Hari Rabu, Minggu Biasa VII
Yak 4:13-17;
Mzm 49:2-3,6-7,8-10,11;
Mrk 9:38-40
Jika Tuhan menghendakinya
Pada suatu kesempatan saya berbicara dengan beberapa pengusaha katolik. Saya mengajak mereka untuk selalu menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan terutama berhadapan dengan para pekerja dan pemerintah. Mereka adalah mitra kerja yang baik dan punya andil untuk kemajuan perusahan. Meskipun dalam pelaksanaanya sangat sulit. Mereka sama-sama mengakui bahwa banyak pekerja selalu menuntut kenaikan gaji padahal banyak yang tidak bekerja efektif dan efisien. Berhadapan dengan pemerintah harus ada upeti tertentu yang jumlahnya tidak sedikit. Mentalitas preman masih marak dalam masyarakat kita. Saya mengatakan bahwa kesulitan-kesulitan itu bisa menjadi peluang untuk lebih berhasil lagi. Salah seorang pengusaha spontan menjawab, “Jika Tuhan menghendakinya kami akan berbuat yang terbaik”.
Pengalaman sederhana ini menginspirasikan kita untuk memahami kotbah St. Yakobus. Ia memberi contoh bagaimana iman itu menjadi nyata dalam praksis hidup. Misalnya ada orang yang hendak pergi berdagang di kota dalam waktu setahun maka mereka akan meraup keuntungan tertentu. Para pedagang tentu berharap untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Yakobus mengingatkan jemaat dan kita semua bahwa hari esok itu belum diketahui seperti apa. Lagi pula hidup kita itu sifatnya sementara saja, seperti uap yang akan hilang dengan cepat. Oleh karena itu seharusnya kita berpasrah kepada Tuhan. Yakobus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu” (Yak 4:16). Tantangannya adalah ketika seseorang merasa memiliki banyak hal terutama harta benda maka ia akan mudah lupa dengan Tuhan sehingga ia memegahkan dirinya. Sebenarnya segala yang dimiliki itu digunakan untuk kebaikan banyak orang. Jadi iman itu hendaknya menjadi nyata dalam perbuatan-perbuatan baik kepada sesama.
Sumbangan pemikiran Yakobus bagi kita semua adalah supaya kita belajar berbuat baik kepada sesama. Berbuat baik adalah kehendak Tuhan bagi kita semua karena kita sendiri sudah mengalaminya dari Tuhan. Artinya segala yang kita miliki ini berasal dari Tuhan. Kita telah memperolehnya dengan cuma-cuma maka hendaknya kita juga saling berbagi dengan cuma-cuma. Ketika orang memiliki sikap lepas bebas maka ia akan mudah berbuat baik, ketika seseorang terlalu melekat pada barang-barang yang ia miliki maka ia juga tidak bebas dalam mengasihi dan berbuat baik. Tuhan Yesus sudah menasihati supaya kita jangan berlaku tamak. Ia berkata: “Dimana hartamu berada, di sana hatimu juga berada” (Mat 6:21).
Sikap bathin yang seharusnya kita miliki adalah menjadi miskin di hadirat Allah. Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang miskin di hadirat Allah, sebab merekalah yang empunya Kerajaan Surga” (Mat 5:3). Orang miskin akan mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya. Sikap pasrah kepada Tuhan, taat kepada kehendak Tuhan adalah milik orang-orang pilihan Allah. Hati mereka akan senantiasa terbuka hanya kepada Tuhan. Tidak ada monopoli keselamatan bagi orang-orang tertentu karena Tuhan yang empunya kehendak untuk menyelamatkan kita semua.
Di dalam bacaan Injil dikisahkan bagaimana Yohanes mewakili para rasul mencegah seseorang yang mengusir setan dalam nama Yesus. Para rasul berpikir bahwa keselamatan adalah monopoli mereka dan orang di luar kelompok mereka itu tidak memiliki hak untuk melakukan aktivitas atas nama Yesus. Pandangan sempit seperti ini masih ada di dalam Gereja. Ada orang yang mengakui diri pengikut Kristus tetapi bersikap fanatik. Sikap fanatik yang berlebihan itu tidak manusiawi karena mereka tidak mengerti bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan semua orang. Sikap Yesus terhadap perkataan Yohanes sangat positif. Ia mengoreksi cara pandang para rasul dengan mengatakan: “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” (Mrk 9:39-40). Ini adalah cara Tuhan Yesus menyelamatkan kita semua.
Jika Tuhan menghendaki maka kita akan menjadi sesama yang baik. Jika Tuhan menghendaki maka kita semua akan menjadi saudara yang saling memperhatikan satu sama lain. Jika Tuhan menghendaki maka kita akan memiliki hati yang baru, hati yang penuh cinta kepada Tuhan dan sesama.
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk menaruh seluruh harapan kami kepadaMu. Amen
PJSDB