Kita mengawali pekan ini dengan sebuah antiphon yang bagus dari Kitab Zakharia: “Aku akan menyelamatkan umatKu dan membawa mereka pulang. Mereka akan menjadi umatKu dan Aku menjadi Allah mereka” (Za 8:8). Firman Tuhan melalui nabi Zakharia ini sangat menghibur karena Tuhan mau mewujudkan perhatian dan kasihNya kepada kita semua. Pengalaman umat Israel di Babel merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi mereka dalam konteks relasi pribadi mereka dengan Tuhan. Banyak di antara mereka yang sudah kehilangan harapan pada belas kasih Tuhan. Mereka berpikir Tuhan selamanya akan melupakan mereka sehingga membiarkan penderitaan itu harus mereka alami. Ternyata pikiran mereka berbeda dengan rencana Tuhan. Tuhan justru menggerakkan hati raja-raja kafir di Persia seperti Koresh, Darius dan Arthasastra untuk memulangkan kaum Israel ke Yerusalem dan membangunnya kembali. Ini berarti Tuhan tidak melupakan umat kesayanganNya tetapi tetap mengasihi mereka selamanya. Manusia boleh lupa dengan Tuhan tetapi Tuhan tidak pernah lupa dengan manusia.
Selanjutnya Tuhan juga mengatakan bahwa Yerusalem yang tadinya kosong akan dihuni oleh manusia, mulai dari yang muda hingga yang tua. Tuhan juga akan menyelamatkan mereka semua mulai dari tempat terbitnya matahari hingga tempat terbenamnya. Artinya Tuhan mempunya rencana untuk menyelamatkan semua orang. Ia akan melindungi dan menjaga masing-masing orang sebagai milik kepunyaanNya. Itu sebabnya Tuhan berkata: “Mereka akan menjadi umatKu dan Aku menjadi Allah mereka”.Ungkapan ini merupakan Injil, sebuah berita sukacita bagi kita semua. Tuhan mau menjadi pelayan bagi manusia. Perhatian, kasih sayang dan perlindunganNya merupakan tanda bahwa Ia juga melayani manusia. Ia setia dan adil bagi umat manusia.
Penginjil Lukas dalam bacaan Injil hari ini
mengisahkan bagaimana situasi komunitas para rasul. Mereka mempertentangkan siapa kiranya di antara mereka yang terbesar. Yesus mengenal murid-muridNya maka Ia memanggil salah seorang anak kecil, menempatkan anak itu di sampingNya dan berkata: “Barang siapa menyambut anak ini dalam namaKu, ia menyambut Aku. Dan barang siapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Hendaknya yang terkecil di antara kamu dialah yang terbesar” (Luk 9:48). Para murid memang memiliki ambisi-ambisi tertentu. Mereka memiliki harapan bahwa sekiranya Yesus menjadi raja manusiawi maka mereka akan mendapat tempat istimewa. Yesus mengoreksi mereka supaya jangan hidup dalam ambisi-ambisi negatif. Kalau mau menjadi besar, maka hendaklah menjadi kecil, supaya lebih bebas mengabdi. Hidup sebagai pribadi yang suka iri hati dana cemburu tidaklah berguna.
Yesus juga mengoreksi para muridNya yang berpikir bahwa mereka adalah status quo keselamatan. Yohanes melaporkan kepada Yesus bahwa ia melihat orang lain mengusir setan dalam nama Yesus dan berhasil maka mereka melarang supaya orang itu jangan melakukannya. Tetapi Yesus melarang mereka untuk tidak boleh mencegahnya karena dia ada di pihak Tuhan. Ia tidak melawan Yesus dan para muridNya. Banyak kali kita juga berlaku demikian dengan klaim tertentu seperti Yesus adalah milik kita. Tuhan Yesus justru menghendaki agar diriNya dikenal hingga ujung dunia. Kita hendaknya lebih terbuka lagi kepada Tuhan dan sesama.