Hari Rabu Pekan Paskah VI
Kis 17:15.22-18:1
Mzm 148: 1-2.11-12ab.12c-14a
Yoh 16:12-15
Yesus juga menjanjikan Parakletos atau Roh Penghibur dan Pembela. Siapakah Parakletos itu? Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari Tritunggal Mahakudus yang memiliki keilahian sama dengan Allah Bapa dan Putra (KGK 243-248; 263-264).Ketika kita menemukan kenyataan bahwa Allah ada di dalam kita, kita berhubungan dengan Roh Kudus. Allah Bapa mengutus Roh PutraNya ke dalam hati kita (Gal 4:6) sehingga Ia dapat memenuhi hati kita sepenuhnya. Di dalam Roh Kudus kita menemukan kebahagiaan, kedamaian di hati dan kebebasan. St. Paulus menulis: “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu takut tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru Abba, ya Bapa” (Rom 8:15).Roh Kudus adalah Pribadi ilahi berasal dari Bapa dalam nama Yesus. Oleh karena itu Ia datang sebagai Roh Kebenaran. Ia berkata-kata berdasarkan apa yang Ia dengar dari Bapa dan Putra. Ia akan mengatakan hal-hal yang akan datang. Ia memuliakan Yesus sang Putra karena segala yang dikatakan diterima dari Yesus. Yesus menjelaskan peran Parakletos ini dalam kaitan dengan persekutuanNya sebagai Anak dengan Bapa.
istri untuk bersatu sebagai satu daging. Artinya mereka bukan lagi dua melainkan satu saja. Mungkin saja pasangan suami dan istri tidak memiliki anak tetapi persekutuan sebagai satu daging tidak dapat dipisahkan. Tidak ada anak bukan menjadi pemecah persekutuan ini. Para imam dan biarawan-biarawati diingatkan Yesus untuk semakin setia menghayati nasihat-nasihat Injil sebagai wujud kasih “lebih dari” yang lain dalam kemiskinan, kemurnian dan ketaatannya di hadapan Tuhan. Tentu saja butuh Parakletos, Roh Penghibur yang akan mengajarkan dan mengingatkan semua yang sudah diajarkan dan dilakukan Yesus Kristus.
Lukas dalam Bacaan pertama mengisahkan kuasa Roh Kudus di dalam diri Paulus. Meskipun sempat dipenjarakan namun, ia tetap tekun mewartakan Injil. Kali ini ia pergi ke Athena. Di Athena Paulus berusaha untuk menjelaskan Injil sesuai cara berpikir orang-orang Athena. Di atas Areopagus misalnya, Paulus menyadarkan orang-orang Athena yang sangat beribadah kepada dewa-dewa. Paulus menemukan tulisan inspiratif di jalan-jalan mereka berbunyi: “Kepada Allah yang tidak dikenal”. Paulus terinspirasi dengan tulisan ini dan mengatakan bahwa ia hadir untuk mewartakan Allah yang tidak dikenal orang Athena itu. Allah yang diwartakan adalah Allah yang benar.
bumi dan seluruh isinya, Tuhan langit dan bumi, tidak diam di dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, Dialah yang memberikan hidup nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. Allah menjadikan semua bangsa dan umat manusia mendiami seluruh muka bumi dan menentukan musim-musim bagi mereka. Di dalam Allah kita dapat hidup, ada dan bergerak. Allah juga membangkitkan orang yang sudah mati. Kotbah Paulus ini tidak sepenuhnya diterima baik oleh orang-orang Athena terutama setelah mendengar tentang kebangkitan orang mati. Paulus sekali lagi ditolak di Athena. Tetapi nama-nama ini patut dicatat sebagai bagian dari evangeliasi di Athena: Dionisius dan Damaris. Paulus meninggalkan Athena dan pergi ke Korintus.
Kisah Paulus ini menarik perhatian dalam hidup misioner. Sebagaimana Yesus sendiri ditolak, demikian Paulus juga mengalami penolakan. Sebagaimana Yesus dianiaya, Paulus juga mengalami penganiayaan. Tetapi kehebatan Paulus adalah ia tetap bertahan dan berani mewartakan Injil. Dia tidak pernah mau mundur dari cintanya kepada Kristus. Paulus mengakui bahwa Kristus ada dan hidup di dalam dirinya.



