Hari Selasa Paskah III
Mzm 31:3cd-4. 6ab.7b-8a.17.21ab
Aku melihat langit terbuka
Banyak di antara kita yang mungkin masih mengingat lirik lagu ini: “Sesudah dirimu diselamatkan, jadilah saksi Kristus. Cahaya hatimu jadi terang, jadilah saksi Kristus. Tujuan hidupmu jadi nyata, jadilah saksi Kristus”. Saya pernah merasa terkesan mendengar lagu ini dinyanyikan dengan bagus oleh paduan suara anak-anak muda. Mereka betul-betul mengantar semua orang di dalam Gereja untuk merasakan kehadiran Tuhan Yesus Kristus yang bangkit dengan mulia.
Kisah kemartiran St. Stefanus, kita dengar dalam bacaan pertama hari ini. Stefanus merasakan keselamatan yang berasal dari Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena itu Ia berani memberi kesaksian di hadapan Mahkamah Agama: “Hai orang-orang yang keras kepala, yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menantang Roh Kudus, kamu sama seperti nenek moyangmu.” Apa persamaan di antara mereka dengan nenek moyang mereka? Mereka sama-sama berniat buruk untuk membunuh dan menghancurkan para nabi sebagai utusan Allah. Hal ini tentu mengundang amarah yang besar di kalangan mahkamah Agama Yahudi. Stefanus tidak merasa takut dengan situasi. Dalam kepenuhan Roh, Ia melihat langit terbuka, ia juga melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
Kesaksian Stefanus ini berujung kemartiran. Ia di seret ke luar kota dan di lempari dengan
batu karena dianggap telah menghujat Allah. Sebelum memutuskan nafasnya, ia masih berdoa: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku. Janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka”. Stefanus meninggal dunia sebagai saksi Kristus.Keberanian Stefanus ini merupakan keberanian banyak orang di dalam Gereja dari dahulu hingga sekarang. Semua dilakukan karena cinta yang tulus kepada Yesus Kristus Tuhan kita. Apakah para pengikut Kristus masih berani seperti Stefanus yang menyerahkan nyawa kepada Tuhan Yesus dan masih punya waktu untuk mengampuni para algojonya?
Penginjil Yohanes membantu permenungan kita hari ini menjadi lebih sempurna. Setelah para murid ikut makan roti dan ikan yang diperbanyak oleh Yesus, mereka bukannya percaya tetapi masih ragu dan tidak percaya. Di dalam rumah ibadat di Kapernaum, mereka bahkan meminta satu tanda dari Yesus dan juga pekerjaan supaya mereka dapat melihat dan percaya kepadaNya. Lagi pula mereka memahami bahwa roti yang dimakan nenek moyang mereka itu berasal dari surga.
Yesus berusaha menyadarkan mereka dengan penjelasan yang bagus: “Sesungguhnya bukan Musa yang memberi kamu roti dari Surga melainkan BapaKulah yang memberi kamu roti dari Surga karena roti yang dari Allah yang turun dari Surga memberi hidup kepada dunia” Perkataan Yesus ini membangkitkan iman mereka sehingga mereka mengubah pendirian mereka dengan berkata: “Tuhan berikanlah kami roti itu senantiasa”. Pada saat seperti ini Yesus mewahyukan diriNya dengan tepat: “Akulah roti hidup, Barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi”
Sabda Tuhan pada hari ini membantu kota untuk mewujudkan panggilan kita masing-masing. Panggilan yang paling mendasar adalah sebagai orang yang dibaptis. Konsekuensi pembaptisan adalah menjadi saksi Kristus dalam semua situasi hidup kita. Maka hal yang membahagiakan bahkan hal yang menuntut nyawa yakni kemartiran patut kita lakukan demi Yesus Kristus yang telah menebus kita dengan darahNya yang mulia.
Kemartiran adalah tanda positif orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi Kristus.
Dengan demikian orang-orang yang dibaptis tidak harus meragukan Yesus atau tidak percaya kepadaNya. Orang harus semakin terbuka dan percaya kepadaNya. Kadang-kadang kita juga meragukan Yesus dan tidak percaya kepadaNya. Kita hanya pandai meminta kepada Yesus tetapi tidak percaya kepadaNya. Apakah anda juga mau melihat langit terbuka dan Yesus yang bangkit mulia berada di sisi kanan Bapa? Mari kita membenahi hidup kita dan berubah menjadi pengikut Kristus yang baik.
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk menjadi murid-muridMu yang setia. Amen