Anda seorang pria yang baik!
St. Yohanes Bosco memulai masa kecilnya dengan hidup miskin. Ketika baru berusia dua tahun, ayahnya meninggal dunia. Sejak saat itu ibunya Margaretha Occhiena harus bekerja keras sebagai ayah dan ibu bagi Yohanes Bosco dan saudara-saudaranya. Yohanes sendiri memiliki keinginan untuk mau menjadi imam tetapi sayang sekali karena mereka tidak memiliki uang yang cukup. Ibunya tetap berusaha supaya Yohanes bisa mencapai cita-citanya. Ia lalu meminta bantuan kepada keluarganya untuk bisa menampung dan mempekerjakan Yohanes. Salah satu keluarganya menerima Yohanes dan menjadikan Yohanes Bosco sebagai penggembala ternak di padang rumput. Setiap hari ia berada di padang rumput bersama ternak majikannya, dengan membawa bekal roti khas Piedmonte berwarna putih. Di padang rumput itu Yohanes berkenalan dengan anak-anak remaja seusianya yang juga bekerja sebagai penggembala ternak milik majikan mereka. Pada saat makan siang, Yohanes melihat salah seorang temannya makan roti berwarna hitam. Yohanes berpikir bahwa roti hitam milik temannya itu pasti keras dan tidak seenak yang ia miliki. Ia lalu meminta temannya untuk saling menukar roti putih dengan roti hitam, tetapi temannya tidak mau. Namun karena Yohanes mendesaknya maka mereka akhirnya saling tukar menukar roti. Sejak saat itu makan siang mereka menjadi nikmat karena roti putih bisa ditukar dengan roti berwarna hitam. Temannya berkata: “Yohanes, anda seorang pria yang baik”.
Kisah sederhana ini menggambarkan relasi persahabat dua remaja pria yang mau berbagi satu sama lain. Yohanes Bosco memang merasa diri sebagai anak miskin dan pada saat itu ia berjumpa dengan temannya yang kelihatan lebih miskin. Ia peka dengan temannya dan berusaha untuk menyenangkan temannya dengan saling berbagi, saling menukar roti putih dan hitam. Dunia kedua anak remaja pria sebagai pekerja di tempat orang menjadi indah karena mereka saling meneguhkan dalam pekerjaan sebagai gembala.
Satu alasan mengapa Yohanes mau berbagi adalah karena ia belajar dari ibunya Margaretha. Ibunya menasihati supaya selalu bersyukur kepada Tuhan dan bertumbuh sebagai pria yang baik hati serta peduli dengan sesama yang lebih menderita. Nasihat dan teladan hidupnya orang tua ini menjadi dasar yang kuat bagi Yohanes Bosco untuk membaktikan dirinya bagi kaum muda. Dalam Gereja Yohanes Bosco adalah orang Kudus bagi kaum muda.
Dari kisah St. Yohanes Bosco ini, ada beberapa hal yang patut kita renungkan bersama sebagai pria katolik dalam kaitan dengan tugas dan tanggung jawab setiap hari.
Pertama, bertumbuh menjadi pria yang baik itu dimulai dari keluarga. Orang tua mendidik anaknya untuk bertumbuh menjadi anak yang baik dalam segala aspek kehidupannya. Sikap murah hati, kemuan untuk berbagi itu dipelajari anak di dalam keluarga. Maka ingatlah tugas-tugasmu sebagai orang tua, pendidik nomor satu bagi anak-anak.
Kedua, Pengorbanan diri. Anak-anak belajar semangat rela berkorban dari dalam keluarga. Yohanes Bosco melihat pengurbanan ibunya dan dari ibunya ia belajar berkorban menjadi Bapa, guru dan sahabat kaum muda. Apakah para orang tua juga mendidik dan melatih serta memberi kesempatan kepada anak-anak untuk rela berkorban?
Ketiga, Mental kerja. Di samping semangat rela berkorban, seorang pria yang baik adalah dia yang memiliki mental kerja. Yohanes Bosco merasakannya ketika ia mau bekerja di usia remaja dan sepanjang hidupnya ia selalu bekerja bagi kaum muda. Apakah para orang tua memberi kesempatan kepada anak-anak untuk memiliki mental kerja atau memberi kesempatan kepada anak untuk memiliki pola hidup gampang.
Rekan-rekan pria katolik, anda juga pria yang baik. Lakukanlah tugas-tugasmu yang biasa menjadi luar biasa. Jangan berhenti berbuat baik. Anda pasti bisa!
PJSDB