Hari Rabu, Pekan Biasa XXIX
Paulus pada akhirnya juga menyadarkan kita semua akan masa lalu kita masing-masing. Setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya menjadi hamba dosa karena kita lebih mentaati dosa. Artinya dosalah yang memimpin diri kita di masa kegelapan. Daud di dalam Kitab Mazmur pernah berdoa: “Dosa bertutur di lubuk hati orang fasik; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu” (Mzm 36:2). Doa ini adalah gambaran banyak orang yang belum bertobat. Tetapi sekarang ini, sebagai orang-orang yang sudah dibaptis kita telah merdeka dari dosa dan menjadi hamba kebenaran. Dengan kata lain di dalam Yesus dan bersama Yesus kita bukan lagi menjadi hamba dosa tetapi menjadi hamba kebenaran.
Ciri khas orang merdeka di dalam Yesus Kristus adalah kewaspadaan untuk menyambut kedatangan Tuhan. Yesus berkata: “Berjaga-jagalah, hendaknya pinggangmu tetap berikat dan hendknya pelitamu tetap bernyala seperti orang yang menanti-nantikan tuannya pulang dari pesta pernikahan. Ketika tuan mengetuk pintu, mereka segera membukannya”. Memang menunggu itu sebuah pekerjaan yang berat dan melelahkan. Orang gampang terlena sehingga pertobatan yang sudah dibangun bisa hancur kembali. Namun Yesus juga mengatakan: “Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang”. Di samping memberi perumpamaan tentang kewaspadaan para hamba untuk menyambut kedatangan tuan dari pesta, Yesus juga memberi perumpamaan lain. Tuan rumah yang baik ketika mengetahui kedatangan pencuri, ia pasti siap untuk melindungi rumahnya. Demikian setiap orang juga harus siap sedia karena tidak mengetahui persis kapan Anak Manusia akan datang kepadanya.
Tentu saja Yesus tidak maksudkan hal kematian yang akan menjadi akhir dari hidup yang fana ini. Tuhan Yesus juga mau mengatakan kepada kita tentang perjalanan rohani kita masing-masing. Apakah setelah mengenal Kristus kita berusaha untuk semakin akrab denganNya atau relasi kita dengan Yesus Kristus tetaplah biasa-biasa saja. Sebagai hamba yang disapa bahagia itu menunjukkan orang yang bertumbuh dalam kehidupan rohani hingga mencapai kematangan tertentu. Jadi jika kita melayani Allah bertahun-tahun, mengapa kita belum mencapai kematangan hidup rohani? Perumpamaan Yesus ini berdampak pada sebuah revolusi kehidupan rohani. Kita harus berubah menjadi lebih baik, lebih layak untuk Tuhan.