Perbuatan Baik Itu Lebih Berharga
Ada seorang ayah yang baik. Hampir setiap hari ia mengingatkan anak-anaknya di dalam keluarga untuk selalu berbuat baik kepada sesama di mana pun mereka berada. Baginya, perbuatan baik itu jauh lebih berharga dibandingkan dengan harta apa pun di dunia. Dan juga baginya, hidup pribadi yang bahagia bukan karena suatu kehebatan tertentu, bukan karena kuasa tertentu tetapi karena perbuatan baik yang dilakukan. Perbuatan baik itu dapat mengubah dunia yang penuh kebencian menjadi dunia yang penuh kebaikan. Anak-anaknya tentu merasa bahagia karena orang tuanya dalam hal ini ayah selalu mengingatkan nasihat ini.
Perbuatan baik memang sangat diperlukan di dalam hidup bersama. Anak-anak di dalam keluarga bisa melakukan perbuatan baik kalau ia belajar dari rumahnya perbuatan baik itu sendiri. Misalnya, saling tolong menolong satu sama lain, berani meminta maaf, dan mau mengucapkan terima kasih. Hal-hal sederhana ini dialami di dalam keluarga. Artinya, anak-anak bisa saling menolong ketika melihat orang tuanya saling menolong atau orang tua menolong anaknya untuk suatu hal tertentu. Setelah menolong, biarkanlah anak-anak belajar mengucapkan terima kasih yang tulus dari hati. Kalau ada kesalahan tertentu yang dilakukan orang tua maka orang tua harus berani untuk meminta maaf kepada anak-anak atau sebaliknya. Semua hal ini boleh masuk dalam jenis perbuatan baik yang mulai dialami di dalam keluarga.
Saya pernah melihat seorang ibu merapikan rambut anaknya. Setelah merapikan rambut, anak itu langsung pergi bermain. Ibu itu memanggil anaknya dan berkata: “Katakan apa kepada mami?” Anak itu menjawab: “Terima kasih mom.” Anak itu mendapat dua hal yang bagus yakni merasakan perbuatan baik dan diajarkan sikap bersyukur atau berterima kasih. Banyak pengalaman dalam kebersamaan kita di mana orang tetap melanjutkan kebiasaan berbuat baik, ada juga yang sudah lupa untuk melakukannya di dalam hidupnya dan menggantinya dengan perbuatan jahat.
Menjelang pemilihan presiden berbagai media komunikasi sosial menjadi sarana yang empuk untuk membunuh karakter banyak orang dan menghalanginya untuk berbuat baik. Bobot berita negatif terhadap para calon presiden dan wakilnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hal yang baik. Kampanye-kampanye yang ada hanya sedikit mengangkat hal positif calon presiden usungannya dan selebihnya adalah hal negatif dari lawan atau tetangga sebelah. Kalau orang yang masih punya hati nurani dan cerdas, ia akan protes dan mengatakan memilih pria yang akan memimpin negeri ini tetapi kebanyakan negatifnya maka untuk apa iku memilih. Orang tentu mau memilih yang terbaik. Komentar-komentar artikel-artikel tertentu juga sama. Isinya lebih banyak menyindir, memfitnah dan mencaci maki. Hal ini tentu sangat disayangkan karena para pembacanya lebih banyak orang muda yang belum seimbang mentalnya. Kaum muda sudah diberi doktrin untuk menjauhi perbuatan baik dan melakukan perbuatan jahat. Orang muda yang tidak mengetahui makna komunisme ikut berkomentar tentang paham ini seolah-olah sudah mendalaminya sebagai suatu doktrin yang mengancam hidup banyak orang.
Seorang sahabat Berkata: “Kita yang masih normal bisa ikutan gila kalau membaca di media sosial tentang para calon presiden dan wakilnya. Soalnya isinya itu devide et impera” Saya berpendapat bahwa perkataannya ini memang nyata dan membahayakan mental anak-anak muda. Anak-anak muda sudah sedang diajarkan untuk menyindir, memfitnah dan mencaci maki sesamanya. Akan menjadi apa anak-anak bangsa ini di masa depan?
St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus memberi nasihat yang sangat berharga bagi kita semua: “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Ef 4:29-32).
Para Pria Katolik, bacalah baik-baik pesan St. Paulus ini dan coba melakukannya secara pribadi di dalam hidupmu, dalam keluarga dan lingkungan hidupmu. Perbuatan baik yang kita lakukan itu laksana senjata dari Tuhan bagi kita. St. Paulus menulis: “Setiap manusia adalah kepunyaan Allah dan diperlengkapi dengan perbuatan baik (2Tim 3:17). Mari kita terus berbuat baik.
PJSDB