St. Vinsensius a Paulo
Hari Jumat, Pekan Biasa XXV
Hag 2:1b-10
Mzm 43:1.2.3.4
Luk 9:18-22
Roh-Ku tetap tinggal di tengah-tengahmu!
Kisah tentang umat Israel dari Kerajaan Selatan berlanjut. Tuhan sudah menggerakkan hati para raja kafir dari Persia yakni Koresh, Darius dan Arthasustra untuk memulangkan orang-orang Israel ke kampung halaman mereka di Yerusalem. Tugas yang harus mereka lakukan setelah tiba di Yerusalem adalah membangun rumah Tuhan. Namun demikian ketika mereka tiba di Yerusalem, mereka giat membangun rumah tinggal mereka sendiri dan lupa membangun rumah Tuhan. Maka Tuhan mengingatkan pemerintah sipil dan rohani, dalam hal ini Zerubabel sebagai Bupati dan Yosua sebagai imam agung melalui nabi Hagai untuk menyiapkan kayu-kayu yang ditebang di gunung untuk mendirikan rumah bagi Tuhan. Nubuat Hagai tentang rumah Tuhan ini terlaksana pada zaman Ezra. Hal penting yang dilakukan Hagai adalah membangun iman umat Israel supaya mereka tumbuh dalam kesetiaan karena Allah tidak pernah ingkar janji. Allah selalu menyertai mereka.
Selama proses pembangunan rumah Tuhan, Tuhan Allah sendiri yang mengawasi mereka. Hasil pembangunannya memang sangatlah sederhana di bandingkan dengan kemegahan rumah Tuhan atau Bait Allah yang dibangun pada zaman raja Salomo. Namun demikian Tuhan melalui Hagai mau membuka pikiran umat Israel, untuk beralih dari pemikiran Bait Allah sebagai gedung dengan tubuh mereka sendiri. Tuhan berkenan untuk tinggal di antara umat manusia sebagai Imanuel. St. Paulus juga memiliki pikiran yang sejalan dengan mengatakan bahwa Tubuh kita adalah Bait Roh Kudus (1Kor 6:19). Tuhan juga memotivasi umat Allah untuk tetap bersemangat, tidak berputus asa dalam membangun rumah Tuhan. Tuhan sendiri sejak semula berjanji: “Bekerjalah sebab Aku ini menyertai kalian”. Penyertaan Tuhan harus dialami selama-lamanya oleh umat Israel. Tuhan juga menghibur mereka: “Jangan takut! Roh-Ku tetap tinggal di tengah-tengahmu”.
Keadaan Bait Allah secara fisik memang sederhana. Tuhan mengetahuinya dan Ia sendiri berjanji untuk memberi kemegahan kepada rumahNya sendiri. Ia sendiri yang akan menggoncangkan segala bangsa sehingga mereka dapat mengalirkan emas dan perak untuk membuat RumahNya menjadi megah. Segala kekayaan seperti emas dan perak adalah milikNya dan Ia akan memperindah rumahNya sendiri. KemuliaanNya akan bersemayam dan rumah Tuhan akan lebih megah lagi di bandingkan dengan zamannya Salomo karena Tuhan akan menganugerahkan damaiNya kepada semua orang yang datang dan berjumpa denganNya. Bait Allah kemudian menjadi pemersatu semua orang yang percaya kepada Tuhan Allah. Dia laksana pelita yang bernyala, yang mengundang semua orang untuk datang kepada cahaya itu.
Bait Allah menjadi tempat dan sekaligus tanda Tuhan hadir di tengah-tengah umat Israel. Pada saat ini kehadiran Tuhan kita rasakan dalam diri Yesus Kristus PuteraNya yang tunggal Tuhan kita. Penginjil Lukas mengisahkan bahwa pada suatu kesempatan, ketika Yesus sedang berdoa seorang diri, murid-murid datang kepadaNya. Ia bertanya kepada mereka dua pertanyaan. Pertanyaan pertama: “Siapakah Aku ini menurut orang banyak?” Kedua, “Siapakah Aku ini menurut kalian?” Untuk pertanyaan pertama tergolong gampang. Karena kata orang maka mereka ramai menjawab: “Ada yang mengatakan Anda adalah Yohanes Pembaptis, ada yang mengatakan Anda adalah Elia atau salah seorang nabi yang sudah wafat dan bangkit kembali.” Untuk pertanyaan kedua tergolong sulit. Yesus menurut orang memang gampang, tetapi menurut saya secara pribadi sangat sulit untuk dijawab. Petrus dengan bantuan Allah mengatakan: “Engkaulah Kristus dari Allah”. Yesus ternyata tidak bangga dengan jawaban yang diberikan Petrus. Ia justru melarang mereka untuk tidak mengatakan bahwa Dialah Mesias.
Mengapa Yesus melarang para muridNya untuk tidak mengatakan kepada siapa-siapa bahwa adalah Mesias? Mentalitas orang saat itu adalah mereka sedang menanti seorang yang akan menjadi Mesias secara politis untuk mengusir penjajah Romawi. Yesus tidak datang untuk mengusir penjajah Romawi tetapi Ia datang untuk menyelamatkan umat manusia. Ia datang sebagai Mesias yang menderita dan ditolak oleh para tua-tua, oleh para imam kepala dan para ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Mesias yang menderita menjadi inspirator bagi kita semua untuk mengikutiNya dari dekat, memikul salib. St. Yohanes Bosco berkata: “Salib itu bukan hanya untuk dicium melainkan untuk dipikul (La croce non basta baciarla, bisogna portarla)” Menjadi pengikut Kristus berarti siap untuk memberi diri secara total.
Pada hari ini kita merayakan peringatan St. Vinsensius A Paulo, rasul kaum miskin. Ia lahir di Pouy, Prancis 24 April 1581. Ketika berusia 15 tahun, ia masuk seminari dan ditahbiskan sebagai imam pada saat berusia 19 tahun. Ia melanjutkan studinya hingga mencapai gelar sarjana Teologi. Ia memiliki perhatian yang besar kepada para seminaris dan pembinaan mereka. Ia juga bersahabat dengan para kaum papa miskin, para yatim piatu. Ia meninggal dunia pada tanggal 27 September 1660. Mari kita berdoa kepada Tuhan dengan perantaraan St. Vinsensius, semoga semangatnya tetap memampukan kita untuk bersatu dengan Tuhan dan kaum papa miskin.
Doa: Tuhan yang mahabaik, kami memohon rahmat Istimewa untuk senantiasa terbuka pada setiap rencanaMu. Semoga hari demi hari kami berusaha untuk merasakan kehadiranMu di tengah-tengah kami. Amen
PJSDB