Hari Senin, Paskah IV
Komunitas gereja perdana merasa bangga bisa mengikuti Yesus dari Nazaret. Setelah menerima Roh Kudus pada hari Pentekosta, para pengikut Tuhan semakin berani untuk mewartakan injil, menata komunitas dengan semangat sehati dan sejiwa dan melakukan ekspansi ke daerah-daerah lain sesuai pesan Yesus: “Karena itu pergilah, jadikanlah segala bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 28:19-20). Masalah yang muncul adalah di antara para pengikut Tuhan masih banyak yang sifat nasionalismenya tinggi dan merasa diri sebagai status quo keselamatan. Mereka berpikir bahwa Yesus orang Yahudi maka FirmanNya hanya diperuntukkan bagi orang Yahudi saja.
Para Rasul dan saudara-saudara di Yudea mendengar bahwa bangsa-bangsa lain juga menerima Firman Allah. Orang-orang bersunat di Yerusalem melayangkan protes kerasnya kepada Petrus karena ia juga masuk ke rumah orang-orang tak bersunat dan makan bersama-sama mereka. Tetapi Petrus menjelaskan bahwa semua ini bukan kehendaknya melainkan kehendak Tuhan untuk menyelamatkan semua orang. Oleh karena itu tindakannya terhadap Kornelius seorang perwira Romawi dan keluarganya adalah kehendak Tuhan. Tuhanlah yang mau menyelamatkan mereka. Petrus hanyalah seorang utusan Tuhan. Petrus juga mengingatkan saudara-saudara akan pengalaman Pentekosta terutama bahwa mereka semua dibaptis dengan Roh Kudus maka setiap tindakan atau karya Roh, tidak dapat dicegah.
Menjadi pintu masuk? Penginjil Yohanes hari ini memperkenalkan diskursus Yesus tentang Gembala Baik. Kepada orang-orang Farisi Yesus berkata: “Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba tidak melalui pintu, tetapi memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan perampok, tetapi siapa yang masuk melalui pintu, dialah gembala domba”. Perkataan Yesus ini menunjuk pada pengalaman konkret para gembala di Israel. Ada kandang domba yang berisi banyak domba. Kandang itu tentu memiliki penjaga dan pelindung bagi domba-domba. Penjaga dan pelindung domba berinteraksi dengan domba melalui pintu yang benar. kalau orang yang bukan penjaga dan pelindung domba disebut pencuri dan perampok karena mereka masuk ke dalam kandang tanpa melalui pintu.
membuat para pembantu bersedia membuka pintu kandang, domba-domba mendengar suaranya, ia memanggil domba-domba sesuai namanya dan menuntun keluar. ia akan berjalan di depan domba-domba dan domba-domba mengikutinya karena mereka mengenal suaranya. Sang gembala memang sangat kredibel. Ia bersahabat dengan domba-dombanya. Ia hebat karena memberi nama kepada semua domba, dan memanggil mereka sesuai dengan nama yang telah ia berikan. Ketika nama disebut, mereka mendengar suara dan mengikutinya. Kita boleh bertanya, bagaimana kemampuan kita untuk memperhatikan saudara-saudari dan anak-anak atau anggota keluarga? Apakah anda memberi dan memanggil nama anak-anak, saudara saudari sesuai dengan namanya? Anda tidak akan menjadi pemimpin yang berhasil kalau tidak bisa mengingat nama orang-orang disekitarmu.
Rupa-rupanya perumpamaan Yesus kepada kaum Farisi juga belum dimengerti. Oleh karena itu Yesus berkata lagi: “Sesungguhnya Akulah pintu kepada domba-domba. Semua yang datang sebelum Aku adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu, dan barangsiapa masuk melalui pintu akan selamat. Ia akan masuk keluar dan menemukan padang rumput.” Benar, Yesus adalah pintu dimana semua orang dapat memiliki kelimpahan hidup.