Hari Kamis Paskah VII
Kis 22:30;23:6-11
Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10.11
Yoh 17:20-26
Bertekunlah dalam doa!
Doa umat meriah membosankan. Demikian keluhan seorang umat ketika mengikuti Ibadat penyembahan salib pada hari Jumat Agung. Biasanya setelah homili singkat, imam mengajak umat untuk mendoakan doa umat meriah. Ada 10 intensi yang didoakan: untuk Gereja Kudus, Bapa Suci, Para pejabat gereja dan segala lapisan umat, para calon baptis, persatuan umat kristiani, orang Yahudi, orang yang tidak percaya akan Kristus, orang yang tidak percaya akan Allah, para pemimpin negara dan orang yang menderita. Setiap doa dimulai dengan berlutut dan berdiri. Nah dengan ritme 10 doa umat meriah dan waktunya rata-rata menjelang jam 4 sore maka tentu rasanya membosankan. Banyak umat katolik perlu diberi katekese bahwa doa umat meriah adalah doa agung karena mendoakan semua intensi gereja, dari Gereja yang mendoakan dirinya untuk menjadi kudus di tengah dunia, sampai kaum papa miskin yang harus dilayani Gereja.Gereja juga mendoakan orang-orang Yahudi karena mereka adalah umat pilihan Yahwe. Gereja juga mendoakan orang yang tidak percaya pada Kristus dan tidak percaya kepada Allah. Orang-orang seperti ini patut didoakan sehingga mereka dapat terbuka pada setiap rencana dan kehendak Tuhan. Maka sebenarnya tidak ada kata bosan ketika mendoakan doa umat meriah.
Tuhan Yesus di dalam amanat perpisahanNya dengan para muridNya, Ia bertindak sebagai
imam Agung yang mendoakan doa meriah sebagai Imam Agung. Ia mendoakan para muridNya supaya mereka semua tinggal di dalam kasihNya, bersatu denganNya karena terlepas dariNya, manusia tidak berdaya di hadapan dunia. Ia juga mendoakan semua orang yang percaya kepadaNya karena pewartaan dari para muridNya sendiri. Para rasul memiliki komunitas sendiri-sendiri. Mereka semua sudah mengenal Yesus secara pribadi maka setelah Yesus wafat dan naik ke surga, merekalah yang ditentukan untuk mewartakan karya dan belas kasih Tuhan dari Injil. Kita semua mengakui iman para rasul dalam doa Aku Percaya maka tentu iman yang kita terima saat dibaptis akan semakin diteguhkan sepanjang hidup. Yesus mendoakan para muridNya supaya selalu bersatu dan orang-orang yang percaya pada pewartaan para muridNya untuk mengikuti Yesus. Intensi doanya hanya satu yakni supaya mereka semua bersatu.
Tuhan Yesus menghendaki agar jemaatNya bersatu. Mengapa? Karena Yesus sebagai Putra juga bersatu dengan Bapa. Persatuan yang intim ini bukan hanya menjadi model persekutuan manusia tetapi menjadi dasar persekutuan setiap pribadi manusia. Persekutuan intim atau akrab dan mendalam: Yesus di dalam Bapa dan Bapa ada di dalam Yesus, demikian manusia yang bersatu dalam kasih juga akan ada di dalam Tuhan Allah Tritunggal. Kita mengingat kisah panggilan para murid perdana versi Injil Yohanes. Mereka bertanya kepada Yesus: “Guru, di mana Engkau tinggal?” Yesus menjawab: “Mari dan lihatlah”. Pada saat itu mereka datang dan tinggal bersamaNya. (Yoh 1:38-39).
Yesus juga berdoa supaya para muridNya merasakan kemuliaan Tuhan. Kemuliaan Tuhan
adalah persekutuan cinta kasih Tritunggal Mahakudus. Kemuliaan Tuhan inilah yang melingkupi setiap pribadi sehingga mereka sungguh-sungguh menjadi satu. Memandang kemuliaan Kristus berarti memandang cinta kasih Kristus yang tiada batasanya, selalu mengalir setia saat bagi keselamatan manusia. Yesus memang luar biasa. Ia mendoakan semua orang tanpa memandang siapakah orang itu dan yang Dia harapkan adalah supaya setiap pribadi dapat melakukan pekerjaan Bapa. Pekerjaan Bapa yang dimaksudkan adalah percaya kepada Yesus Kristus sebagai utusan Bapa dan melakukan FirmanNya di dalam hidup setiap hari.
Pada hari ini kita kembali belajar pada figur st. Paulus. Ia rela berkorban dengan menderita demi Tuhan Yesus Kristus. Ia meninggalkan Efesus dan kembali ke Yerusalem. Di Yerusalem, Paulus ditangkap dan di masukan ke dalam penjara. Di hadapan kepala pasukan, imam-imam kepala dan Mahkamah Agama, Paulus berani berkata: “Hai saudara-saudara, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi. Aku dihadapkan ke Mahkamah Agama ini karena aku mengharapkan kebangkitan orang mati”. Perkataan Paulus ini menimbulkan perpecahan di antara kaum Farisi dan Saduki. Dalam situasi yang sulit, Tuhan menampakkan diri kepadaNya dan memberi nasihat ini: “Kuatkanlah hatimu sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma”.
Kisah Paulus ini mendorong kita untuk berani berkorban dan semakin mencintai Tuhan dan sesama. Ia tidak takut menderita demi Tuhan Yesus Kristus dan GerejaNya. Ia tahu bahwa penjara, cercaan bahkan kematian ada di depannya tetapi ia tetap tidak mau menyerah. Semua ini karena cinta kasihNya kepada Kristus. Bagaimana dengan anda dan saya? Kita mengatakan diri kita sebagai orang Kristiani, artinya pengikut Kristus. Apakah kita sungguh-sungguh mengubah hidup kita supaya benar-benar menjadi serupa denganNya?
Sabda Tuhan hari ini mendorong kita untuk bersifat sosial dalam doa. Banyak kali kita hanya berdoa untuk diri kita dan intensi-intensi pribadi. Kita belajar dari Yesus yang mendoakan semua orang supaya bersatu sesuai dengan kehendakNya. Mari kita tingkatkan semangat doa kita supaya lebih berkualitas. Mari kita mendoakan semua orang termasuk mereka yang menganiaya secara fisik dan verbal supaya dapat bertobat dan kembali ke jalan yang benar.
Doa: Tuhan Bapa di dalam Surga, bantulah kami untuk rajin berdoa sehingga selalu bersatu denganMu. Amen
PJSDB