Indahnya Bekerja…
St Paulus dan rekan-rekannya memang tekun bekerja siang dan malam, tidak mau menjadi beban bagi orang lain (1Tes 2:9). Mereka menjadi model bagi jemaat di Tesalonika. Paulus juga mengharapkan supaya jemaat di Tesalonika menghormati orang-orang yang bekerja keras melayani mereka (1Tes 5:12). Tetapi karena banyak jemaat yang bingung sehingga mereka berhenti bekerja. Para penganggur ini tentu mempengaruhi hidup orang lain yang selama itu tekun bekerja. Paulus lalu menasihati mereka untuk menjauhkan diri dari orang yang tidak melakukan pekerjaannya (2Tes 3:6). Lebih tegas lagi Paulus berkata: “Jika seorang tidak mau bekerja maka janganlah ia makan.” (2Tes 3:10). Orang harus bekerja dan makan dari hasil pekerjaannya sendiri (2Tes 3:12).
Sekarang selidikilah diri kita sebagai manusia pekerja. Banyak di antara kita yang belum bekerja secara efektif dan efisien. Berani menuntut hak tetapi lupa memperhatikan kewajiban sebagai pekerja. Contoh, banyak orang senang menuntut gaji dan kenaikannya tetapi lupa memperhatikan kewajibannya. Misalnya sang pekerja datang dan kembali selalu in time, kebiasaan chating selama waktu efektif kerja, lebih banyak NATO (no action talk only) dan sikap lain yang menunjukkan kemalasan tertentu.
Kita tentu tidak harus diarahkan untuk mengikuti semangat: Laborare est Orare atau bekerja adalah doa. Ini adalah semangat kaum sibuk. Mereka lebih tekun bekerja dan beranggapan bahwa doa adalah sebuah kerja bahkan melupakan Tuhan dalam pekerjaan mereka. Ini sebuah kekeliruan. Sebaiknya kita berprinsip sebaliknya: Ora et labora (berdoa dan bekerja). Bekerja tanpa semangat dari Tuhan juga sia-sia saja. Bekerja sendiri saja juga tidak akan mendapatkan apa-apa. Para murid sudah membuktikannya di Galilea (Yoh 21:3). Bagaimana dengan pekerjaanmu?
P. John SDB