Hari Sabtu, Pekan Paskah VII
Kis 28: 16-20.30-31
Mzm 11: 4.5.7
Yoh 21:20-25
Belajar dari Petrus, Yohanes dan Paulus
Kita berada di hari biasa terakhir dalam masa paskah. Kalau masing-masing kita ditanya apa yang masih diingat dari pewartaan sabda Tuhan selama 49 hari terakhir ini, maka hampir pasti semua jawaban akan mirip. Banyak di antara kita masih mengingat kisah kebangkitan Yesus, penampakanNya kepada para murid dan berbagai kesaksian para murid termasuk kesaksian-kesaksian St. Paulus. Bacaan-bacaan Kitab Suci dalam masa paskah juga memfokuskan perhatian kita pada figur Yesus sebagai utusan Bapa yang datang ke dunia untuk menebus kita. Dialah Roti Hidup yang menjadi santapan Ekaristi. Dialah yang memberi perintah baru untuk saling mengasihi. Ia juga menjanjikan Parakletos untuk menyertai, mengajar dan menguduskan kita semua. Ia mendoakan kita untuk bersatu sebagai saudara.
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Sabtu ini membantu kita untuk belajar dari tiga tokoh yakni Simon Petrus, Yohanes dan Paulus. Ketiga figur ini menjadi gambaran Kristus di dalam Gereja. Petrus menjadi gambaran hirarki atau pemerintahan gereja, Yohanes sebagai gambaran kharisma atau semangat Roh Kudus di dalam Gereja dan Paulus menggambarkan gereja misioner di dunia. Mari kita mencari tahu apa kata Sabda Tuhan pada hari ini tentang ketiga figur ini.
Petrus
Petrus dipercayakan oleh Yesus untuk menggembalakan kawanan domba. Ia putus asa sehingga mau kembali menjadi penjala ikan (Yoh 21:3). Keenam temannya, termasuk Yohanes juga mengikuti Petrus untuk menangkap ikan. Tetapi selama semalaman itu mereka tidak menangkap apa pun. Memang hidup dalam kegelapan dengan mengandalkan diri sendiri tidak ada gunanya. Ketika matahari terbit mereka melihat Yesus mulia. Ia memerintahkan mereka untuk menebarkan jala di sebelah kanan perahu sehingga mereka berhasil menagkap 153 ekor ikan dan jalanya juga tidak koyak. Petrus kemudian ditanya oleh Yesus tentang janji setianya untuk mengasihi Yesus lebih dari yang lain. Ia berjanji untuk mengasihi Yesus dan mendapat tugas sebagai gembala bagi domba-domba. Masa depan Petrus juga disampaikan Yesus yakni bahwa ia akan menjadi martir.
Tuhan Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku” (Yoh 21:19.22). Perkataan ini sangat bermakna bagi Petrus. Ia menjadi pemimpin dan gembala bagi jemaat yang percaya kepada Kristus. Sebagai pemimpin ia akan menyerupai Yesus sang Pemimpin Agung. Yesus berkata kepadanya: “Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” (Yoh 21: 18). Petrus tetaplah seorang pemimpin jemaat yang siap menderita seperti Yesus. Memimpin berarti melayani. Ia memimpin atas nama Yesus!
Sisi kemanusiaan Petrus masih nampak ketika melihat Yohanes. Ia bertanya kepada Yesus: “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” (Yoh 21:20). Petrus membandingkan dirinya dengan diri orang lain. Seorang pemimpin tidak harus membandingkan dirinya dengan orang lain atau mengidentikan diri dengan orang lain. Ia hendaknya mengikuti kehendak Tuhan bukan kehendak dirinya sendiri. Itu sebabnya, Yesus yang sudah bangkit dengan mulai berkata: “Ikutlah Aku” (Yoh 21:22). Petrus mengikuti Yesus dan mengasihiNya sampai tuntas.
