Saya ingat kata-kata Mario Teguh: “Musuh adalah sahabat yang belum jadi. Sahabat yang belum jadi ini mungkin orang-orang yang menggunakan hatinya, pikirannya dan mulutnya untuk menjahati kita, tapi kalau kita tidak menjahatinya, dan kita tetap jadi orang baik, yang mungkin suatu ketika bisa menjadi sahabat baginya.”Sekarang coba kita masing-masing membayangkan orang-orang yang masuk kategori, sahabat yang belum jadi itu. Ada orang yang begitu dekat dengan kita kini menjauh dan menyakiti kita dengan kata-kata dan perilaku tertentu. Ada juga sahabat yang belum jadi tetaplah jauh dari jangkauan kita tetapi rasa bencinya juga ada untuk kita. Selagi kita masih bernapas selalu saja ada orang yang menjadi kawan dan lawan, sahabat dan musuh.
Tentara itu merasa bersyukur karena ternyata musuh juga dapat menjadi sahabat. Di saat-saat yang sulit, ekstrim Tuhan selalu mengutus orang-orang tertentu, bahkan musuh juga dapat menjadi sahabat yang menolong. Itulah indahnya kehidupan manusia karena selalu memiliki musuh dan sahabat. Pertanyaan bagi kita adalah, mengapa orang masih suka bermusuhan? Apakah untungnya orang bermusuhan satu sama lain? Biasanya kalau bermusuhan pasti rasa benci menggebu-gebu. Orang menjadi lupa dengan jati dirinya sebagai manusia.
Pada hari ini Tuhan Yesus mengajar para muridNya untuk memiliki cinta kasih lintas batas. Artinya memiliki kemampuan untuk mengasihi semua orang tanpa kecuali. Yesus mengatakan bahwa di dalam hukum lama memang dikatakan dengan jelas: “Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuh-musuhmu”. Tetapi Yesus berkata: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kalian”. Wah ini bukan perkara yang gampang. Musuh kog dikasihi, para penganiaya kog didoakan. Ini memang ajaran yang sama sekali baru! Kalau kita dapat berlaku seperti yang diajarkan Yesus maka kita sungguh-sungguh menjadi anak Allah. Mengapa Yesus mengajar demikian? Karena Yesus tahu bahwa Bapa di Surga mengasihi semua orang. Allah Bapa menciptakan matahari dan hujan untuk orang baik dan orang yang tidak benar. Orang-orang yang tidak benar juga dapat berlaku baik di antara mereka. Orang-orang yang tidak mengenal Allah juga berlaku demikian. Maka Yesus mengharapkan agar para muridNya berlaku sebagai murid dan anak-anak Allah.
Paulus dalam bacaan pertama mengharapkan agar jemaat di Korintus memiliki daya tahan yang kuat sebagai murid Kristus. Ia mengambil contoh Jemaat di Makedonia yang mengalami kemiskinan, penderitaan dan aneka cobaan lain tetapi mereka memiliki sukacita yang meluap-luap karena kaya dalam kemurahan. Dengan demikian mereka juga berminat untuk turut melayani dengan sukacita. Mengapa perlu melayani? Paulus mengarahkan mereka untuk memandang Yesus: “Ia sekali pun kaya, telah menjadi miskin karena kalian, supaya karena kemiskinannya kalian menjadi kaya”.