Seringkali kita hanya terjebak dalam rumusan bahasa manusiawi dan lupa bahwa Doa itu kita panjatkan kepada Tuhan dengan kepolosan hati sebagai seorang Anak kepada Bapa yang dikasihi dan yang mengasihi. Mungkin kita perlu menyamakan persepsi tentang makna doa. Di dalam Katekismus Gereja Katolik, dikatakan bahwa doa berarti mengarahkan hati kepada Allah, ketika seseorang berdoa, ia masuk ke dalam hubungan yang hidup dengan Allah (KGK 2558-2565). Saya ingat St. Theresia Lisieux pernah berkata, “Bagiku doa adalah ayunan hati, suatu pandangan sederhana ke surga, seruan syukur dan cinta kasih, baik di tengah pencobaan maupun kegembiraan”.Doa merupakan pintu gerbang untuk berkomunikasi dengan Allah. Nah di sini perlu ada iman dan kepercayaan bahwa Allah sungguh ada dan hidup sehingga pribadi itu dapat berkomunikasi denganNya.
Yesus dalam bacaan Injil hari ini mengajar para murid berdoa. Penginjil Lukas bersaksi bahwa para murid selalu melihat Yesus berdoa. Dari pengalaman ini, ada seorang murid berani meminta kepada Yesus supaya mengajarnya doa yang benar. Sedangkan Penginjil Matius bersaksi bahwa ketika mengajar para muridNya berdoa, Ia berkata, “Bila kalian berdoa janganlah bertele-tele seperti kebiasaan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa doanya akan dikabulkan karena banyaknya kata-kata. Janganlah seperti mereka sebab Bapamu tahu apa yang kalian perlukan sebelum kalian meminta kepadaNya” (Mat 6:7-8). Yesus memberi gambaran umum bagaimana orang memiliki kecendrungan untuk bersikap munafik dalam berdoa misalnya dengan kata-kata yang panjang. Yesus justru menagatakan bahwa Bapa mengetahui apa yang kita perlukan. Hal terpenting adalah doa itu sederhana atau dalam bahasanya St. Theresia Lisieux sebuah “ayunan hati, tatapan yang sederhana kepada Bapa di Surga”.
Yesus mengetahui semuanya ini maka Ia mengajar para muridNya: “Maka berdoalah kalian demikian, ‘Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah namaMu, Datanglah KerajaanMu. Jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam Surga. Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amen. (Mat 6: 9-13).
Doa Bapa kami atau Doa Tuhan menurut Tertulianus adalah ringkasan dari seluruh Injil. Thomas Aquinas mengatakan “doa yang paling sempurna”. Doa ini dikatakan sempurna karena mengandung tujuh intensi yang bagus: “Dimuliakanlah NamaMu, Datanglah KerajaanMu, Jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam Surga, Berilah kami rejeki pada hari ini, Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami, janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat”. Sadar atau tidak sadar, kita selalu mengucapkan semua intensi ini setiap kali mendoakan doa Bapa Kami. Kita memuji nama Tuhan Allah, dan memohon semua yang kita perlukan setiap hari termasuk bagaimana membentuk relasi antar pribadi kita dapat terjalin dengan baik.Santo Agustinus pernah berkata, “Dalam doa Tuhan, kita semua secara bersama-sama mengucapkan “Bapa kami”. Frasa “Bapa kami”diucapkan oleh semua orang, entah kaisar, entah rakya jelata, entah tuan, entah budak. Mereka semua adalah saudara karena memiliki bapa yang satu dan sama”. Kiranya dengan mendoakan Doa Tuhan atau Oratio Dominica membuat kita semakin bertumbuh dan akrab dalam berelasi dengan Tuhan sebagai Bapa dan kita semua sebagai anak-anakNya dan saudara-bersaudara.
Sabda Tuhan pada hari ini luar biasa. Yesus mengajar kita bagaimana berdoa dan apa yang kita doakan. Ia mengajar kita untuk menjadikan doa sebagai percakapan dengan Bapa dalam rahasia bathin kita, dan mengajar kita “Bapa kami”. Dalam doa, hendaknya Tuhan Allah menjadi prioritas kita. Di hadapaan Tuhan kita berdoa sambil memohon tiga intensi pertama, untuk memuliakan namaNya, kedatangan kerajaanNya dan terpenuhinya kehendakNya di bumi seperti di Surga. Empat intensi yang lainnya diperuntukan bagi sesama. Apa artinya intensi-intensi ini? Tuhan selalu nomor satu di dalam hidup setelah itu manusia sebagai sesama kita. Wujud nyata doa Bapa kami adalah, ketika Yesus mengatakan kepada para muridNya, “Apabila kalian berdoa, katakanlah…” maka para orang tua terpanggil untuk melakukan hal yang sama kepada anak-anakNya. Doa Bapa kami patut dihayati hari demi hari di dalam hidup setiap hari.



