Hari Rabu, Pekan Biasa XIX
Yeh. 9:1-7; 10:18-22
Mzm. 113:1-2,3-4,5-6
Mat. 18:15-20.
Betapa perlunya doa bersama dalam komunitas!
Ada sebuah kebiasaan yang baik di dalam komunitas kami. Setiap tiga bulan kami mengadakan rekoleksi komunitas selama satu hari penuh untuk mengevaluasi kehidupan dan penghayatan nasihat-nasihat Injil, doa dan kehidupan bersama di dalam komunitas. Untuk itu kami membuat scrutinium yang isinya adalah evaluasi bersama menyangkut maju tidaknya kehidupan bersama kami di dalam komunitas. Misalnya dalam hubungan dengan doa, kami sekomunitas membuat scrutinium orationes. Di dalam scrutinium oratinones ini, setiap konfrater memeriksa batin, merefleksikan relasi pribadinya dengan Tuhan dalam kaitannya dengan doa pribadi dan doa komunitas. Setiap pribadi diharapkan merasakan keakrabannya dengan Tuhan dalam doa dan mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan dan sesama. Di dalam scrutinium orationes ini setiap konfrater juga dibantu untuk merasa bahwa doa adalah kebutuhan bukan hanya sekedar rutinitas.
Tentu saja dalam melakukan scrutinium orationes ini setiap konfater juga perlu merasa bahwa doa adalah mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan. Ini berarti di dalam situasi apa saja, entah ada gangguan atau tidak, setiap orang betul-betul merasakan kehadiran Tuhan. Hal ini sejalan dengan pengalaman ketiga murid inti yang menyaksikan Yesus menampakkan kemuliaanNya di atas gunung yang tinggi. Matius bersaksi: “Ketika mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri saja.” (Mat 17:8). Doa menjadi bermakna ketika setiap pribadi merasakan kehadiran Tuhan Yesus di dalam hidupnya. Hanya Yesus seorang diri saja, tidak ada yang lain.
Perikop Injil pada hari ini dimulai dengan strategi untuk bertumbuh dalam komunitas dan merasakan kehadiran Allah. Strategi yang dimaksudkan adalah bagaimana setiap pribadi merasa sebagai orang yang berdosa bisa diteguhkan melalui koreksi persaudaraan dan kesabaran dari sesama di sekitarnya. Koreksi persaudaraan ditunjukkan dengan keberanian untuk “berbicara dengan” bukan “berbicara tentang” saudara yang berdosa. Inilah teguran empat mata bukan teguran banyak mata yang tersembunyi. Kalau saudara yang berdosa itu tidak mendengarnya maka perlu seorang atau dua orang untuk menyampaikannya. Kalau ia tetap tidak mau mendengar maka sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Kalau ia juga tidak mendengar jemaat maka pandanglah dia sebagai orang yang tidak mengenal Allah. Koreksi persaudaraan ini bukanlah hal yang mudah. Orang memang mudah memberi koreksi tetapi sulit untuk dikoreksi karena manusia memiliki kesombongan yang terselubung.
Koreksi persaudaraan di dalam komunitas bisa berhasil kalau orang bisa berdoa dan merasakan kehadiran Tuhan yang mengampuni tanpa batas. Dalam perikop kita, doa berhubungan dengan upaya memohon bantuan Tuhan untuk mengubah hati seorang sesama yang keras dan penuh dosa supaya bertobat di dalam komunitas. Doa bersama di dalam komunitas mempersatukan hati setiap saudara dan saudari karena Tuhan pasti hadir di dalam kebersamaan di dalam komunitas. Berkumpul dalam nama Yesus berarti berkumpul untuk sehati dan sejiwa menanti dan mengalami keselamatan di dalam Yesus.
Kekuatan doa komunitas sangat tergantung pada kehadiran Yesus Kristus yang mengikat dan mempersatukan setiap saudara yang berkumpul dalam namaNya, dalam pengakuan iman yang satu dan sama, yang menyatu dengan sabda dan pribadiNya. Hal ini kiranya sejalan dengan tradisi para rabbi yang tercermin dalam kalimat ini: “Di mana dua orang berkumpul bersama maka ditengah-tengah mereka ada shekinah (kehadiran Tuhan).” Di dalam dunia Perjanjian Lama, Tuhan berjalan di tengah-tengah umatNya. Ini juga terjadi dengan Yesus sebagai Imanuel yang berada di tengah umatNya.
