Hari Rabu, Pekan Prapaskah V
Dan 3:14-20.24-25.28
Mzm (Da): 3:52,53,54, 55,46
Yoh 8:31-42
Kebenaran Memerdekakan kita
Ada seorang pemuda yang hendak mencari kebijaksanaan. Ia datang kepada sang guru kebijaksanaan dan mengutarakan semua maksudnya dan sang guru memilih untuk diam. Ia mengajak pemuda itu berjalan di pinggir pertapaan sang guru. Setelah beberapa meter sang guru menunjuk sebuah pohon kecil dan berkata kepada pemuda itu, “Cabutlah pohon itu”. Pemuda itu dengan hanya menggunakan dua jarinya bisa mencabut pohon tersebut. Mereka berjalan lagi dan menemukan pohon lain yang lebih besar. Sang guru menyuruh untuk mencabutnya. Kali ini ia menggunakan kedua tangannya dengan tenaga yang besar sehingga pohon itu masih bisa dicabutnya. Mereka berjalan lagi dan menemukan pohon lain yang lebih besar lagi. Sang guru memintanya untuk mencabutnya. Kali ini pemuda itu menyerah. Ia mengatakan butuh bulldozer untuk mengangkat pohon itu. Setelah kembali ke rumah sang guru bertanya apakah sang pemuda itu mengerti maksud mencabut pohon-pohon itu. Pemuda itu jujur mengatakan tidak mengerti.
Sang guru berkata kepadanya: “Hidup kita ini menjadi indah karena memiliki kebiasaan-kebiasaan. Ada kebiasaan baik dan kebiasaan buruk sama seperti pohon dengan keadaan akarnya. Kebiasaan yang belum berakar dalam sama seperti pohon kecil sehingga mudah dicabut. Kebiasaan yang akarnya makin dalam maka untuk mencabutnya perlu usaha dan kemauan yang keras. Kebiasaan yang sudah sangat lama berakar sangat dalam sehingga orang itu tidak bisa mencabutnya. Maka tanamkanlah kebiasaan-kebiasaan yang baik sebagai orang merdeka.
Yesus menjelaskan identitas diriNya kepada orang-orang Yahudi: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” (Yoh 8:28-29). Perkataan ini membuat orang-orang Yahudi yang mendengarNya menjadi percaya. Selanjutnya Yesus mengingatkan mereka untuk memahami “kebiasaan-kebiasaan” mereka. Yesus berkata: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”
Kelompok orang Yahudi yang percaya ini memang boleh dibilang istimewa karena orang-orang yang lain justru menolak dan berniat membunuh Yesus. Yesus tahu bagaimana menguatkan mereka maka Ia berkata kepada mereka untuk tetap tinggal di dalam Firman (Yesus), menjadi murid-murid yang setia, sehingga bisa mengenal Kebenaran (Yesus) dan Kebenaran itulah yang akan memerdekakan. Hidup dan tinggal bersama Yesus sebagai Kebenaran sejati akan menjadikan kita merdeka dari dosa.
Yesus mengetahui bahwa di antara mereka masih banyak yang menjadi hamba dosa. Kebiasaan-kebiasaan jahat benar-benar berakar di dalam hidup mereka. Maka Ia mengatakan kepada mereka untuk hidup dan berlaku sebagai anak Allah yang tinggal serumah denganNya, jangan menjadi hamba dosa yang tidak tetap tinggal serumah dengan Tuhan Yesus. Kita sebagai orang yang dibaptis dipanggil untuk tinggal bersama Yesus sebagai orang-orang merdeka.
Orang-orang Yahudi yang percaya kepada Yesus tetap merasa sebagai keturunan dari Abraham dan memiliki superioritas tersendiri. Dengan tegas mereka mengatakan kepada Yesus bahwa Abraham adalah Bapa mereka kemudian mereka juga mengakui bahwa Allah adalah Bapa mereka juga. Sayang sekali karena mereka belum juga mengenal Yesus sebagai Anak Allah. Tetapi dialog Yesus dengan orang Yahudi yang percaya ini berdampak positif karena sejal saat itu mereka menjadi bagian dari Yesus. Yesus dengan tegas berkata: “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.” (Yoh 8:42).
Kita pun bisa menempatkan diri kita sebagai bagian dari kisah Injil ini. Banyak kali kita mengklaim diri kita sebagai pengikut Yesus Kristus, tetapi hidup kita jauh dari Yesus sendiri. Kita mengklaim diri dan bangga memiliki Yesus sebagai Tuhan dan satu-satunya juru selamat kita, tetapi masih menjadi hamba dosa. Ini berarti kita belum mengenal kebenaran yang memerdekakan kita. Kita masih memiliki kebiasaan-kebiasaan yang sulit untuk dicabut, lebih menyenangi dosa dari pada bertobat. Tuhan Yesus dalam Injil selalu sabar. Ia memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat.
Pada hari ini diadakan pemilihan umum anggota-anggota legislatif. Pesan Injil ini juga mau mengoreksi dan mendorong mereka untuk bertindak sebagai orang merdeka. Banyak anggota legislatif yang mengaku pengikut Kristus tetapi masih menjadi hamba dosa, tidak bertindak sebagai wakil rakyat yang beriman kristiani. Anda memang seorang nasionalis tetapi kristiani dalam tingkah laku. Perjuangkanlah kebenaran dan keadilan. Janganlah menjadi hamba dosa dalam arti budak uang sehingga ikutan korupsi dan bertindak jahat.
Doa: Tuhan, berkatilah kami supaya mengenal Yesus sebagai kebenaran yang memerdekakan kami. Amen
PJSDB