Hari Senin, Pekan Prapaskah I
Im 19: 1-2.11-18
Mzm 19: 8,9,10,11.15
Mat 25: 31-46
Kekudusan itu adalah sebuah harapan pasti
Pada tahun ini keluarga besar Salesian Don Bosco (SDB) merayakan 50 tahun kanonisasi St. Dominikus Savio. Orang kudus ini termasuk salah satu orang kudus remaja yang populer. Dia adalah murid St. Yohanes Bosco. Perjumpaan pertama dengan Don Bosco amat mengesankan. Don Bosco memandang wajah Dominikus dan melihat pancaran kekudusan Allah di dalam dirinya. Don Bosco lalu mengatakan kepadanya bahwa ia adalah selembar kain yang indah. Mendengar ucapan Don Bosco ini, Dominikus Savio lalu berharap supaya Don Bosco menjadi penjahit, yang mampu menjahit sebuah gaun yang indah bagi Tuhan. Sejak saat itu Dominikus mempercayakan dirinya kepada Tuhan melalui St. Yohanes Bosco. Dominikus Savio mewujudkan kekudusan Allah melalui pelayanannya kepada teman-teman lainnya untuk selalu tekun, bersukacita dan menjadi kudus.
Kekudusan adalah cita-cita dan harapan setiap orang. Tuhan Yesus sendiri menjanjikan supaya setiap orang dapat tinggal bersama Dia. Orang juga tinggal di dalam kasihNya selama-lamanya. Untuk mencapai kekudusan, orang harus berani untuk berbuat baik, terutama melayani kaum miskin dan papa. Karya amal kasih merupakan salah satu wujud kebaikan yang harus dilakukan oleh orang-orang yang mengaku percaya kepada Kristus. Perbuatan baik dapatlah menjadi terang yang bersinar bagi banyak orang dan supaya mereka juga dapat memuliakan Bapa di Surga.
Pada hari ini Tuhan bersabda melalui Musa supaya umat Israel dapat mencapai kekudusan karena Tuhan sendiri kudus adanya. Tuhan berfirman: “Kuduslah kamu sebab Aku Tuhan Allahmu, kudus.” (Im 19:2). St. Paulus pernah mengatakan bahwa sebelum dunia dijadikan, Allah sudah memiliki rencana ilahi untuk menguduskan umatNya. Ia menghendaki supaya kita hidup kudus dan tak bercelah di hadiratnya (Ef 1:4). Oleh karena Ia kudus maka kita pun dipanggil untuk menjadi kudus adanya.
Apa yang dapat kita lakukan untuk mencapai kekudusan? Hal yang paling utama adalah kemampuan kita untuk mengasihi Tuhan dan sesama. Memang perlu kita akui bahwa hal kemampuan mengasihi itu sesuatu yang relatif. Ada yang mengasihi karena terpaksa, ada yang merasa bahwa Gereja sebagai persekutuan harus memperjuangkan keadilan dan kasih. Oleh karena Gereja sebagai satu persekutuan maka ia harus mewujudkan persekutuan setiap pribadi. Persekutuan ditandai dengan membangun semangat saling mengasihi satu sama lain.
Bagaimana mewujudkan kekudusan diri? Tuhan sudah memberikan perintah dan ketetapan kepada Umat Israel dan mereka diharapkan untuk mengikutinya dengan baik. Aneka perintah yang diberikan Tuhan sebenarnya mau mengatakan satu hal yang penting dalam hidup manusia yakni kemampuan untuk mengasihi Tuhan dan sesama manusia. Tuhan sudah memberikan perintah-perintah serta ketetapannya seperti: jangan mencuri, jangan berbohong, jangan berdusta kepada sesamamu, jangan bersumpah dusta demi nama Tuhan sehingga tidak melanggar kekudusan nama Tuhan sendiri, jangan memeras sesama, jangan merampas, jangan menahan upah karyawan, jangan kutuki orang tuli dan buta, jangan meletakkan batu sandungan, jangan berbuat curang dalam peradilan, jangan membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan jangan terpengaruh oleh orang-orang besar. Dalam relasi sosial diharapkan supaya orang saling mengasihi dengan memperhatikan, tidak memfitnah sesama. Tuhan juga mengingatkan supaya jangan membenci saudara di dalam hati masing-masing. Jangan menuntut balas, jangan berdendam. Tuhan akhirnya dengan tegas mengatakan: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Im 19:18).
Di dalam bacaan Injil kita mendengar kisah pengadilan terakhir. Yesus menamakan diriNya sebagai Anak Manusia yang datang dalam kemuliaan dan kemegahanNya. Semua bangsa dikumpulkan di hadapanNya dan tugasNya adalah memisahkan domba dari kambing. Domba berada di sebelah kanan dan kambing di sebelah kiri. Domba adalah lambang pribadi-pribadi yang sudah kuat dan teguh imannya kepada Tuhan. Mereka memiliki kemampuan untuk berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Kambing-kambing adalah mereka yang baru memulai perjalanan rohani tetapi selalu mengalami kegagalan karena sikap egoisnya. Mereka tidak memiliki komitmen untuk berbagi dengan sesama.
Sabda Tuhan pada hari ini mengundang kita untuk mewujudkan kasih sebagai pedoman hidup kita. Mari kita saling mengasihi sebagai saudara.
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertumbuh dalam kekudusan. Amen
PJSDB