Hari Selasa, Pekan Adventus II
Yes 40:1-11
Mzm 96:1-2.3.10ac.11-12.13
Mat 18:12-14
Urgensi Sebuah Pertobatan
Pada suatu kesempatan saya merayakan misa arwah seorang bapa di Rumah Duka. Pada saat sebelum memulai homili saya bertanya kepada salah seorang yang mewakili anak-anaknya tentang pengalaman apa yang sangat mengesankan hidupnya. Anaknya itu mengatakan, “Ayah suka menghibur di kala kami mengalami kesulitan tertentu di dalam hidup berkeluarga. Ia tidak mencampuri urusan keluarga kami, tetapi ia biasanya memanggil kami untuk duduk bersama dan menasihati dengan prinsip-prinsip umum tanpa menyinggung perasaan salah satu di antara pasangan kami anak-anaknya.” Ketika mendengar kesaksian itu saya mengingat banyak orang tua lain, terutama ibu yang menghibur anak atau cucu bahkan cicit yang sedang bersedih atau gagal dalam pekerjaan tertentu. Ketika mengalami pengalaman yang keras, kita butuh Tuhan dan sesama untuk menguatkan dan meneguhkan hidup kita.
Selama masa adventus ini kita diingatkan untuk saling menghibur satu sama lain sehingga kita bisa mewujudkan pertobatan dengan baik. Pertobatan itu selalu bernuansa menghibur hati yang remuk, membawa sukacita tersendiri karena rasanya seperti beban menjadi lebih ringan, ada kelegaan tersendiri setelah merasakan pengampunan dari Tuhan. Saya teringat pada kata-kata St. Yohanes Maria Vianey: “Setelah anda jatuh, segeralah bangkit kembali! Jangan biarkan dosa di dalam hatimu bahkan untuk sejenak”. Ini adalah kata-kata yang penuh dengan motivasi untuk menjadi tegar setelah jatuh dalam dosa. Ada keberanian untuk mengakui dosa yang sudah diperbuat. Banyak orang merasakan kesulitan tertentu ketika jatuh dalam dosa, sulit sekali untuk pulih dan hidup di layak di hadirat Tuhan.
Pada hari ini Nabi Yesaya tampil dan menghadirkan figur Tuhan Allah yang memberikan penghiburan kepada umat Israel. Tuhan berseru: “Hiburkanlah, hiburkanlah umatKu, demikianlah Firman Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya sudah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan Tuhan dua kali lipat karena segala dosanya”. (Yes 40:1-2). Tuhan menunjukkan kerahimanNya kepada Israel dengan penghiburan yang kekal. Berkali-kali Israel memang jatuh ke dalam dosa tetapi Tuhan tidak memperhitungkan dosa-dosa mereka. Ia justru mengampuni dan meringankan beban kehidupan mereka. Israel tetaplah dikasihi oleh Tuhan.
Tuhan juga mendidik Israel untuk membangun pertobatan radikal. Pertobatan itu ibarat mempersiapkan jalan bagi Tuhan di padang gurun, jalan raya di padang belantara diluruskan. Lembah-lembah ditutupi, gunung dan bukit diratakan, tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran. Pertobatan itu suasana hati yang sombong dan congkak. Setiap orang harus berusaha untuk menghancurkan kesombongan dan kecongkakan di dalam hatinya. Dengan demikian masing-masing orang dapat melihat kemuliaan Tuhan. Mengapa manusia perlu bertobat? Karena manusia itu makhluk fana. Ia laksana rumput yang menjadi kering, bunga yang menjadi layu. Ia berada di hadirat Allah yang kekal dan firmanNya tetap selamanya. Dengan pertobatan radikal maka manusia dapat melihat kehadiran Tuhan dalam kekuatan dan kekuasaanNya yang agung.
Ketika jatuh dalam dosa, kita seperti domba yang hilang dari pantauan sang gembala. Domba dapat tersesat karena ia kehilangan arah setelah meninggalkan domba-domba lainnya. Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil memberi sebuah perumpamaan tentang domba yang hilang. Dikisahkan dalam perumpamaan bahwa ada seorang yang memiliki 100 ekor domba dan merasa kehilangan seekor. Ia akan meninggalkan 99 ekor untuk mencari 1 ekor yang tersesat. Ketika menemukannya, hatinya akan bersukacita. Yesus mengatakan bahwa Bapa di Surga akan bersukacita kalau kerahimanNya itu diterima dan dirasakan oleh orang yang terbuka untuk diselamatkan. Di sini kita melihat bahwa Tuhan menunjukkan belas kasih yang besar kepada manusia. Tentu hal yang diharapkan dari pihak manusia adalah keterbukaan hati untuk menerima Allah dan pengampunanNya yang berlimpah. Allah setia mencari dan menyelamatkan, manusia siap untuk menerima keselamatan.
Nabi Yesaya hari ini juga menghadirkan Tuhan sebagai seorang gembala yang baik. Ia menggembalakan ternakNya dan menghimpunkannya dengan tanganNya, anak-anak domba dipangkuNya, induk-induk domba dituntunNya dengan hati-hati. Inilah kasih dan kebaikan Tuhan bagi manusia. Meskipun sering jatuh dalam dosa, sering melupakan kerahimanNya, tetapi Tuhan akan tetap mencari, menemukan dan membimbing. Ia akan menjaga kawananNya karena Ia mengenal mereka satu persatu. Sikap Tuhan ini akan menjadi konkret ketika kita masing-masing bersikap sebagai gembala bagi sesama. Apakah para orang tua sudah menjadi gembala yang baik?
Banyak kali kita juga kurang menyadari kebaikan dan kasih Tuhan. Berkali-kali kita disapa dengan kerahimanNya untuk bertobat tetapi selalu gagal dalam kehidupan. Banyak di antara kita yang selalu jatuh dalam dosa yang sama. Ini menandakan bahwa kita belum bisa meratakan jalan untuk Tuhan, belum mampu meluruskan jalan yang bisa di lalui Tuhan di dalam lorong kehidupan kita. Ibu Teresa dari Kalkuta pernah mengatakan bahwa para kudus juga melihat diri mereka tidak sempurna ketika melihat perbedaan antara dirinya dengan Tuhan. Ada yang melihat diri mereka seperti penjahat yang mengerikan. St. Agustinus mengatakan: “Tardi Ti ho amato” (Terlambat aku mengasihi Engkau).
Sabda Tuhan pada hari ini sangat menguhkan hati kita. Anda dan saya adalah domba yang selalu tersesat. Tuhan sudah setia mencari dan menyelamatkan kita. Mari kita menyadari kasih Tuhan dan membangun pertobatan yang radikal.
Doa: Tuhan, kami bersyukur kepadaMu karena Engkau selalu memanggil kami untuk bertobat. Semoga kami menyadari kelemahan dan dosa kami supaya layak masuk ke hadiratMu yang kudus. Amen
PJSDB