Homili 5 Agustus 2015 (Injil untuk Daily Fresh Juice)

Hari Rabu, Pekan Biasa XVIII
Bil. 13:1-2a,25 – 14:1,26-29,34-35
Mzm. 106:6-7a,13-14,21-22,23
Mat. 15:21-28

Iman bisa meruntuhkan segala pembatas

Fr. JohnAda seorang umat di sebuah paroki menulis statusnya di media sosial, bunyinya, “Romoku di sini sukanya “JaRumSuPer” (Jarang di rumah suka pergi). Saya menduga bahwa umat ini kemungkinan sudah merasa emosi tingkat dewa karena melihat para romo di parokinya suka pergi melayani di luar parokinya dari pada di parokinya sendiri. Artinya para romo dengan sadar telah melalaikan tugas pokoknya sebagai gembala di parokinya dan dan memilih melayani di luar teritori paroki-nya. Umat dengan polos mengatakan pengalaman sekaligus koreksi persaudaraannya kepada para romo selaku gembala untuk tetap focus dalam melayani umat yang dipercayakan Tuhan Yesus kepadanya. Romo memang berkeliling dan berbuat baik hanya keliru karena bisa melalaikan tugas utamanya di Paroki.

Adalah St. Petrus. Dalam pengajarannya kepada Perwira Kornelius dan keluarganya di Kaisarea, ia bersaksi tentang Tuhan Yesus Kristus yang sudah wafat dan bangkit. Menurut Petrus, “Yesus dari Nazaret itu mengalami pengurapan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.” (Kis 10:38). Perkataan Petrus bahwa Yesus berkeliling dan berbuat baik, hanya mau mempertegas maksud dan cita-cita Yesus di dalam Injil Lukas, ia berkata: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah, sebab untuk itulah Aku diutus. Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea” (Luk 4:43-44). Yesus mengutus para murid-Nya dengan pesan, “Pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Mat 10:6). Para murid sebisa mungkin menghindari daerah kaum kafir dan kota-kota di daerah Samaria.

Perkataan Yesus ini diikuti dengan sempurna oleh para murid-Nya. Kali ini, Ia bersama para murid-Nya keluar dan masuk dari kota dan desa-desa untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Kita barusan mendengar kisah perjalanan Yesus dengan meninggalkan Galilea menunju ke daerah Tirus dan Sidon. Secara geografis, Yesus dan para murid-Nya melakukan perjalanan dari Galilea ke Tirus dan Sidon sejauh 86, 58 km atau sekitar 53,8 miles. Daerah ini dihitung sebagai daerah di luar komunitas Yahudi. Namun Yesus mau mengubah pola pikir lama dan egoistis bangsanya bahwa daerah di luar komunitas Yahudi pun memiliki hak hidup yang sama, hak untuk mendapat keselamatan dari Yesus yang satu dan sama. Yesus sendiri mau menunjukkan kasih dan kuasa-Nya bagi semua manusia. Dialah Anak Allah yang mengasihi dan menyelamatkan semua orang.

Di daerah Tirus dan Sidon, Yesus berjumpa dengan seorang wanita Kanaan yang anak perempuannya sangat menderita kerasukan setan. Wanita itu dengan sangat memohon kerelaan Tuhan untuk menyembuhkan anaknya. Namun Yesus seolah-olah tidak mendengarnya, bahkan para rasul berpikir untuk meminta Yesus supaya mengusir wanita Kanaan itu karena mengganggu perjalanan mereka. Tentu saja Yesus mempertimbangkan dengan matang tindakan apa yang harus dilakukan-Nya di tanah asing ini. Ia lalu membuat perbandingan antara roti sebagai makanan anak-anak manusia dan anjing si hewan kotor, simbol orang asing atau kafir dalam pandangan orang masa itu. Yesus berkata: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” (Mat 15:26). Wanita itu menjawab Yesus, “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” (Mat 15:27). Yesus melihat iman wanita itu besar sehingga Ia menyembuhkan anaknya yang kerasukan setan. Iman wanita itu bisa menyembuhkan anaknya.

Perikop Injil ini memberikan kepada kita nilai-nilai Injil yang sangat bagus. Pertama, di pihak Yesus, Ia datang untuk menyelamatkan semua orang. St. Paulus benar ketika berkata, “Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena Allah yang satu dan sama itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.” (Rm 10:12). Kita dipanggil untuk mengasihi semua orang seperti Tuhan sendiri. Kedua, Wanita Kanaan. Memiliki iman yang besar. Imannya dipuji oleh Tuhan Yesus. Imannya itu menyembuhkan anaknya yang sakit. Apakah kita sebagai orang yang dibaptis, mengakui diri Kristen artinya Kristus kecil juga memiliki iman yang besar, bahkan melebihi wanita Kanaan ini? Mari kita bertumbuh dalam iman. Ketiga. Para murid Yesus kelihatan pasif dan merasa bahwa kehadiran wanita Kanaan itu mengganggu perjalanan mereka. Mungkin banyak di antara kita bermental seperti para murid yang berpikir bahwa keselamatan adalah status quo bagi kita. Kita sudah dibaptis dan sudah cukup, ternyata belum cukup. Kita harus percaya, mengimani Tuhan Yesus. Iman itu bisa meruntuhkan batas-batas kehidupan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply