Pesta Tuhan Yesus menampakkan kemuliaan-Nya
2Ptr. 1:16-19
Mzm. 97:1-2,5-6,9
Mrk. 9:2-10
Kupandang wajah-Mu dan berseru!
Pada pagi hari ini saya mendengar suara indah Sari Simorangkir dalam lagunya: “Kaulah harapan”. Refrain lagu ini menyejukkan hatiku: “Kupandang wajah-Mu dan berseru, pertolonganku datang dari-Mu. Peganglah tanganku jangan lepaskan. Kaulah harapan dalam hidupku”. Refrain lagu ini juga semakin meneguhkanku karena di atas meja kamarku ada patung kepala Yesus yang selalu saya pandang setiap hari. Dari wajah Yesus, saya merasakan aliran kasih Bapa, laksana sungai yang jernih. Dari wajah-Nya terpancar kemuliaan dan keagungan-Nya melebihi segala-galanya.
Pada hari ini Gereja Katolik merayakan pesta Tuhan Yesus menampakkan kemuliaan-Nya di hadapan tiga rasul terpilih yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes. Mereka diajak Yesus untuk naik ke atas sebuah gunung yang tinggi. Dalam tradisi gunung yang tinggi disebut gunung Tabor, letaknya sekitar 15 km dari kota Nazareth. Ketika berada di puncak gunung itu, mereka melihat Yesus berubah rupa di depan mata mereka. Mereka melihat pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. (Mrk 9:3). Sambil menikmati kemuliaan Tuhan, mereka juga melihat Elia dan Musa berbicara dengan Yesus. Elia kiranya mewakili para nabi yang bernubuat tentang kehadiran Yesus Kristus di dunia ini. Musa mewakili Kitab Taurat, yang menjadi dasar pewartaan tentang kedatangan Yesus, Mesias Anak Allah. Pembicaraan mereka berfokus pada Yesus sebagai satu-satunya penebus dunia. Dia akan menderita sengsara, wafat dan bangkit dengan mulia. Maka kemuliaan yang disediakan Tuhan menjadi nyata dan disaksikan oleh ketiga murid-Nya.
Pada saat itu Petrus terpesona memandang wajah Yesus. Ia sangat ketakutan dan tidak tahu apa yang akan dikatakannya kepada Yesus. Maka dengan kepolosannya, ia berkata, “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” (Mrk 9:5). Tuhan membuka pikiran ketiga murid terpilih ini dengan berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” (Mrk 9:7). Para rasul melihat sekeliling dan hanya Yesus seorang diri yang menyertai mereka. Tuhan Yesus menasihati mereka supaya menyimpan semua pengalaman ini di dalam hati mereka sampai pada hari kebangkitan Anak manusia dari antara orang mati. Mereka belum mengerti makna “bangkit dari antara orang mati.”
Kisah Injil yang kita dengar bersama pada perayaan Tuhan Yesus menampakkan kemuliaan-Nya ini membantu kita untuk bertumbuh dalam iman sekaligus memahami beberapa hal berikut ini:
Pertama, gunung yang tinggi merupakan shekinah, tempat Tuhan bersemayam. Di atas gunung Sinai, Tuhan mengikat perjanjian-Nya dengan bangsa Israel dengan perantaraan Musa. Di atas gunung Tabor, Yesus menampakkan kemuliaan-Nya. Di atas gunung Kalvari Tuhan Yesus wafat untuk menyelamatkan kita. Yerusalem terletak di gunung, kota damai, kota keselamatan kita.
Kedua, Yesus berubah rupa, pakaiannya putih berkilat-kilat (Mat 9:3). Ini merupakan lambang pemurnian Gereja. Gereja, dalam hal ini adalah umat Allah mengikuti Yesus Kristus dari dekat untuk menjadi kudus. Kemuliaan Tuhan menaungi kita sepaya menjadi kudus tanpa cela. Kita semua dipanggil untuk menjadi kudus.
Ketiga, Pesta Transfigurasi bukan berarti ada perubahan di dalam diri Yesus melainkan terjadi pewahyuan keilahian Yesus Kristus. Petrus, Yakobus dan Yohanes merenungkan keilahian Tuhan Yesus. Mereka juga dipersiapkan untuk berhadapan dengan skandal salib Yesus di Yerusalem. Yesus menampakkan kemuliaan sebagai tanda awal mulianya kebangkitan Yesus Kristus dari maut.
Keempat, Tuhan Yesus menampakkan kemuliaan-Nya mengingatkan kita bahwa sukacita Allah yang ditaburkan di dalam hati kita bukanlah tujuan akhir hidup kita. Berkas cahaya yang diberikan-Nya dalam peziarahan hidup kita adalah “hanya Yesus saja”. Semoga Ia menjadi Hukum, Sabda-Nya, sukacita dan berkat bagi keberadaan kita di dunia ini.
Petrus dalam bacaan pertama mengatakan, “Kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya.” ( 2Ptr 1:16). Petrus dan teman-temannya adalah saksi mata Yesus yang telah melihat kemuliaan Tuhan di Gunung yang tinggi dan mendengar sendiri suara Bapa yang mengakui bahwa Yesus adalah Anak yang dikasihi-Nya. Hanya kepada Yesus, Bapa berkenan. Bagi Petrus, pengalaman iman ini semakin diperkaya dan diteguhkan oleh Sabda yang sudah disampaikan kepada para nabi. Maka Petrus berkata, “Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.” (2Ptr 1:19).
Sambil merayakan pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya ini, mari kita selalu siap untuk mendengar Yesus, Putra yang dikasihi Bapa. Sediakanlah waktu di dalam hidup-Mu, biarkan Tuhan berbicara di dalam hidupmu, dengarlah setiap perkataan yang keluar dari mulut-Nya. Sabda-Nya menguatkan setiap pribadi untuk menghadirkan kemuliaan Tuhan di dunia ini. Mari kita memandang Yesus dan katakanlah kepada-Nya bahwa Engkau juga mengasihi-Nya selama-lamannya.
PJSDB