Hari Senin Paskah VII
Kis 19:1-8
Mzm 68:2-3.4-5ac.6-7ab
Yoh 16:29-33
Beato Yohanes Paulus II dalam Ensikliknya Dominum et Vivificatem (Roh Kudus di dalam kehidupan Gereja dan dunia) menjelaskan tentang peran Roh Kudus yang sumbernya juga berasal dari Kitab Suci. Baginya Roh Kudus berperan untuk menginsyafkan dunia akan dosa, meyakinkan tentang kebenaran dan penghakiman (Yoh 16:8). Roh Kudus juga memberikan kehidupan ilahi kepada kita dan menjadikan kita sebagai anak-anak Allah (Gal 4:6; Rom 5:5; 8:15; 2Kor 1:22). Kehidupan ilahi kita terima saat dibaptis dan sepanjang hidup kita mengalaminya dalam pelayanan sakramen di dalam Gereja.
Ketika Paulus menumpangkan tangan maka keduabelas jemaat berkata-kata dalam bahasa roh (glossolalia). Kita mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya di Yerusalem yakni para murid penuh dengan Roh Kudus, lalu mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya (Kis 2:4). Makna dari berbahasa roh yang tepat adalah, pertama, bahasa roh merupakan penyataan Roh Kudus (Kis 2:4.6; 1Kor
13:1; 14:14-15). Kedua, bahasa roh merupakan bukti fisik baptisan dalam Roh Kudus. Berkata-kata dalam bahasa roh merupakan gabungan roh orang yang percaya dan Roh Kudus dalam sebuah persekutuan (Kis 2:4; 10:45-46). Ketiga, bahasa roh adalah sebuah karunia bagi orang yang percaya (1Kor 12:4-10). Karunia bahasa Roh ini bisa terjadi pada seorang pribadi dalam ibadat bersama dan bisa ditafsirkan (1Kor 14:5-6.13-17). Karunia bahasa Roh dialami orang seorang pribadi saat doa dan bisa menumbuhkan kehidupan rohaninya (1Kor 14:4).
Pada prinsipnya orang yang mengalami karunia bahasa Roh juga mengalami pertumbuhan hidup rohani dan semangat pertobatan yang benar. Apabila orang hanya sekedar berbahasa roh maka hidupnya secara pribadi pun tidak mengalami perubahan. Artinya pribadi tersebut dengan sendirinya tidak akan menghayati dan menunjukkan karunia-karunia dan buah-buah Roh Kudus kepada sesama. Seringkali jauh dari harapan ketika seorang mengatakan dapat berbahasa roh tetapi hidupnya tetap tidak mencerminkan dirinya sebagai pengikut Kristus. Sebenarnya orang semakin rendah hati, sabar, penuh kasih dan membawa damai kepada sesama bukan memecah belah.
Para murid Yesus sebelumnya juga tidak memahami semua pengajaran Yesus. Hingga amanat perpisahanNya pun, Yesus masih mengatakan bahwa mereka belum mengerti karena Roh Kudus atau Parakletos belum datang kepada mereka. Namun akan tiba saatnya di mana Yesus tidak akan berbicara lagi dalam bahasa kiasan. Para murid sadar dan mengakuinya dengan berkata: “Lihat sekarang Engkau berkata-kata terus terang dan Engkau tidak memakai kiasan. Sekarang kami tahu bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepadaMu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau berasal dari Allah” (Yoh 16:29-30). Ini adalah satu bentuk pengakuan iman. Boleh dikatakan bahwa akhirnya para murid juga sadar dan percaya kepada Yesus terutama bahwa Ia sungguh-sungguh berasal dari Allah.
Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita pada sakramen pembaptisan dan krisma yang sudah
kita terima. Roh Kudus sebagai pribadi ilahi dengan semua anugerah dan buah-buah Roh sudah diterima dan sedang dihayati dalam pertumbuhan iman. Kita perlu bersyukur senantiasa karena pembaptisan dan krisma membuat kita masuk dan menjadi bagian dari keilahian Tuhan. Mengapa? Karena kita sudah dibaptis dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. Demikian juga ketika menerima sakramen krisma kita disapa: “Terimalah Roh Kudus” dan kita mengamini serta menerimanya. Dengan sakramen pembaptisan dan krisma kita menjadi orang yang percaya kepada Yesus. Dia adalah Putra Allah.