Hari Jumat Oktaf Paskah
Kis. 4:1-12
Mzm. 118:1-2,4,22-24,25-27a
Yoh. 21:1-14
Hanya dalam Yesus ada Keselamatan
Pada pagi hari ini saya membaca sebuah berita menarik tentang persiapan Gereja Katolik di Armenia untuk merayakan 100 tahun pembunuhan masal yang dilakukan oleh orang-orang Turki. Para pemimpin Gereja Katolik Armenia menyempatkan dirinya untuk berjumpa dengan Paus Fransiskus di Vatican. Perayaan Ekaristi meriah akan dirayakan pada hari Minggu Kerahiman Ilahi, dipimpin langsung oleh Paus Fransiskus di Vatican. Dalam pertemuan dengan para gembala itu Paus mengharapkan agar para gembala mendidik umat untuk mengetahui bagaimana membaca kenyataan dengan pandangan baru, dan mampu berkata kepada mereka: “Jemaatku bukan hanya mereka yang menderita bagi Kristus melainkan mereka juga yang bangkit bersama Kristus.” Paus juga mengigatkan mereka untuk boleh mengenang masa lalu yang pahit, tetapi juga melihat masa depan yang dengan pandangan baru sebagai bentuk pewartaan Injil dan perwujudan cinta kasih. Berita lain yang juga menegangkan adalah tindakan kejahatan ISIS di Hamam Alil bagian selatan Mosul, di mana mereka membunuh sepuluh dokter karena mereka menolak melakukan tindakan medis bagi anggota ISIS yang terluka.
Situasi penderitaan manusia di dunia saat ini semakin menjadi-jadi. Oleh karena itu butuh kekuatan iman dari Umat Allah sebagaimana dialami sendiri oleh para rasul pada awal mula Gereja Katolik. Dikisahkan bahwa pada saat itu, Petrus dan Yohanes dalam kuasa Roh Kudus berbicara dengan orang-orang Yahudi di Yerusalem, tiba-tiba mereka didatangi oleh para imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. Mereka memarahi Petrus dan Yohanes karena berbicara dalam Nama Yesus orang Nazaret dan bahwa hanya dalam Nama-Nya ada kebangkitan bagi orang-orang mati. Dampak pengajaran Petrus dan Yohanes adalah sebanyak lima ribu orang laki-laki percaya kepada Kristus.
Petrus dan Yohanes kemudian dihadapkan kepada Mahkamah Agama Yahudi untuk diadili di Yerusalem. Mereka mempertanyakan dengan kuasa siapa mereka mengajar di Yerusalem. Petrus penuh dengan Roh Kudus menerangkan bahwa mukjizat yang mereka lakukan itu adalah dalam nama Yesus Kristus, orang Nazareth. Dia telah disalibkan oleh mereka sebagai pemimpin Yahudi. Dia telah bangkit dan menyembuhkan orang lumpuh yang saat itu berada di hadapan mereka. Petrus mengatakan bahwa Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan, namun ia telah menjadi batu penjuru. (Kis 4:11).
Petrus mengakhiri pembicaraannya di hadapan mahkamah agama Yahudi bahwa Yesus adalah keselamatan kita semua. Ia berkata: “Keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Yesus Kristus, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:12). Keselamatan hanya dalam nama Yēshū’a artinya Allah menyelamatkan. Perkataan ini selalu dipegang teguh Gereja bahwa keselamatan berasal dari Yesus Kristus dan bahwa hanya ada di dalam Dia. Paulus mengatakan bahwa segala sesuatu bertekuk lutut di hadapan Yesus Kristus dan memuliakan Allah (Rm 14:11; Flp 2:10).
Dalam bacaan Injil, kita mendengar Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya kepada para murid. Dalam penampakan sebelumnya, Yesus mengingatkan mereka untuk pergi ke Galilea karena di sanalah mereka akan berjumpa dengan-Nya. Kali ini Petrus berkata kepada keenam rekannya bahwa ia akan pergi untuk menangkap ikan. Inilah pekerjaannya sebelum mengikuti Yesus. Teman-temannya juga berniat untuk mengikuti Petrus. Selama semalaman mereka mencari ikan tetapi tidak bisa menangkapnya. Pada pagi hari Yesus berada di pantai dan bertanya kepada mereka apakah mereka mempunyai lauk pauk tetapi mereka tidak memilikinya. Ia menyuruh mereka untuk menebarkan jala di sebelah kanan perahu. Di situlah kuasa Tuhan nampak di mana mereka berhasil menangkap 153 ekor ikan, jalanya tidak rusak.
Murid yang dikasihi Tuhan mengakui imannya dengan berkata kepada keenam teman yang lain: “Itu Tuhan” (Yoh 21:7). Petrus cepat-cepat mengenakan kembali pakaiannya. Yesus sendiri sudah menyiapkan ikan bagi mereka. Ia berekaristi bersama para murid ketika Yesus mengambil roti dan ikan mengucap berkat lalu memberikannya kepada mereka. Ini juga menjadi penampakan ketiga Yesus di hadapan para murid-Nya.
Hal yang menarik dalam bacaan Injil adalah Tuhan Yesus selalu menyertai para murid-Nya. Pada saat itu mereka mau kembali kepada status awal mereka yakni sebagai nelayan. Mungkin mereka merasa kecewa karena Yesus gagal menjadi pemimpin yang mereka harapkan secara manusiawi. Sekarang mereka bukanlah penjala ikan melainkan penjala manusia. Ikan dan Roti tetaplah menjadi simbol perjamuan Ekaristi. Bertahun-tahun ikan menjadi simbol Kristus sebagai sumber keselamatan. Yesus adalah sumber keselamatan kita semua dan Dialah satu-satunya Penyelamat kita.
Saya mengakhiri homili dengan doa ini: “Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya. Biarlah Israel berkata, “Kekal abadi kasih setia-Nya!” Biarlah orang yang takwa pada Tuhan berkata, “Kekal abadi kasih setia-Nya!” Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi pada pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya! Ya Tuhan, berilah kiranya keselamatan! Ya Tuhan, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan! Kami memberkati kamu dari dalam rumah Tuhan. Tuhanlah Allah, Dia menerangi kita.” (Mzm 118:1-2.4.22-24.25-27). Amen.
PJSDB