembali karena Roh Allah turut bekerja di dalam diri kita masing-masing.
Sabda Tuhan pada hari ini menguatkan kita semua. Kita percaya pada penyertaan Roh Kudus selalu bagi kita semua. Roh Kudus yang mempersatukan setiap orang yang dibaptis dari berbagai suku dan bahasa, bangsa dan tanah air. Semua orang berbeda-beda ini menjadi sehati dan sejiwa. Segala milik kepunyaan menjadi milik bersama. Semangat berbela rasa ini patut dihayati para pengikut Kristus. Pertanyaannya adalah apakah kita berani tampil untuk melupakan egoisme pribadi dan mengusahakan persekutuan?
Doa: Tuhan Allah Bapa kami, anugerahkanlah Roh KudusMu supaya kami dapat bertobat dan kembali kepadaMu. Amen
PJSDB