Hari Sabtu, Pekan Biasa XIII
Am 9:11-15
Mzm 85: 9.11-12.13-14
Mat 9:14-17
Anggur Baru dalam Kantong Baru
Ada sebuah pertanyaan yang bagus untuk memulai homili ini: “Manakah yang lebih dahulu berpuasa (fasting) atau berpesta (Feasting)? Banyak di antara kita akan mengatakan berpuasa dulu baru berpesta. Mungkin karena ingatan kita pada persiapan untuk menerima komuni kudus dalam perayaann Ekaristi. Bagi Yesus, hal yang terpenting saat ini adalah berpesta dan bersukacita dari pada berpuasa. Mengapa demikian? Karena saat berpesta adalah saat sukacita yang besar karena Tuhan Yesus hadir di tengah-tengah kita. Kita bisa berpuasa setelah Yesus meninggalkan dunia dan pergi kepada Bapa.
Penginjil Matius yang kita baca hari ini melaporkan bahwa ada sekelompok murid Yohanes datang kepada Yesus dan bertanya kepadaNya: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” (Mat 9:14). Para murid Yohanes mungkin merasa dekat dengan Yesus sehingga berani melontarkan pertanyaan seperti ini. Yesus menanggapi mereka dengan berkata: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama dengan mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” (Mat 9:15).
Apa makna perkataan Yesus bagi kita saat ini? Yesus adalah Imanuel, Allah beserta kita. Ia sendiri berjanji untuk tetap menyertai umatNya hingga akhir zaman. Dalam perikop injil hari ini, Yesus mau menekankan bahwa orang harus selalu bersukacita selagi Ia masih berada di tengah-tengah mereka. Orang yang merasakan kehadiran Yesus terus menerus akan merasa bahwa sukacita dari dalam hati itu sifatnya kekal. Maka selagi Yesus masih bersama para muridNya, tidak ada persaaan sedih atau duka. Tidak ada puasa bagi para murid Yesus selagi Ia sendiri masih ada bersama mereka. Yesus mengharapkan agar orang beriman bisa berpuasa setelah Ia naik ke Surga dan akan datang kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Berpuasa bisa berarti tanda kerinduan orang beriman akan kedatangan Tuhan, persiapan bagi kedatangan Kristus untuk mengadili orang yang hidup dan mati, perkabungan karena Kristus tidak ada, dan tanda kesedihan atas dosa dan kebobrokan dunia.
Hidup bersama Tuhan sebagai orang beriman ditandai dengan sukacita yang keluar dari dalam hatinya. Pada saat ini banyak orang tidak memiliki sukacita dari dalam bathinnya. Berbagai persoalan hidup pribadi, keluarga, bangsa dan negara datang silih berganti. Orang lain bersukacita di atas penderitaan orang-orang lain. Hati banyak manusia sebagai tempat yang suci, tempat kramat di mana Allah sendiri berbicara di dalamnya ternyata sudah berubah menjadi kotor dan tidak layak bagi Tuhan untuk bersemayam di dalamnya.
Relasi Yesus dan manusia sungguh-sungguh menyatu. Yesus mewartakan Injil dan para muridNya menerimanya. Injil itu laksana anggur baru yang di simpan di dalam kantong yang baru. kantong baru adalah manusia-manusia baru yang kebanyakan belum matang tetapi layak menerima Injil. Tentang hal ini, Yesus berkata: “Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.” (Mt 9:16-17).
Anggur baru itu merupakan sari buah anggur yang belum beragi. Anggur baru ini melambangkan Injil sebagai kabar sukacita yang diwartakan secara langsung oleh Yesus Kristus kepada para muridNya. Injil ini akan diwartakan kembali oleh para murid dengan kuasa Roh Kudus sejak hari raya Pentekosta sampai ke ujung dunia. Injil yang diwartakan Yesus itu tidak boleh tercemar oleh ragi orang Farisi dan Herodes. Jadi Yesus mengajarkan Injil dengan hal-hal baru yang sifatnya membaharui manusia dan dunia. Kita sebagai orang beriman harus terbuka untuk untuk menerima Injil dan mewartakannya kepada segala bangsa.
Di dalam bacaan pertama, Amos mengatakan nubuat bahwa Tuhan sendiri akan memulihkan hidup manusia. Tuhan berfirman: “Aku akan memulihkan kembali umat-Ku Israel: mereka akan membangun kota-kota yang licin tandas dan mendiaminya; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan minum anggurnya; mereka akan membuat kebun-kebun buah-buahan dan makan buahnya.” (Am 9:14). Kasih Tuhan tiada berkesudahan bagi kita semua. Ia setia melayani manusia yang lemah dan sering jatuh dalam dosa. Kita patut bersukacita karena memiliki Tuhan seperti ini.
Doa: Tuhan Yesus, bantulah kami untuk bertumbuh dalam kasihMu, kiranya kami boleh menjadi tempat yang baik untuk anggur baru yang Engkau berikan kepada kami. Amen
PJSDB