Kebiasaan Bersungut-Sungut
Apakah anda pernah bersungut-sungut? Kapan anda bisa puasa bersungut-sungut? Apakah bersungut-sungut itu berguna bagi hidupmu? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan tertentu yang muncul dalam kehidupan pribadi banyak orang setiap saat. Ada orang tertentu yang muda membuat zona nyamannya dengan bersungut-sungut. Artinya bersungut-sungut atau mencomel dan menggerutu menjadi kesempatan untuk membenarkan diri di hadapan Tuhan dan sesama.
Umat Israel ketika berada di padang gurun, mereka suka bersungut-sungut, menggerutu kepada Tuhan. Musa sebagai pemimpin selalu mendengarnya. Mereka bisa menggerutu bukan hanya karena merasakan kekurangan ini dan itu, tetapi juga karena tidak mau mendengar sabda Tuhan melalui Musa.
Dalam Injil, ada contoh-contoh orang menggerutu. Dalam perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur, pada saat pembagian upah, ada di antara mereka yang bersungut-sungut kepada tuan kebun anggur (Mat 20: 11). Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat suka bersungut-sungut melawan Yesus (Luk 5:30). Orang-orang Yahudi bersungut-sungut kepada Yesus karena Ia mengatakan diri-Nya sebagai Roti yang turun dari surga (Yoh 6:41). Bahkan semua orang juga bersungut-sungut kepada Yesus karena Ia menumpang di rumah orang berdosa (Luk 19:7).
Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa manusia umumnya suka bersungut-sungut. St. Paulus menasihati, “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah.” (Flp 2:14-16).
PJSDB