Mzm (Tb) 13:2.6.7.8
Mrk 12:38-44
Penginjil Markus hari ini melaporkan sebuah perumpamaan Yesus yang sangat bagus. Pada awal bacaan injil hari ini, Yesus mengajak kita untuk tidak mengikuti teladan para ahli Taurat yang mengerti Kitab Suci tetapi seolah-olah tidak mengerti apa-apa. Mereka memiliki kesombongan manusiawi dengan pakaian yang unik, suka menerima hormat, duduk terdepan di rumah ibadat dan pesta, mencaplok rumah para janda dan pura-pura dengan doa yang panjang. Sikap-sikap ini patut di waspadai para murid Kristus. Sikap sombong dan egois ini harus dijauhkan dalam hidup bersama sebagai saudara dalam Kristus.
Selanjutnya Yesus mengambil contoh para jemaat yang datang ke Bait Allah dan memberi persembahan. Banyak orang memasukkan banyak duit ke dalam kotak persembahan, tetapi ada seorang janda yang memberi dari kekurangan, dalam hal ini semua yang ada padanya, seluruh nafkahnya diberikan kepada Tuhan dalam kotak persembahan. Isi kota persembahan itu nantinya digunakan juga untuk kesejahteraan kaum papa miskin seperti dirinya sendiri. Yesus memuji janda ini karena ia tidak menggunakan perhitungan untung dan rugi. Dia sebagai janda miskin mau memberi seluruh nafkahnya untuk sesama yang miskin. Luar biasa contoh hidup seperti janda miskin ini. Pertanyaann kita, mengapa ia memberi semuanya? Karena janda ini percaya bahwa dengan memberi segala yang ia miliki, Tuhan akan memberi lebih dari apa yang ia butuhkan.
Banyak kali kita memberi dari kelebihan kita dan itu sangat mudah. Nilai pengorbanan diri kita masih rendah. Sekiranya kita menjadi seperti janda miskin yang tahu dirinya miskin tetapi rela memberi nafkanya supaya sesama kaum miskin dapat berbahagia maka saya yakin Tuhan juga akan menyebut kita berbahagia di hadiratNya. Tetapi sayang sekali karena banyak kali kita memberi dengan banyak perhitungan, memberi kemudian menceritakan kepada orang lain besarnya sumbangan kita. Mungkin tantangan yang dihadapi adalah banyak kali kita menyalahgunakan kebaikan orang lain. Para imam, biarawan dan biarawati mendapat bantuan untuk karya-karya social juga pembinaan para calon. Betapa berdosanya mereka ketika menyalahgunakan kebaikan para donator dengan tidak memperhatikan barang-barang komunitas, fasilitas, gedung dan lain sebagainya. Para donator mungkin saja memberi dari kekurangannya.
Sara menikah dengan Tobia dan mereka bahagia di dalam hidup. Sebagai tanda syukur, Tobit mau memberi upah kepada Rafael sang Malaikat Agung. Rafael memanggil Tobit dan Tobia sendiri-sendiri dan menjelaskan dirinya kepada mereka. Ia juga mengajak mereka untuk tetap memuji dan memuliakan Allah, mewartakan semua karya agung Allah, selalu berbuat baik supaya dijauhkan dari malapetaka, berbagi sedekah. Rafael mau mengingatkan Tobit dan Tobia bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan maka mereka tidak perlu membalasnya dengan memberi upah. Tuhan punya segalanya maka yang penting adalah sembah bakti kepada Tuhan. Allah patut dimuliakan: “Terpujilah Allah yang hidup selama-lamanya.