Berkumpul dalam nama (eis to emon onoma) merupakan sebuah kesadaran kristiani di mana setiap orang yang dibaptis merasakan kehadiran Kristus dan memanggil namaNya dalam doa. Berkumpul bersama dalam namaNya merupakan kesempatan untuk melepaskan semua perbedaan dan bersaudara dalam nama Yesus Kristus. Sebuah komunitas yang berekonsiliasi dan berdoa merupakan tempat Tuhan hadir secara definitive dan mewahyukan diriNya sebagai Penyelamat dan Tuhan di dalam Yesus Kristus.
Membangun kebersamaan dalam semangat saling mengoreksi sebagai saudara dan saling mendoakan serta meneguhkan itu bukan hal yang mudah. Masing-masing orang memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Itu sebabnya setiap orang perlu berjuang untuk membangun kebersamaan. Di hadirat Tuhan hanya ada dua manusia yakni manusia yang baik dan manusia yang jahat. Kedua tipe manusia ini adalah ciptaan Tuhan dan mereka juga memiliki tugas untuk menampakkan kemuliaan Tuhan. Tetapi apa yang terjadi sebenarnya di dalam hidup manusia?
Di dalam bacaan pertama, kita mendengar kisah tentang bagaimana kemuliaan Yahwe itu meninggalkan kenisah di Yerusalem. Yehezkiel sebelumnya melihat kemuliaan Yahwe di dalam Kenisah (Yeh 8:4). Sejak diresmikan oleh Raja Salomo (1Raj 8:10), Allah diyakini hadir di tengah bangsaNya bahkan pada saat mereka membangun mezbah-mezbah dan patung-patung untuk dewa-dewi palsu tepat di serambi Kenisah. Namun sekarang, Yahwe meninggalkan Kenisah sebelum dirusak oleh orang-orang Kasdim. KemuliaanNya berangkat menuju ke Babilonia di mana UmatNya diasingkan dan Ia mau tinggal dengan mereka di negeri asing.
Sebelum berangkat, Yahwe mengambil tiga langkah yakni pertama, Ia meninggalkan tempat suci dan tinggal di ambang pintu (Yeh 9:3). Kedua, Ia menyeberangi serambi dan tinggal di pintu gerbang Timur, diseberang bukit Zaitun (Yeh 10:19). Ketiga, Ia selalu menuju ke Timur, ke Kasdim. Yahwe menyeberang lembah Kidron dan berjalan di atas bukit Zaitun (Yeh 11:22). Pada saat Yahwe meninggalkan KenisahNya, api kudusNya menjadi hukuman dan kematian bagi orang-orang yang tak berTuhan yang telah mendirikan patung-patung dan terlihat dalam perzinaan (menyembah berhala) sebagaimana diungkapkan juga oleh para nabi. Kata-kata kutukan dari Tuhan diucapkan oleh Yehezkiel sehingga menyebabkan banyak orang berdosa meninggal dunia. Sementara itu huruf T yang berbentuk salib ini berfungsi untuk melindungi orang-orang sisa. (Yeh 9:4). Kemuliaan Tuhan itu mengatasi langit. Ia patut di puji dan disembah karena Ia berada di tengah-tengah kita.
Sabda Tuhan hari ini sangat nyata di dalam hidup kita. Anda dan saya diundang oleh Tuhan Yesus untuk setia mengoreksi dan dikoreksi demi kebaikan dan kekudusan kita. Kemampuan mengoreksi dan dikoreksi berhasil dan bermanfaat kalau ada doa dan kesabaran. Doa menjadi kesempatan kita mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan dan merasakan kehadiranNya dalam hidup bersama. Bertekunlah dalam doa dan hidup bersama saudara-saudarimu.
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk memiliki semangat doa bersama dan merasakan kehadiran dan kasihMu. Amen
PJSDB