Hari Rabu, Pekan Biasa XXX
Ef 6:1-9
Mzm 145:10-11.12-13ab.13cd-14
Luk 13:22-30
Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!
Beberapa tahun yang lalu terjadi kebakaran di sebuah bioskop di suatu kota. Para penonton berhamburan keluar ruangan tetapi orang pertama yang berada paling dekat dengan pintu itu mengira bahwa pintu itu didorong ke arah luar ruangan padahal sebenarnya pintu keluar yang sempit itu dibuka arah ke dalam ruangan bioskop. Dampaknya adalah pintu itu susah dibuka karena banyak orang yang berusaha untuk keluar sedangkan api semakin besar. Banyak orang berhasil keluar tetapi dalam keadaan cedera ringan dan berat. Lebih banyak yang tewas terpanggang di dalam ruangan bioskop itu.
Bacaan Injil hari ini mengisahkan tentang Tuhan Yesus dalam perjalanan menuju ke Yerusalem untuk menggenapi perutusanNya di dunia ini dengan menderita, wafat dan bangkit dengan mulia. Dalam perjalananNya kali ini, ada seorang tanpa nama, datang dan berkata kepadaNya: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Pertanyaan kepada “Tuhan” (Kyrios) ini memang sangat lazim bagi orang-orang Yahudi saat itu. Pertanyaan orang ini mungkin masih berkaitan dengan perumpamaan tentang biji sesawi (Luk 13:19) dan perumpamaan tentang ragi (Luk 13:21) yang mengatakan tentang Kerajaan Allah berkembang dan mengubah hidup banyak orang. Kerajaan Allah itu dimulai dengan sebuah kawanan kecil (Luk 12:32). Orang ini menduga bahwa hanya sedikit orang yang bisa menikmati perjamuan di Surga.
Yesus tidak menjawab pertanyaan orang tanpa nama ini dengan mengatakan berapa jumlah orang yang diselamatkan tetapi Ia justru mengatakan: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Banyak orang akan berusaha untuk masuk tetapi tidak akan dapat.” (Luk 13: 24). Yesus hendak mengingatkan mereka supaya sebelum mengalami PaskahNya, mereka sudah menyatakan kesungguhan untuk bertobat. Tuhan luar biasa karena masih memberi kesempatan kepada mereka untuk bisa bertobat. Masalahnya adalah apakah orang mau bertobat atau tidak.
Apa artinya pintu yang sesak? Pintu yang sesak menunjukkan pentingnya kita memiliki pilihan definitif berdasarkani Injil untuk mengikuti Kristus dari dekat. Dengan mengikuti Dia yang menderita, wafat dan bangkit, kita juga dapat masuk dan menikmati KerajaanNya. Yesus sendiri berkata: “Setiap orang yang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku.” (Luk 9:23), karena “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu.” (Luk 14:27). Dengan menggunakan kata “berjuanglah” (agonisesthe), Tuhan Yesus mau mengatakan kepada kita komitmen moral dan usaha yang terus menerus untuk berpartisipasi dalam perjamuan abadi di Surga. Yesus tidak mengatakan jumlah orang yang persis tetapi yang jelas, orang-orang yang setia mengikutiNya akan memperoleh tempat yang layak di Surga. Ia mengingatkan supaya para pengikutNya memiliki daya juang untuk memperoleh keselamatan. Hal-hal yang harus kita lakukan adalah melayani dan mengasihi seperti Yesus sendiri.
Pesan Kristus ini juga berarti semua orang dipanggil kepada keselamatan, tetapi bagi kita semua pintu itu sesak. Tidak ada orang yang mengklaim dirinya sebagai status quo keselamatan atau memiliki hak istimewa. Perjalanan menuju hidup kekal memang terbuka kepada semua orang tetapi melalui pintu yang sesak sehingga butuh komitmen untuk mematikan egoisme diri.
Banyak orang mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan bangga sebagai orang kristiani tetapi hidupnya tidak mencerminkan Kristus di dalam dirinya. Orang-orang kristiani seperti ini hanya memiliki tiga kesempatan untuk masuk ke gereja yakni ketika mereka dibaptis, ketika mereka menikah dan ketika mereka meninggal dunia. Dengan demikian tiga surat yang mereka terima adalah surat baptis, surat nikah dan surat kematian. Orang-orang seperti ini ketika mengetuk pintu surga maka jawaban yang akan mereka terima adalah: “Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!” (Luk 13:27).
Keselamatan adalah insiatif dari Allah dan butuh jawaban pasti dari pihak manusia. Allah memberi keselamatan sebagai anugerah, manusia menjawabi anugerah ini dengan menghidupi imannya.
Saya mengakhiri renungan ini dengan mengutip Paus Emeritus Benediktus XVI dalam pesan Angelus hari Minggu tanggal 20 Agustus 2007: “Persahabatan yang benar dengan Yesus ditunjukkan dalam cara hidup seperti ini: dengan kehendak hati yang baik, rendah hati, lemah lembut, berbelas kasih, mampu mengasihi, membangun keadilan dan kebenaran, memiliki komitmen untuk setia dan jujur dalam membangun kedamaian dan rekonsiliasi.” Bagi Benediktus XVI, kebajikan-kebajikan ini merupakan kartu identitas yang menunjukkan bahwa kita benar-benar sahabat Yesus Kristus dan akan membuka jalan kepada hidup abadi meskipun harus melewati pintu yang sesak.
Doa: Tuhan, ubalah hati kami untuk menjadi baru sehingga bisa memiliki daya juang untuk masuk melalui pintu yang sesak demi menikmati perjamuanMu. Amen.
PJSDB