Hari Selasa, Pekan II Prapaskah
Yes 1: 10. 16-20
Mzm 50: 8-9.16bc-17.21.23
Mat 23:1-12
Belajarlah berbuat baik!
Saya pernah bertamu di kantor seorang sahabat. Di dinding kantorya terdapat sebuah bingkai dengan tulisan yang terbuat dari sulaman. Bunyinya: “Aku memilih bersikap baik kepada orang miskin, karena mereka hidup sendirian. Aku akan bersikap baik kepada orang yang kaya, karena mereka ketakutan. Aku juga bersikap baik kepada orang jahat, karena seperti itulah Allah memperlakukanku.” Saya sangat tersentuh dengan kalimat yang disulam dan dibingkai dengan rapi karena menggambarkan bagaimana sikap menyerupai Kristus kita wujudkan bagi diri kita dan sesama. Orang miskin hidup sendirian dan berharap kepada Allah. Yesus menyapa orang miskin “berbahagialah” karena bagi mereka Kerajaan Allah (Mat 5:3). Hati orang kaya melekat pada kekayaannya (Mat 6:21) sehingga sulit untuk masuk Kerajaan Surga (Mat 19:23). Orang jahat yang terbuka kepada Tuhan mendapat belas kasihan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk 23:43).
Saya ingat sebuah kisah hidup Baron de Rothschild. Ia pernah meminta seorang seniman bernama Ary Scheffer untuk melukis dirinya. Rothschild adalah seorang ahli keuangan yang kaya, ia bergaya seperti seorang pengemis, dengan pakaian compang-camping dan memegang kaleng untuk meminta-minta. Salah seorang teman Ary masuk ke dalam ruangan tempat Rothschild dilukis dan ia berpikir bahwa ia seorang pengemis sehingga memberi uang recehan kepada Rothschild. Sepuluh tahun kemudian, orang yang memberi recehan ini menerima sebuah cek senilai sepuluh ribu dollar America, beserta sepucuk surat di mana terdapat pesan: “Pada suatu hari anda pernah memberi uang receh kepada Baron de Rotschild di studio lukis Ary Scheffer. Ia sudah menginvestiasikannya dan inilah modal berserta bungannya untukmu”. Orang itu kaget dan menerimanya dengan sukacita. Tindakan yang baik memang selalu membawa keberuntungan.
Tuhan melalui Nabi Yesaya dalam bacaan Kitab Suci hari ini menyeruhkan kepada orang Sodom dan Gomora: “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mataKu. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik, usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam, belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda” (Yes 1:16-17). Dalam masa prapaskah ini kita semua diajak untuk membangun sikap tobat dan melakukan karya amal kasih. Seruan Tuhan melalui nabi Yesaya kepada orang-orang Sodom dan Gomora masih aktual bagi kita saat ini. Semangat untuk bertobat atau bermetanoia kita lakukan dengan membasuh diri, membersihkan diri melalui sakramen tobat. Bertobat memiliki dampak dalam usaha untuk menjauhkan diri dari berbagai kejahatan dalam hidup pribadi dan sosial. Karya amal kasih dapat dilakukan dalam pelayanan tanpa pamrih kepada orang-orang kecil, misalnya membelah hak anak-anak yatim dan memperjuangkan perkara para janda.
Selanjutnya Tuhan menaruh belas kasih dan kerahimanNya dengan janji untuk menghapus semua dosa dan salah orang-orang yang bertobat. Tuhan bersabda: “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” (Yes 1:18). Pertobatan yang benar ditandai dengan kemampuan diri untuk mendengar dan mematuhi Tuhan. Bukalah telingamu, biarkanlah Tuhan berbicara dalam hatimu dan Dia juga yang akan mengubah hidupmu menjadi baru. Jangalah melawan dan memberontak melawan Tuhan.
Tuhan Yesus dalam bacaan Injil mengecam para ahli Taurat dan kaum Farisi. Mereka bersikap munafik di hadapan Tuhan dan sesama.Mereka itu seolah-olah menghayati hukum Taurat secara sempurna bahkan melebihi Musa. Namun sangatlah disayangkan karena mereka mengajarkan banyak hal yang bagus dan muluk-muluk, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya di dalam hidup pribadi mereka. Mereka menuntut orang lain untuk melakukan hukum Taurat Tuhan sedangkan mereka sendiri tidak melakukannya di dalam hidup pribadi. Yesus mengharapkan agar para muridNya tidak mengikuti kemunafikan para ahli Taurat dan kaum Farisi. Mereka seharusnya berpasrah kepada Allah sebagai Bapa dan Mesias sebagai pemimpin. Hal yang seharusnya mereka lakukan adalah rendah hati dan selalu siap untuk melayani.
Tuhan menyapa kita dengan sapaan kasih. Ia mengharapkan perubahan hidup yang radikal dengan bertobat dan membaharui diri. Dia mengharapkan agar kitabertumbuh dalam kasih dan pelayanan. Layanilah Tuhan dan sesama dengan sukacita dan rendah hati.
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertumbuh dalam semangat kerendahan hati dan selalu siap untuk melayaniMu dan sesama kami. Amen
PJSDB