Pada hari ini pikiran kita dibuka untuk melihat hubungan antar pribadi kita bukan sempit dalam arti hanya sebatas hubungan darah: dari satu ayah dan ibu. Sebagai pengikut Kristus, hubungan persaudaraan kita semakin luasdan menjangkau semua orang. Sebagai saudara berarti semua orang dipanggil untuk menjadi manusia baru di dalam Kristus. Tuhan Yesus sendiri telah datang untuk menyelamatkan semua orang dari pelbagai suku dan bahasa. Santo Paulus pernah berkata: “Tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau tidak bersunat, orang barbar atau orang skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan dalam segala sesuatu” (Kol 3:11). Sikap kristiani yang harus dibangun bukanlah memandang perbedaan di antara kita. Sebagai saudara dalam Kristus kita harus mewujudkan persaudaraan sejati di dalam hal-hal ini: belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran (Kol 3:12). Kebajikan lain yang kiranya dimiliki setiap pribadi adalah kesabaran, kerelaan untuk mengampuni dan saling mengasihi sebagai saudara.
Tuhan menunjukkan kuasaNya dalam wujud angin timur yang keras sehingga laut saja dapat terbelah dan muncul tanah kering. Memang menakutkan apabila kita merenungkan kata-kata ini. Angin sangat kencang, seperti angin puting beliung. Hanya di dalam Tuhan sendiri ada kedamaian. St. Paulus mengatakan: “Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranMu di dalam Kristus” (Flp 4:7). Bani Israel sungguh-sungguh merasakan mukjizat Tuhan pada saat mereka sedang mengalami situasi baru yang belum jelasyakni keluar dari kuasa Mesir. Mereka barusan keluar dari tanah Mesir, berjalan di padang gurun, sedang dikejar Firaun dan pasukannya, masuk ke dalam laut merah. Di saat-saat yang seperti ini Tuhan datang menolong tepat pada waktunya. Keselamatan pun dirasakan dan disyukuri bersama.