Hari Sabtu, Pekan I Prapaskah
Ul 26:16-19;
Mzm 119:1-2,4-5,7-8;
Mat 5:43-48
Janji Tuhan itu sempurna
Dalam pengalaman melayani umat Allah sebagai gembala, salah satu pengalaman yang membutuhkan pelayanan ekstra adalah mendampingi keluarga-keluarga yang sedang mengalami amukan badai. Pertama-tama kita harus mengakui bahwa masing-masing keluarga memiliki persoalan tersendiri. Hal ini selalu terjadi karena para suami dan istri itu baru saling jatuh cinta dengan benar ketika sudah menikah dan tinggal bersama-sama dalam satu rumah. Pada saat itulah keaslian setiap pribadi akan nampak dengan sendirinya. Mungkin saja sebelumnya mereka “jaim”, tidak mau terbuka terhadap pasangan kalau punya kekurangan tertentu, sekarang mereka harus menunjukkan keaslian mereka. Dalam situasi seperti ini bisa saja menimbulkan pergolakan tertentu, ada penyesalan, saling mempersalahkan satu sama lain dan hal-hal lain yang muncul dalam keluarga. Oleh karena itu perlu pengolahan diri yang baik untuk menerima pasangan apa adanya dan berkomitmen untuk kembali menghayati janji perkawinan yang telah diucapkan di hadapan Tuhan.
Saya juga selalu terharu kalau memperhatikan keluarga-keluarga yang membaharui janji perkawinan. Setelah melewati badai tertentu, ada keraguan dan ketidakpercayaan terhadap pasangan, kini mereka harus berdiri berhadapan dan membaharui janji setia sebagai suami dan isteri. Demikian juga dengan para imam, biarawan dan biarawati yang membaharui janji atau kaul-kaul kebiaraan. Setiap tahun ada retret tahunan dan pada akhir retret selalu ada pengulangan kaul kebiaraan. Tujuannya adalah menyadarkan para biarawan dan biarawati untuk setia sebagai pribadi yang taat, miskin dan murni. Hal yang sama juga dialami para imam yang membaharui janji imamatnya setiap kali merayakan misa pontifical bersama bapa Uskup setempat di Gereja Katedral. Ada saja kesempatan bagi setiap orang untuk mengingat komitmen panggilan dan janjinya untuk menikah atau selibat, dan selalu mau memperbaharuinya. Kita memperbaharui janji dan komitmen karena maju menjadi sempurna seperti Bapa di Surga!
Selama masa prapaskah kita semua juga memfokuskan perhatian pada sakramen pembaptisan di mana pada malam paskah ada pembaptisan baru, ada juga pengulangan janji baptis bagi seluruh umat. Dengan membaharui janji baptis kita mau mengulangi komitmen untuk menolak setan dan mengakui iman kita kepada Allah Tritunggal, Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kita juga mengakui adanya Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik; mengakui persekutuan para kudus; pengampunan dosa; kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Semua bentuk pengakuan iman ini menunjukkan komitmen sebagai pengikut Kristus, dan harus diakui dengan bangga di dalam Gereja Katolik.
Tuhan juga memiliki janji-janji istimewa bagi manusia. Melalui Musa, Tuhan berfirman: “Pada hari ini Tuhan, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu. Engkau telah menerima janji dari pada Tuhan pada hari ini, bahwa Ia akan menjadi Allahmu, dan engkaupun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya.” (Ul 26:16-17). Tuhan sudah mengikat perjanjian dengan Israel hambaNya maka yang diharapkan Tuhan adalah kesetiaan kepadaNya. Kesetiaan itu ditunjukkan dengan melakukan ketetapan dan peraturan dengan setia, dan dengan segenap hati dan jiwa. Komiten seperti ini bisa dilakukan kalau orang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dengan hati yang tidak terbagi. Dengan hidup seperti ini, orang akan menerima janji Tuhan yakni Tuhan akan selamanya menjadi Allah bagi Israel. Inilah cinta timbal balik antara Allah dan Israel dan juga dari pihak Israel dengan Tuhan. Relasi timbal balik antara Tuhan dan setiap pribadi.
Cinta kasih umat Allah diwujudkan juga dengan janji dan komitmen untuk setia kepadaNya. Kesetiaan kepada segala peraturan dan ketetapan Tuhan akan menguduskannya. Musa berkata: “Dan Tuhan telah menerima janji dari padamu pada hari ini, bahwa engkau akan menjadi umat kesayangan-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu, dan bahwa engkau akan berpegang pada segala perintah-Nya, dan Iapun akan mengangkat engkau di atas segala bangsa yang telah dijadikan-Nya, untuk menjadi terpuji, ternama dan terhormat. Maka engkau akan menjadi umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu, seperti yang dijanjikan-Nya.” (Ul 26:18-19). Janji Tuhan selalu dipenuhiNya di mana Ia mempersatukan setiap pribadi, tanpa membeda-bedakan mereka.
Janji Tuhan untuk mempersatukan semua orang diterjemahkan secara baru oleh Yesus dalam Sabda Bahagia. Intinya adalah Tuhan adalah kasih dan bahwa cinta kasih Tuhan itu universal bukan hanya kepada pribadi-pribadi tertentu. Perikop Injil hari ini mengajak kita semua untuk mengasihi semua orang, musuh dan orang yang menganiaya diri kita sekalipun. Kepada para musuh kita kasihi, kepada mereka yang menganiaya kita doakan supaya mereka bertobat dan mampu mengasihi. Nah, Tuhan sudah berjanji supaya kita menjadi anak-anakNya kalau kita mau mewujudkannya dengan cinta kasih universal ini. Hanya dengan mengambil sikap Bapa yang mengasihi semua orang, maka kita juga akan menjadi sempurna atau kudus.
Doa: Tuhan Yesus, bantulah kami untuk kembali kepada komitmen untuk mengasihi dan dengan demikian dapat mewujudkan kekudusan di dalam hidup setiap hari. Amen
PJSDB