Hari Senin, Pekan Paskah VII
Kis 19:1-8
Mzm 68:2-3.4-5ac.6-7b
Yoh 16:29-33
Sekarang Kami Percaya!
Ada seorang guru agama yang selalu membawakan homili bagi umat di sebuah paroki terpencil kalau tidak ada pelayanan imam. Ia sangat bersemangat sehingga membuat banyak orang percaya dan mengimani Tuhan Yesus Kristus. Mereka berbahagia dengan pelayanannya yang baik. Orang-orang merasa disentuh oleh Yesus karena guru agama ini tidak hanya berbicara tetapi menunjukkannya dalam hidup yang konkret. Setelah 40 tahun mengabdi sebagai guru agama, ia meminta kepada pastor paroki untuk pensium karena alasan usia lanjut. Dalam upacara perpisahan, seorang wakil umat memberi sambutan yang sangat inspiratif. Ia berkata: “Pa Beny yang baik. Empat puluh tahun bapak mengabdikan diri bagi umat di paroki ini. Anda adalah salah satu tokoh umat yang mengenal kami generasi muda dan para orang tua yang menyiapkan anak-anak untuk menjadi pengikut Kristus. Engkau mengantar kami semua untuk bertemu dengan Yesus dan sekarang juga kami boleh berkata, ‘Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.” (Yoh 4:42). Satu hal penting di sini adalah kemampuan untuk menggiring manusia supaya mengenal dan mencintai Tuhan bukan untuk mengenal dan mencintai diri kita sendiri.
Dalam amanat perpisahanNya, Yesus mengatakan dengan terus terang bahwa Ia akan menderita, wafat dan bangkit dari kematianNya. Perkataan ini membuat heran para muridNya sehingga mereka berkomentar dan saling meneguhkan. Mereka berkata: “Lihatlah, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan.” Dalam pengajaranNya banyak kali Yesus menggunakan kiasan dan perumpamaan-perumpamaan tertentu. Para murid saja pernah bertanya kepadaNya: “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?” (Mat 13:10). Dan Ia sendiri menjelaskan: “Aku berkata-kata dengan perumpamaan karena sekali pun melihat, mereka tidak melihat, sekali pun mendengar, mereka tidak mendengar.” (Mat 13:13). Hanya para murid merasa bahwa perkataan Yesus malam itu sangat jelas dan bisa dipahami.
Reaksi positif para murid, tidak hanya berhenti pada jempol yang diberikan kepada Yesus tetapi mereka juga mengakui iman dalam persekutuan: “Sekarang kami tahu bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepadaMu. Karena itu kami percaya bahwa Engkau datang dari Allah.” (Yoh 16:30). Ini adalah salah satu bentuk pengakuan iman Rasuli bahwa Yesus adalah utusan Allah bagi manusia. Ia sudah melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa, hanya sayang sekali karena banyak orang belum percaya kepadaNya. Mereka memiliki panca indera tetapi belum terbuka kepada Tuhan Yesus. Situasi ini kiranya mirip dengan Gereja saat ini. Banyak orang mengakui dirinya sebagai pengikut Kristus tetapi tidak mau aktif dalam hidup menggereja. Mereka tidak mau menderita demi Tuhan Yesus Kristus.
Sebagai Pengikut Kristus, kita masuk dalam Sekolah Penderitaan (SP). Sekolahnya Yesus ini berlangsung seumur hidup dan setiap saat kita menjadi siswanya. Yesus sendiri mengingatkan kita untuk selalu siap memikul salib hari demi hari demi. Ia tahu bahwa sebentar lagi Ia sendiri akan masuk dalam penderitaan dan para murid akan meninggalkanNya seorang diri. Karena ketakutan manusiawi maka mereka akan meninggalkan Yesus seorang diri. Petrus bahkan akan menyangkal Yesus tiga kali, para murid lainnya melihat Yesus yang menderita dari jauh. Tetapi penderitaan Kristus juga akan dialami oleh setiap muridNya. Ia meneghukan mereka dengan berkata: “Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yoh 16:33).
Fokus perhatian kita dalam perikop injil hari ini adalah pengakuan iman Rasuli yang juga menjadi warisan para rasul bagi gereja hingga saat ini. Para murid mengatakan iman dan kepercayaan kepada Yesus bahwa Dia adalah satu-satunya utusan yang berasal dari Allah. Pertanyaan bagi kita adalah apakah kita juga menyerupai para rasul yang tulus dan setia mengakui imannya kepada Yesus? Apakah kita berani menunjukkan iman dan kepercayaan kita kepada Yesus Tuhan kita? Jangan sampai kita hanya mengakuinya dengan mulut tetapi hati kita jauh dariNya.
St. Lukas dalam Kisah Para Rasul melukiskan perjalanan misioner ketiga St. Paulus. Kali ini mereka tiba di Efesus. Di sana ia menemukan dua belas orang murid. Paulus bertanya kepada mereka apakah mereka menerima Roh Kudus, ternyata mereka juga belum mendengar bahwa ada Roh Kudus karena baptisan yang mereka terima adalah baptisan Roh Kudus. Paulus membaptis mereka dalam nama Yesus dan menumpangkan tangan atas mereka sehingga mereka dipenuhi Roh Kudus. Ini juga menjadi pengalaman pentekosta baru. Kedua belas orang ini juga mengakui iman mereka (Kis 19:2) kepada Tuhan meskipun belum dibaptis dalam nama Yesus.
Dalam masa novena Roh Kudus ini kita berdoa supaya Tuhan melimpahkan rahmat kasihNya kepada kita semua. Semoga kita pun membaharui diri di dalam Roh Kudus. Dialah Parakletos yang menyertai, mengajar dan membimbing kita untuk tinggal di dalam kasih Yesus Kristus. Vieni creator Spiritus.
Doa: Tuhan, baharuilah kami setiap hari supaya tetap mengimani Engkau. Amen.
PJSDB