Yohanes
Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus (Yoh 21:7. 20), juga mengikuti Yesus dan Petrus. Dialah murid yang mengenal Yesus ketika ia berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan” (21:7). Pada malam perjamuan terakhir ia diminta Petrus untuk bertanya kepada Yesus: “Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?” (Yoh 21:20). Inilah perkataan Yesus tentang Yohanes kepada Petrus: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.” (Yoh 21:22). Yesus memiliki rencana yang berbeda dengan Yohanes, yakni usia panjang sehingga menguatkan kharisma di dalam gereja. Kesaksiannya dibukukan di dalam Kitab Injil Yohanes, Surat-surat dan Wahyu.
Yohanes dipilih Tuhan menjadi tokoh dengan kharisma yang kuat di dalam komunitasnya. Ia selalu mengulangi pengajaran Yesus tentang perintah baru yakni perintah kasih. Sebagai figur kharismatis, ia membantu gereja untuk merasakan kehadiran Roh Yesus hingga kedatanganNya kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Ia juga memberi kesaksian otentik tentang Yesus. Ia menggambarkan kesaksian hidup pribadinya dalam ungkapan ini: “Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar. Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” (Yoh 21:24-25)
Paulus
Saulus dikenal sebagai orang yang kejam dan bengis tetapi ketika ia mengalami pertobatan dalam perjalanan ke Emaus maka ia berubah total. Ia menjadi Paulus yang membaktikan diriNya untuk Tuhan Yesus. Dengan rendah hati ia berkata tentang kebangkitan Yesus: “Dan yang paling akhir dari semuanya, Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti seorang anak yang lahir sebelum waktunya.” (1Kor 15:8). Ia melakukan perjalanan misioner sebanyak tiga kali. Banyak pengalaman indah selama melayani di tanah-tanah misi, banyak juga pengalaman ditolak, diancam untuk dibunuh, dirajam dan dipenjara. Bacaan kita hari ini mengisahkan Paulus sebagai seorang tawanan berada di Roma. Ia naik banding karena merasa tidak membuat kesalahan apa pun. Ia hanya bersaksi bahwa Yesus orang Nazaret sudah bangkit. Inilah pokok persoalan yang diangkat oleh kaum Yahudi saat itu.
Selama berada di Roma, ia dengan leluasa mengumpulkan para pemimpin Yahudi dan menyampaikan isi hatinya: “Saudara-saudara, meskipun aku tidak berbuat kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap adat istiadat nenek moyang kita, namun aku ditangkap di Yerusalem dan diserahkan kepada orang-orang Roma. Setelah aku diperiksa, mereka bermaksud melepaskan aku, karena tidak terdapat suatu kesalahanpun padaku yang setimpal dengan hukuman mati. Akan tetapi orang-orang Yahudi menentangnya dan karena itu terpaksalah aku naik banding kepada Kaisar, tetapi bukan dengan maksud untuk mengadukan bangsaku. Itulah sebabnya aku meminta, supaya aku melihat kamu dan berbicara dengan kamu, sebab justru karena pengharapan Israellah aku diikat dengan belenggu ini.” (Kis 28:17-20). Satu hal yang penting dari Paulus adalah ia konsisten dalam mewartakan Injil sebagai Misionaris. Prinsip Paulus sangat jelas: “Celakalah Aku kalau tidak mewartakan Injil.” (1Kor 9:16).
Sabda Tuhan menghadirkan tiga tokoh inspiratif ini untuk membantu kita bertumbuh sebagai gereja yang bersatu dan berjalan bersama mencapai kekudusan. Persekutuan gereja karena diteguhkan oleh para gembala sebagai pemimpin atau hirarki, kharisma di dalam gereja sebagai anugerah Roh Kudus dan hidup misioner untuk mewartakan kasih dan kebaikan Tuhan kepada semua makhluk.
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertumbuh sebagai umatMu yang teguh dalam iman, harapan dan kasih. Amen
PJSDB