Kasih itu murah hati
Beberapa hari yang lalu saya merayakan misa Hari Ulang Tahun pernikahan sepasang suami istri yang ke-51. Pasutri ini memiliki dua anak putra dan putri dan dan enam cucu serta dua cicit. Perayaan ekaristi berlangsung sangat meriah. Semua keluarga dan kerabat juga kelihatan bahagia dan bersyukur sehingga menambah sukacita pasutri yang rata-rata berusia 80 tahun itu. Pada saat homily, saya meminta kesaksian dari pasangan ini. Mereka berdua sepakat sehingga hanya suami yang memberi kesaksian.
Sang suami bercerita: “Kami merayakan hari ulang tahun pernikahan hari ini dengan meriah persis seperti yang terjadi 51 tahun yang lalu. Pengalaman yang sangat mengesankan saya adalah pada lima tahun pertama pernikahan kami. Istri saya waktu itu sakit-sakitan, kadang tidak bisa bangun. Kami hanya berdua dan jauh dari keluarga maka saya sendiri bertugas sebagai pelayan setianya. Saya bangun pagi menyiapkan sarapan, membereskan rumah, sering kali menyuapnya lalu pergi ke kantor. Kembali dari kantor saya berlaku lagi sebagai pembantu bagi nyonya. Kalau melihat status, saya bukan hanya suami tetapi di kantor saya adalah kepala bagi yang lain. Namun semakin lama saya melayaninya, saya merasa bahwa ini adalah cinta yang murni, sebuah cinta kasih rohani, sebuah agape. Saya berdoa meminta dua hal setiap malam setelah melayaninya danmelihatnya tidur yakni semoga istri saya cepat sembuh dan dikarunia anak. Tuhan mengabulkannya, istri saya sembuh. Dia melahirkan dua anak kami, sehat dan baik hingga saat ini”.
Pengalaman hidup seorang suami ini luar biasa. Saya kembali ke komunitas dengan sukacita karena belajar lagi sesuatu dari pengalaman iman umat yakni cinta kasih agape itu berakar pada pengorbanan diri, pada pelayanan tanpa pamrih. Cinta kasih agape tidak mengenal pangkat dan kedudukan. Di kantor anda boleh menjadi kepala yang memerintah dan memberi komando, di rumah anda adalah seorang bapa yang baik, bapa yang penuh kasih, bapa yang selalu siap untuk melayani. Saya lalu membayangkan, andaikan semua orang, para pasutri dapat menghayati cinta kasih agape ini maka keluarga dan masyarakat kita akan lebih manusiawi. Tidak ada kekerasan, penganiayaan dan aneka kejahatan kemanusiaan terhadap kaum wanita dan pria karena mereka berasal dari keluarga yang baik.
Santo Paulus dengan tepat mengungkapkan himne cinta kasih: “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih itu tidak berkesudahan”. (1Kor 13:4-8). Semua yang diungkapkan Paulus ini mau menggambarkan Allah dan Bapa kita dalam diri Yesus Kristus adalah kasih.
Kardinal Francis Xavier Van Thuan dari Vietnam pernah berkata: “Cinta kasih kepada sesama adalah ujian yang terpercaya mengenai cintamu kepada Allah. Nah mencintai sesama tidak berarti anda harus anda mencurahkan tanda-tanda afeksi kepada mereka atau merusakkan mereka; bahkan sebaliknya, engkau bisa sesekali terpaksa menyebabkan mereka merasa sedih demi kebenaran dan kebaikan mereka sendiri. Tuhan Yesus juga tidak mengajarkan anda untuk mencintai dengan menggunakan emosimu, karena Ia mengajarkan engkau untuk mencintai bahkan musuh-musuhmu. Mencintai sesama berarti dengan ikhlas mengharapkan yang baik bagi mereka dan bahwa engkau akan melakukan segala sesuatu untuk mengamankan kebahagiaan mereka”. Ungkapan Kardinal Van Thuan ini berdasarkan pada pengalaman pribadinya, di mana bertahun-tahun ia juga menderita di penjara. Di saat yang sulit itu, ia merasa sebagai ujian bagi iman dan cintanya kepada Allah dan kepada sesama khususnya yang sama-sama dipenjarakan maupun para sipir yang kadang-kadang berlaku kasar.
Cinta kasih itu murah hati. Tuhan Yesus memuji orang yang murah hati. “Berbahagialah orang yang murah hati karena mereka akan beroleh kemurahan” (Mat 5:7). Tuhan sendiri murah hati terhadap kita umatNya (Mat 20:15). Maka Tuhan Yesus berharap: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Luk 6:36). Kasih dan kemurahan hati adalah satu. Seorang pria katolik sungguh-sungguh kristiani kalau mampu mengasihi dan bermurah hati seperti Yesus sendiri. Anda pasti bisa!
PJSDB